Budaya-Tionghoa.Net | Tanah perbatasan adalah salah satu tema utama dalam puisi Cina Klasik, terutama puisi-puisi Dinasti Han dan Dinasti Tang. Puisi-puisi ini, khususnya di paruh pertama abad ke-8 yang masih termasuk periode Tang Tinggi, sering merupakan tanggapan langsung dari para intelektual terhadap peperangan di Asia Tengah itu, kadang-kadang berupa kebanggaan ekspansionis dan kadang-kadang adalah sentimen anti perang. Penggunaan sosok-sosok dan gambaran Asia Tengah Dinasti Han dapat dipandang sebagai merayakan pencapaian Dinasti Tang ataupun mengkritiknya.
|
Kadang-kadang puisi tanah perbatasan periode Tang Tinggi baru dapat dimengerti dengan bantuan sorotan dari sejarah militer kontemporer, sekalipun demikian, puisi-puisi ini juga memberikan sebuah contoh yang sangat bagus mengenai hubungan antara tradisi sastra dan dunia sejarah. Gambaran-gambaran yang tersedia di dalam puisi-puisi ini dibentuk oleh penyair-penyair Dinasti Selatan di abad ke-6 yang kemungkinan tidak pernah atau tidak akan mendekati dunia imajinasi yang dideskripsikan: lanskap stepa yang gersang, penderitaan dan kemenangan prajurit di medan perang. Seandainya puisi-puisi begini telah menyentuh kesadaran sejarah penyair-penyair ini, mungkin dengan cara yang sangat halus, sebagai isyarat nostalgia akan tuntutan mereka yang lemah sebagai pewaris Dinasti Han dan peperangan mereka yang berhasil terhadap orang-orang Asia Tengah, sebab suku-suku Asia Tengah inilah leluhur dari orang-orang yang sedang menduduki Cina Utara di masa itu. Puisi-puisi tanah perbatasan yang terhimpun baik ini kemudian dilanjutkan oleh penyair-penyair Dinasti Tang sebagai salah satu bagian dari tradisi perpuisian istana yang diwariskan dari periode Dinasti Selatan.
Dengan kebijakan Kaisar Xuanzong yang ekspansif di paruh pertama abad ke-8, peperangan di Asia Tengah semakin jauh dan intens, masa itu ada beberapa penyair ikut memegang jabatan sebagai staf sipil Jenderal di pasukan tentara perbatasan, dan lebih banyak lagi penyair-penyair yang bertualang di kota-kota tanah perbatasan yang aman. Walaupun penyair-penyair ini coba melakukan pembaharuan pada tema ini, tetapi mereka menemukan bahwa lanskap yang di depan mata mereka tidak begitu jauh berbeda dengan yang mereka baca dari buku. Saya rasa ini mungkin salah satu sebab tema tanah perbatasan menjadi kurang berkembang dan tidak menarik. Dalam keterbatasan ini, Cen Shen yang pernah dua kali memegang jabatan sipil di pasukan tentara perbatasan coba menggunakan berbagai teknik untuk menghidupkan tema ini. Dan dia cukup berhasil, di dalam sejarah Kesusasteraan Cina Klasik, dia bersama Gao Shi ( 701? – 765 ) dianggap paling dapat mewakili puisi-puisi tanah perbatasan, walaupun puisi-puisi mereka sesungguhnya agak berbeda. Untuk puisi-puisi Gao Shi dan perbedaan di antara mereka mungkin ditulis pada catatan lain saja.
Puisi-puisi Cen Shen belum begitu luas dibahas selama Dinasti Song, mungkin pada jaman Dinasti Ming barulah puisi-puisinya mulai banyak dibahas seiring dengan kuatnya dukungan terhadap gerakan sastra untuk kembali ke bentuk kuno pada masa itu, terutama puisi-puisi Tang Tinggi. Setelah jaman Dinasti Ming, Cen Shen mulai bergerak ke posisi yang cukup penting dalam perpuisian Cina Klasik, dan puisi-puisinya dengan tema tanah perbatasan perlahan dijadikan sebagai tolok ukur untuk karya-karyanya. Namun, jika dibandingkan dengan yang diakui oleh kritikus moderen dan pakar-pakar yang membahasnya, Cen Shen adalah seorang penyair yang jauh lebih berwarna, Asia Tengah yang eksotis dalam karya-karyanya hanyalah sebuah tema praktis untuk memuaskan keingin-tahuan pembaca-pembaca di jamannya. Eksotisme niscaya menjadi pilihan dalam puisi-puisinya, Cen Shen adalah seorang pengejar keunikan dalam berkarya, hal ini dapat kita lihat dalam puisi-puisinya baik sebelum maupun sesudah dia tiba dan menetap di Asia Tengah. Walaupun puisi-puisinya yang ditulis sebelum periode Asia Tengah hanya sedikit yang tersimpan di dalam kumpulan puisinya, dalam catatan ini saya pilih dua judul sebagai perbandingan. Puisi-puisi ini saya letakkan di bagian awal catatan.
Cen Shen lahir sekitar tahun 715, keturunan dari salah satu cabang keluarga besar bangsawan Cen yang sangat kuat asal Nanyang, Henan. Sejak Dinasti Sui keluarga bangsawan Cen ini terus menduduki berbagai jabatan penting pemerintah, dan pada masa Dinasti Tang ada tiga anggota keluarga besar Cen menduduki jabatan perdana menteri. Tetapi sekitar sepuluh tahun sebelum Cen Shen lahir, cabang keluarganya sudah agak merosot, ayahnya hanya pernah memegang beberapa jabatan di pemerintah daerah, dengan jabatan tertinggi kurang lebih setara gubernur. Nama keluarga besar Cen masih sangat kuat, namun kedudukan dan kekuasaan sudah jauh berkurang.
Ayahnya meninggal ketika penyair masih remaja, keluarganya kemudian pindah ke bagian selatan kota Louyang. Seperti biasa, Cen Shen juga banyak menggambarkan kehidupannya di Louyang pada masa itu, dalam kata pengantar buku kumpulan puisinya yang ditulis oleh Du Que – 杜确, disebut bahwa keluarga Cen Shen sewaktu remaja termasuk miskin. Tetapi, kemungkinan besar keluarganya masih bertahan di kelas menegah.
Sekitar tahun 734 Cen Shen berangkat ke Changan mempersembahkan surat kepada Kaisar untuk memohon jabatan. Dia memilih jalur ini menunjukkan penyair cukup percaya diri terhadap pamor keluarganya, namun permohonannya ditolak. Sepuluh tahun kemudian, dia kembali lagi ke Changan mengikuti ujian negara, dan kali ini dia berhasil lulus. Pada tahun 744 dia ditempatkan di kantor penasehat pertahanan dengan sebuah jabatan kecil. Jabatan yang ditunggu sepuluh tahun ini tentu sangat mengecewakan, pada tahun 749, dia bergabung dengan Panglima Gao Xianzhi sebagai stafnya di markas komando di Kucha – Xinjiang. Kariernya selama di markas komando tidak menonjol, pada tahun 752, setelah Panglima Gao Xianzhi mengalami kekalahan yang sangat parah di tahun 751 dalam Pertempuran Talas dengan pasukan Arab, Cen Shen membawa kekecewaan dan kekalahan kembali ke Changan. Pada masa ini dia mengenal dan berteman dengan Du Fu dan Gao Shi. Di tahun 754 Cen Shen kembali lagi ke Asia Tengah, kali ini memegang jabatan di kantor Gubernur Jenderal Feng Changqing di Bugur. Ketika Pemberontakan An Lushan meletus Cen Shen masih di Asia Tengah, dia baru meninggalkan Bugur pada tahun 756 dan tiba di pusat pemerintah sementara, Fengxiang di musim semi tahun 757.
Pada tahun yang sama, melalui rekomendasi Du Fu, Cen Shen diangkat sebagai salah satu anggota dewan penasehat raja. Namun, pada tahun 758, ketika Perdana Menteri Fang Gong dicopot, kemudian disusul dengan pembersihan kelompoknya di dalam pemerintah pusat, Du Fu, Cen Shen dan Gao Shi serta beberapa pejabat baru dipindahkan keluar ibukota. Pemerintah pusat kembali dikuasi kelompok elit lama, Wang Wei adalah salah satu penyair yang masuk dalam kelompok elit ini. Cen Shen dipindahkan ke Guozhou yang terletak di antara Changan dan Louyang. Setelah masa tugasnya di Gouzhou penuh, dia ditarik kembali ke ibukota memegang beberapa jabatan menengah. Pada tahun 765, dia kembali ditugaskan sebagai gubernur Jiazhou di wilayah Sichuan, tetapi karena ada penyerangan dari tentara Turfan disusul sebuah pemberontakan setempat di wilayah Sichuan, Cen Shen mengundur keberangkatannya hingga awal tahun 766. Setelah memegang jabatan ini sekitar dua tahun, Cen Shen mengundurkan diri lalu menetap di Chengdu, dia meninggal di sana pada tahun 770.
Puisi-puisi Cen Shen memang kurang menonjol dibandingkan dengan penyair-penyair besar periode itu, namun dia mungkin cukup menonjol untuk mewakili penyair-penyair generasi kedua Tang Tinggi. Karya-karyanya di jaman Dinasti Tang hanya mendapat popularitas menengah, dan sungguh beruntung kumpulan puisinya dapat diselamatkan sehingga dapat dinikmati oleh generasi-generasi setelahnya
Setelah Cen Shen meninggal apakah puisi-puisinya langsung dibukukan? Kita tidak tahu. Namun pada tahun 800, Du Que menyusun sebuah buku kumpulan puisinya, buku puisi ini disusun berdasarkan tema, versi cetakan tertua buku ini yang masih dapat ditemui adalah dari Dinasti Ming, berisi sekitar 400 buah puisi. Dalam catatan ini saya hanya memilih 8 buah puisi untuk diterjemahkan karena berbagai kesulitan. Misalnya, puisi-puisi Cen Shen sangat menekankan keunikan baik diksi maupun keseluruhan suasana puisi, dan ini sangat sulit untuk dipindahkan ke dalam sebuah terjemahan, apalagi lebih dari separuh puisi-puisinya adalah puisi dengan tema tanah perbatasan yang memang sulit diterjemahkan. Dan puisi-puisinya setelah masa Pemberontakan An Lushan cenderung bertema keheningan, tetapi kurang menonjol. Maka, sisa puisi yang mampu saya terjemahkan memang sudah tidak banyak.
Perjamuan di Kolam Selatan Menemukan Sebuah Puisi buat Berudu
Dari atas kolam bertemu seekor berudu
dan aku kagum, riangmu penuh meluap
Tidak perlu risau mata kail dan mata jala
sungguh beruntung tidak lahir sebagai ikan
: Aku rela ditangkap jadi sebaris kata
loncat ke atas surat kain sutera Tuan
南池宴饯辛子赋得蝌斗子
临池见蝌斗,羡尔乐有馀。
不忧网与钓,幸得免为鱼。
且愿充文字,登君尺素书。
Perihal Musim Semi di Vila Kaki Gunung 2 Nomor
( Pilih satu )
1.
Angin manis matahari hangat, cahaya musim semi beriak,
kupu-kupu bergurau lebah berenang masuk mengacau kamar
Dua tiga ranting dedalu turun menyentuh tiang jemuran,
sekeping bunga hutan jatuh di atas gantungan pena
山房春事二首
风恬日暖荡春光,戏蝶游蜂乱入房。
数枝门柳低衣桁,一片山花落笔床。
di Penginapan Transit Gunung Perak – Karasahr
Mulut angin Gunung Perak
angin melepas anak panah
gerbang perbatasan Pintu Baja
bulan pucat condong ke barat
Sepasang-sepasang airmata
risau, dicelup bulu kuda perang
selayang-selayang pasir Tartar
ribut menampar wajah orang
Lelaki tiga puluh tahun sudah
belum mengenal harta dan nama
Bagaimana bisa begini rupa?
siang malam memeluk pena
银山碛西馆
银山碛口风似箭,铁门关西月如练。
双双愁泪沾马毛,飒飒胡沙迸人面。
丈夫三十未富贵,安能终日守笔砚。
Malam Berkumpul dengan Kawan Pejabat di Liangzhou
Bulan sabit mengail di sudut gerbang,
keluar bulan Liangzhou menyorot benteng kota
7 li kota Liangzhou berdesak 10.000 keluarga,
masih separuh mengerti orang Turki memetik pipa
Satu irama pipa hati teriris tercerai, angin mengibas
dan mengibas. ah, malam mulai merayap
Di perkemahan Hexi berdempet kawan lama
sudah berpisah tiga musim semi atau lima
Lihat rumput musim gugur di depan Pagoda Pintu Bunga
kenapa mesti saling menatap miskin hingga tua?
Memang berapa kali tawa lepas di satu hidup?
jumpa dan bersulang harus mabuk tertidur
凉州馆中与诸判官夜集
弯弯月出挂城头,城头月出照梁州。
凉州七里十万家,胡人半解弹琵琶。
琵琶一曲肠堪断,风萧萧兮夜漫漫。
河西幕中多故人,故人别来三五春。
花门楼前见秋草,岂能贫贱相看老。
一生大笑能几回,斗酒相逢须醉倒。
Nyanyian Salju Putih Mengantar Pejabat Wu Pulang ke Ibukota
Angin utara menggulung kulit bumi, rumput putih
merunduk, langit Oktober orang Turki sedang terbang
salju, bagai suatu malam musim semi mendadak tiba,
berpuluh ribu pohon pir merekah bunga, bertabur
ke dalam tirai manik basahi kelambu. Jaket kulit rubah
kurang hangat, selimut kapas terlalu tipis, busur tanduk
Tuan Jenderal kaku sulit ditarik, baju perang komandan
dingin menyayat kulit. Air terjun dan anak sungai
di lembah Tianshan menempel sekeping es seribu kaki
awan gelisah sepuluh ribu li beku mengumpal
Pesta perkemahan, jamuan arak, bersulang untukmu
pemudik, rebab, pipa, dan seruling, melangkah
ke pintu kemah, salju senja sedang berputar di luar,
angin gagal menarik bendera merah tertunduk
beku, mengantarmu hingga di Gerbang Timur Bugur
perjalanan ini, setapak gunung Tianshan tertutup salju
Gunung berbelok setapak memutar dan kau hilang
di atas salju hanya sisa sebaris jejak langkah kuda
白雪歌送武判官归京
北风卷地白草折,胡天八月即飞雪。
忽然一夜春风来,千树万树梨花开。
散入珠帘湿罗幕,狐裘不暖锦衾薄。
将军角弓不得控,都护铁衣冷难著。
瀚海阑干百丈冰,愁云黪淡万里凝。
中军置酒饮归客,胡琴琵琶与羌笛。
纷纷暮雪下辕门,风掣红旗冻不翻。
轮台东门送君去,去时雪满天山路。
山回路转不见君,雪上空留马行处。
Nyanyian Tepi Sungai Manasi Mengantar Tuan Feng Menuju Medan Perang
Kau tidak melihat Sungai Manasi, tepian Lautan Salju
gurun datar, kuning tak berujung menembus langit
angin Nopember Bugur meraung, sepanjang sisi sungai
pecahan batu sebesar gayung, kocar-kacir ikut angin
berlari di setiap sudut bumi. Dan saat rumput kuning
kuda orang Turki sedang gemuk dan kuat, di barat
Gunung Bogda terlihat asap api suar dan debu pacu kuda
terbang, Jenderal besar Han menuju medan perang
Tuan Jenderal tidak melepas baju zirah, tengah malam
pasukan bergerak senyap, hanya terdengar gesekan
mata tombak, bagai sebilah pisau angin mencukur wajah
Bulu kuda bertabur salju dikukus uap keringat, basah
meleleh lalu menjelma corak bintik-bintik es, di dalam tenda
surat perang ditulis tergesa-gesa, tinta membeku seketika
Penunggang Turki pasti telah pecah nyali, mudah diduga
mereka tidak akan berani terima pertarungan jarak dekat
Jenderal, kemenangan ditunggu di gerbang barat Urumqi
走马川行奉送出师西征
君不见走马川行雪海边,平沙莽莽黄入天。
轮台九月风夜吼,一川碎石大如斗,随风满地石乱走。
匈奴草黄马正肥,金山西见烟尘飞。
汉家大将西出师,将军金甲夜不脱。
半夜军行戈相拨,风头如刀面如割。
马毛带雪汗气蒸,五花连钱旋作冰。
幕中草檄砚水凝,虏骑闻之应胆慑。
料知短兵不敢接,车师西门伫献捷。
Nyanyian Danau Issyk Kul Untuk Mengantar Pejabat Cui Pulang ke Ibukota
Menguping cerita orang Turki di kaki gunung Tianshan
di pojok barat, air danau Issyk Kul bagai direbus
di atasnya burung-burung takut melintas, di tengah
ada ikan mas panjang dan gemuk, sepanjang tepi danau
rumput hijau tidak pernah menguning, salju putih
terbang di langit, berputar, diuap hingga tiada
masak pasir, kukus batu, membakar awan orang Turki
ombak didih, gelombang panas menggoreng bulan tanah Han
Api yin sedang membakar kompor Langit dan Bumi,
mengapa hanya memanggang satu sudut di barat ini?
bahkan terus naik coba menelan bulan dan venus
menyambung uap Dataran Tinggi Pamir sampai terjauh
seuntai kata mabuk mengantar kau di gerbang Toksun
tepat bertemu matahari senja jatuh di sisi danau
kau dan sipres di kantormu dingin, wibawa menggigilkan
uap panas Danau Issyk Kul pasti turut menipis
热海行送崔侍御还京
侧闻阴山胡儿语,西头热海水如煮。
海上众鸟不敢飞,中有鲤鱼长且肥。
岸傍青草常不歇,空中白雪遥旋灭。
蒸沙烁石然虏云,沸浪炎波煎汉月。
阴火潜烧天地炉,何事偏烘西一隅。
势吞月窟侵太白,气连赤坂通单于。
送君一醉天山郭,正见夕阳海边落。
柏台霜威寒逼人,热海炎气为之薄。
Merenung Musim Gugur
Tidak tahu begitu saja masa muda telah senja,
duduk menatap daun-daun menggigil jatuh
Sungguh aku tidak setangguh rumput kering,
berkepak naik terbang jadi kunang-kunang
秋思
那知芳岁晚,坐见寒叶堕。
吾不如腐草,翻飞作萤火。
by John Kuan (with permission)
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa | Mailing-List Budaya Tionghua