Budaya-Tionghoa.Net| Liang Qichao pernah berkata bahwa kebangsaan Tionghua itu sebenarnya dari kumpulan-kumpulan keluarga besar. Dengan perkataan lain , Liang Qichao mau berkata bahwa bangsa Tionghua mengutamakan kekerabatan. Pendapat ini juga tidak salah. Bangsa Tionghua punya sejarah sejak jaman kuno yang menunjukkan bahwa orang Tionghua sangat memperhatikan sistem kekerabatan. Satu anggota keluarga yang sedang kesusahan akan menjadi tanggungan saudara yang lain buat memberi bantuan secukupnya. Maka pada masa sebelumnya , di Tiongkok , orang harus berhati-hati berurusan dengan keluarga lain. Satu penghinaan akan dirasakan juga oleh semua kaumnya.
|
Kepentingan satu anggota keluarga akan didukung oleh seluruh saudara semarga atau sne , layaknya kepentingan mereka sendiri. Oleh karena itu orang Tionghoa harus selalu menjaga hubungan baik dalam keluarga agar tetap kekal dan tidak terputus. Salah satu cara menjaga hubungan adalah dengan menciptakan panggilan kekerabatan yang lengkap. Dengan begitu sekali kita mendengar sebutan itu lantas mengetahui mereka punya ikatan keluarga satu sama lain. Luasnya ikatan keluarga dalam kalangan Tionghoa bisa kita saksikan dengan panggilan Tjhien-lang terhadap orang yang masih satu marga. Umpamanya Tan Tjoe An dan Tan Kiem Tek yang kendati belum pernah bertemu muka dimana yang satu tinggal di Nanking sementara yang lain tinggal di Beijing , mereka menyebut Tjien-lang satu sama lain , artinya sanak. Satu Tjhien-lang pada jaman dulu hingga orang Tionghoa berdiam di kepulauan , senantiasa diperlakukan sebagai keluarga sendiri oleh yang semarga.
Seorang tua pernah menuturkan bahwa belasan tahun berselang orang-orang Tionghoa datang ke nusantara . Oleh orang-orang yang biasa menyambut kedatangan kapal-kapal yang datang dari Tiongkok langsung diantar pada orang yang berkecukupan dan semarga. Diandaikan pada hari itu ada satu kapal dari Tiongkok , dan ada empat penumpang bermarga Tan , empat orang bermarga Oei dan dua orang bermarga Ong dan satu orang bermarga Lim. Maka mereka akan diantar kepada orang-orang yang semarga. Pihak yang dituju akan menerima dengan senang hati . Mereka beranggapan bahwa sudah kewajiban orang satu kerabat untuk menolong orang yang punya leluhur yang sama. Siapa bisa berkerja akan diberi pekerjaan . Yang pandai berdagang akan diberi sedikit modal yang dapat dikumpulkan dari sesama orang semarga. Ini adalah satu dari banyak hal yang membuat Tionghua kuat dalam bidang ekonomi.
Ini sedikit penuturan untuk memberi contoh bagaimana orang semarga menaruh perhatian dan menganggap sebagai keluarga sendiri. Maka tidak salah Liang Qichao berkata bahwa kebangsaan Tionghoa terdiri dari gabungan keluarga-keluarga besar. Karena ikatan yang kuat diantara keluarga , maka kebangsaan Tionghua tetap teguh dan susah dicerai-beraikan.
Jitunya perkataan Liang Qichao ini bisa dilihat lebih jauh dengan adanya panggilan kekerabatan sesama Tionghoa. Satu orang Tionghoa jika berhadapan dengan sesama Tionghoa yang lebih tua atau lebih muda , selalu kita sebut dia dengan “Ngko” atau “Hia” yang artinya kakak. Sebutan ngko , hia atau laoxiong ini tidak saja familiar , tetapi juga terkandung arti hormat kepada orang yang kita ajak bicara. Menurut adat Tionghoa , kalau kita menghargai orang itu , kita harus memanggil dengan satu sebutan yang mengunjuk bahwa dia lebih tua. Pernah tua artinya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Jika kita berhadapan dengan orang yang sudah berumur , kita panggil dengan Njik atau jika jauh lebih tua bisa kita panggil Mpe. Itu sebutan keduanya sebenarnya sebutan untuk yang menjadi saudara dari ayah kita. Sementara kalau berhadapan dengan seorang nyonya muda , kita biasa memanggil Ngso , tetapi kalau kita berhadapan dengan seorang nyonya yang berusia tua , kita sering panggil dengan “Ncim”.
Kembali disini kita bisa saksikan bahwa sebutan terhadap sesama Tionghua begitu familiar . Seolah-olah kita masih ada hubungan kerabat dekat satu sama lain. Dan panggilan-panggilan tersebut diambil dari garis ayah atau pihak lelaki. Dalam pandangan Tionghoa , keluarga dari pihak lelaki atau pihak ayah adalah keluarga dekat daripada dari pihak istri atau pihak ibu. Jadi dengan panggilan terhadap sesama Tionghoa yang begitu familiar merupakan satu kumpulan keluarga besar. Amat disayangkan kalau kita punya bahasa dikalangan pergaulan yang begitu halus , begitu familiar dan begitu hormat , kemudian diganti oleh panggilan lain yang merenggangkan antar sesama.
Sekarang mari kita bicarakan tentang sebutan dikalangan keluarga dikalangan Tionghua. Kita tidak usah menanyakan hal lebih jauh tentang perhubungan keluarga orang lain karena kita dapat mendengar dan mengetahui dari cara memanggil. Kita bisa mengerti hubungan keluarga tersebut. Ini adalah salah satu sisi positif dari kesopanan Tionghua.
Mari kita ambil beberapa contoh. Andaikan kita punya dua saudara lelaki dan dua saudara perempuan. Kemudian kita menikah dengan seorang nona yang juga mempunyai dua saudara lelaki dan dua saudara perempuan. Orang Tionghoa mempunyai panggilan kekerabatan untuk membedakan satu sama lain.
Kepada saudara lelaki dari pihak istri kita yang lebih tua kita sebut Twaku . Kepada yang lebih muda dari istri kita kita sebut Ku’a. Kepada saudara perempuan yang lebih tua dari pihak istri kita sebut dengan Twa-ie. Terhadap yang lebih muda kita sebut Ie’a. Orang lain dapat mengerti bahwa mereka itu adalah saudara dari pihak istri. Kalau saudari dari pihak istri menikah , masing-masing suami dari saudari ipar kita menjadi Tangmui. Dan orang lain yang mendengar sebutan itu menjadi mengerti bagaimana sangkut paut dua pria yang merupakan suami dari saudari ipar kita. Anak-anak kita akan menyebut mereka sebagai ie-thio dan boo-ie kepada saudari ipar kita. Kepada saudara ipar laki-laki , anak-anak kita akan memanggil dengan boo-koe , kepada istrinya , anak kita akan memanggil boo-kiem.
Anak-anak akan memanggil kepada kakak laki-laki kita dengan sebutan twa-pek dan kepada adik kita dengan sebutan Ntjik (Ncek). Kepada twa-ci kita , anak-anak kita akan menyebut mereka sebagai twa-kouw dan kepada adik perempuan kita , anak-anak kita akan menyebut kouw. Kepada suami-suami dari saudari kita atau saudara ipar , anak-anak kita akan menyebut kouw-thio. Terhadap istri dari koko , anak-anak itu akan menyebut twa-em sementara kepada istri dari ntjik (ncek) , anak-anak akan menyebut ntjiem (ncim). Terhadap saudari ipar dari ngko , kita memanggil ngso (nso , aso). Sedangkan kepada suami dari cici kita sebut Tji-hoe (Cihu).
Anak-anak dari saudari laki-laki akan menyebut kita Tjhin-tong sementara anak-anak dari saudari perempuan kita akan menyebut kita piauw. Sebutan tong-hia berarti saudara yang lebih tua dan terlahir dari saudara papa kita. Tong-sioti untuk menyebut anak yang terlahir dari saudara lelaki yang lebih muda dari ayah kita. Tong-twa-ci sebutan buat menyebut anak perempuan dari pihak mpek dan ntjik (ncek) yang lebih tua dari kita. Tong-sio-moay sebutan terhadap anak lelaki yang lebih tua dari kita punya kouw.
Kepada yang kita sebut mpe (mpek) , anak-anak kita menyebut pek-kong. Kepada yang kita sebut ntjik (ncek) , anak-anak kita menyebut cek-kong. Kepada istri dari pek-kong atau cek-kong, anak-anak kita menyebut dengan kouw-poo dan tjiempo. Kepada yang kita sebut ngkoe (ngku) , anak-anak menyebut dengan sebutan ku-kong dan kepada istrinya ku-kong , anak-anak menyebut dengan kim-po.
Sementara kita punya ayah-ibu dan mertua pun ada perbedaannya. Anak-anak kita akan menyebut nkong atau ma. Pembedanya adalah sebutan gwa-kong , lay-kong , lay-ma dan gwa-ma. Gwa-kong adalah ayah dari pihak ibu sedangkan gwa-ma adalah mama dari pihak ibu. Lay-kong dan lay-ma adalah ayah dan ibu dari pihak ayah.
Kita punya menantu lelaki , kita sebut kia-say , sedangkan menantu perempuan disebut sinpoe. Anak dari kita punya anak lelaki kita sebut lay-soen sedangkan anak dari kita punya anak perempuan kita sebut gwa-soen. Mantu lelaki dari kita punya anak laki-laki atau cucu dari anak lelaki kita sebut lay-soen-sin-poe sedangkan cucu mantu dari kita punya anak perempuan kita sebut gwa-soen-sin-poe.
Sebutan itu dalam bahasa sehari-hari banyak yang tidak digunakan seperti piauw-hia , tong-hia , twa-ku dan bisa kita panggil saja ngko. Meski begitu , kalau kita mengerti dan menjaga sebutan kekerabatan dengan menyebut si A atau si B dengan sebutan twa-koe , tong-hia , piaw-hia , maka sangkut paut keluarga menjadi lebih jelas dan tidak perlu menuturkan panjang lebar. Untuk membedakan besan-lelaki dan perempuan , kita ada sebutan Tjien-ke atau Tjhe’m .
Panggilan-panggilan kekerabatan ini sukar ditemukan pada bangsa lain. Masih banyak sebutan kekerabatan yang lain tapi dirasa cukup sampai disini.
Lihat juga :
Panggilan kekerabatan lengkap Hokkian : http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/marga-tionghoa-chinese-surname/294-panggilan-kekerabatan-dalam-tradisi-tionghoa
Panggilan kekerabatan lengkap Hakka : http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/dialek-tionghoa-chinese-dialects/1327-panggilan-kekerabatan-dalam-tradisi-tionghoa-hakka
Tulisan diatas ini terjemahan bebas dari tulisan dibawah ini.
***
NAMA TOEROENAN DAN FAMILLIE SYSTEEM DARI ORANG TIONGHOA
Penganter: Ini tjerita moengkin lebih di pahamin oleh orang dari kaoem
Hokian semoga harep di makloem dan oetoek Nama toeroenan laen kesempatan aken saja toetoerken
II. Familliesysteem
I.
Lebih doeloe di sini saja maoe tjaboet perkata’an’nja pengarang jang terkenal, Liang Chi Chao, siapa ada bilang bahwa kebangsaan Tionghoa itoe sebener’nja terdiri dari goendoekan famillie² besar. Dengen perkata’an mana Liang Chi Chao maoe kata, bangsa kita ada begitoe oetamaken soal perhoeboengan famillie.
Ini pengoetaraan memang djoega tida salah.
Kita poenja hikajat sedjek djaman koeno sekali telah mengoendjoek bahwa bangsa kita ada amat perhatiken terhadep perhoeboengan sanak, satoe anggota famillie jang berada di dalem kesoesahan oepama’nja, ada mendjadi tanggoengan laen sanak boeat briken pertoeloengan sekedar’nja.
satoe famillie lid jang berada dalem kesoesahan poen ada di tanggoeng djoega kesoesahan’nja itoe sanak keloearga’nja.
Maka pada djaman² jang telah liwat, di Tiongkok, orang haroes berlakoe hati² sekali boeat beroeroesan pada sesoeatoe orang, terlebih poela djika berlaenan kaoem, kerna satoe orang dari famillie Tan oepama’nja, kaloe ia dihinaken oleh orang dari laen famillie, itoe hinaan di rasaken djoega oleh semoea kaoem’nja
Kepentingan satoe anggota famillie dibelaken oleh seantero orang jang terdiri dari satoe she (*batja seh) atawa satoe kaoem sebage mereka poenja kepentingan sendiri, maka djoega orang Tionghoa selaloe djaga agar perhoeboengan famillie itoe selaloe tinggal kekal dan tida terpoetoes.
Salah satoe djalan boeat djaga agar perhoeboengan famillie adalah dengen tjiptaken seboetan² jang lengkep, dengen begitoe sekali kita denger itoe seboetan kita bisa lantas taoe mereka poenja iketan famillie satoe sama laen.
Loeas’nja itoe iketan famillie jang berada di kalangan bangsa Tionghoa kita bisa saksiken dengen ada’nja panggilan Tjhien-lang terhadep orang jang masih toenggal satoe she.
Oepama toean Tan Tjoe An dan toean Tan Kiem Tek, kendati mereka belon pernah bertemoe moeka, jang satoe tinggal di Nanking jang laen tinggal di Peking, mereka seboet Tjhien-lang satoe sama laen, jaitoe arti’nja sanak.
Satoe Tjhien-lang pada djaman doeloe, sampe poen oleh bangsa kita jang berdiam di ini kepoeloean, senantiasa di perlakoeken sebage famillie sendiri oleh mereka jang bersamaan she.
II.
Satoe orang toea pernah menoetoer pada saja, pada belasan taon berselang orang² Tionghoa totok jang dateng di ini kepoeloean, oleh orang² jang biasa samboet kedatengan’nja kapal² jang dateng dari Tiongkok langsoeng di anter pada orang² jang serba mampoe dan jang bersamaan
she.
Di andeken ini hari ada dateng satoe jonk dari Tiongkok, di sitoe ada menoempang ampat orang dari kaoem Tan, ampat orang dari kaoem Oei, doea orang kaoem Ong dan satoe orang
Dari kaoem Liem, mereka itoe nanti di antarken pada orang² jang bersatoe she.
Dari orang jang bersamaan kaoem trima mereka dengen seneng hati, mereka beranggepan, itoelah memang soedah mendjadi koewadjiban satoe Tjhien-lang boeat toeloeng orang jang bersamaan leloehoer.
Itoe orang² pada mereka poenja Tjhien-lang nanti di toeloeng dengen satoe dan laen djalan, siapa bisa bekerdja di beri pekerdja’an, jang pande berdagang poen di bantoe dengen sedikit kapitaal, jang dapet di koempoel dari oeroenan antara sesama orang jang bersatoe she (*ini satoe dari banjak hal jang bikin orang Tionghoa koeat dalem ekonomi).
Begitoelah dengen ini sedikit penoetoeran kira’nja poen tjoekoep teges boeat kasih liat bagimana terhadep orang jang bersamaan she orang Tionghoa ada taroh perhatian dan anggep famillie sendiri, maka tida salah seperti apa jang Liang Chi Chao kata bahwa kebangsaan Tionghoa ada terdiri dari gaboengan famillie² besar, dan lantaran ada’nja itoe iketan jang kentjeng diantara famillie, maka kebangsaan Tionghoa tinggal tegoeh dan orang Tionghoa soesah di tjereken jang satoe dengen jang laen.
III.
Djitoe’nja Liang Chi Chao poenja perkata’an kita bisa saksiken lebih djaoeh dengen ada’nja panggilan² terhadep sesama bangsa kita jang begitoe familliaar.
Satoe orang Tionghoa djika berhadepan pada lean orang Tionghoa, lebih toea atawa moeda’an dari kita, selaloe kita bahasaken ia `Ngko atawa Hia, arti’nja kanda.
Seboetan `ngko atawa hia atawa lao-hsiung ini, tida sadja familliaar, malahan di sitoe ada menggenggem arti hormat terhadep orang jang kita adjak bitjara.
Menoeroet adat Tionghoa, kaloe kita hargaken itoe orang, kita koedoe bahasaken dengen satoe seboetan jang mengoendjoek ia ada lebih toea. Sebab pernah toea itoe arti’nja ada mempoenjai kedoedoekan jang lebih tinggi.
Djika kita berhadepan pada satoe orang jang soedah ada oemoer, kita bahasaken `Njik, atawa djika orang itoe djaoeh lebih toea dari ajah kita biasa’nja kita panggil pada’nja `Mpe.
Itoe doea perkata’an, ‘ntjik dan `mpe sebener’nja ada seboetan boeat mereka jang mendjadi soedara’nja ajah kita.
Sementara kaloe kita berhadepan pada satoe njonja moeda, kita biasa panggil `Ngso, tetapi kaloe kita berhadepan pada satoe njonja jang beroesia tinggi kita sering panggil pada’nja `Ntjiem.
`Ngso adalah satoe seboetan boeat istri’nja kita poenja kanda atawa
`Ngko, sedeng `Ntjiem boeat panggil istri’nja kita poenja
`Ntjik.
IV.
Kombali di sini kita bisa saksiken, bahwa seboetan terhadep sesama bangsa kita itoe ada begitoe familliaar, seolah-olah kita masih terkena sanak deket satoe sama laen, sebab panggilan² itoe selaloe di ambil dari garis² dari fihak lelaki atawa fihak ajah.
Di dalem pemandangan bangsa kita, famillie dari fihak lelaki atawa fihak ajah itoe adalah famillie jang sanget deket, jaoeh lebih deket dari fihak istri atawa fihak iboe.
Djadi dengen panggilan² terhadep sesama bangsa kita jang begitoe familliaar sendiri’nja di kalangan Tionghoa telah meroepaken satoe goendoekan famillie besar.
Maka soenggoeh sajang kaloe kita poenja bahasa dikalangan pergaoelan jang begitoe lemes, begitoe familliaar dan begitoe hormat itoe kamoedian kena di ganti oleh laen² panggilan jang bisa bikin renggang antara sesama bangsa.
Sekarang marilah kita bitjaraken tentang seboetan² di kalangan keloearga boeat kasih liat bagimana kajah ada’nja panggilan² di golongan kita.
Tida oesah kita tanja lebih djaoeh tentang perhoeboengan famillie dari orang pada laen orang, kaloe sadja kita dapet denger mereka poenja tjara saling memanggil, kita lantas bisa mengarti mereka itoe poenja perhoeboengan famillie.
Inilah ada satoe antara kebagoesan’nja kita poenja kesopanan.
Marilah kita ambil beberapa tjontoh.
Sekarang andeken kita ada mempoenjai doea soedara lelaki dan doea soedara prempoean, kamoedian kita menikah pada satoe nona jang djoega mempoenjai doea soedara lelaki dan doea soedara prempoean.
Bangsa kita ada mempoenjai tjoekoep perkata’an boeat bedaken antara mereka itoe satoe dengen jang laen.
Pada soedara’nja lelaki dari fihak’nja istri kita jang lebih toea kita seboet Twakoe, pada jang moedaan dari njonja kita , kita seboet Koe’a.
Pada istri kita poenja soedara² prempoean jang lebih toea kita bahasaken Twa’ie, tetapi ada jang moedaan kita seboet Ie’a.
Dengen bilang oepama si A ada kita poenja twa-koe atawa koe’a, laen orang nistjaja mengarti bahwa mereka itoe ada soedara lelaki dari kita poenja njonja.
Begitoe djoega kaloe kita bilang nona ini dan itoe ada kita poenja twa’ie atawa ia’a orang poen lantas mengarti mereka itoe ada soedara prempoean njonja kita.
Kaloe doea nona mendjadi soedara prempoean’nja kita poenja njonja itoe kamoedian menikah, masing² soeami dari doea nona itoe pada kita djadi pernah Tangmoei.
Maka djika kita bilang, toean A atawa B ada kita poenja tangmoei, orang lantas mengarti bagimana bersangkoet-paoet’nja antara ia dan kita.
Anak² kita panggil Ie-thio pada masing² soeami dari nona itoe, Boo-ie pada nona² itoe.
Sementara pada soedara lelaki’nja kita poenja njonja, anak² kita itoe panggil Boo-koe, pada istri bookoe ia panggil Boo-kiem.
Anak² itoe pada kita poenja kanda ia haroes bahasain Twa-pek, pada kita poenja adinda koedoe panggil `Ntjik.
Pada kita poenja twatji atawa ta-tji, ia panggil Twa-kouw, pada kita poenja ade prempoean, Kouw.
Pada mereka poenja soeami anak² kita seboet Kouw-thio.
Terhadep istri’nja kita poenja kanda, anak² itoe seboet Twa’em, sementara pada istri’nja `ntjik ia seboet `Ntjiem.
Istri kita poenja `ngko kita panggil `Ngso, sedeng soeami’nja kita poenja twatji kita panggil Tji-hoe.
Terhadep soeami’nja kita poenja ade prempoean kita panggil moay-hoe, sedeng pada istri’nja kita poenja ade lelaki kita bahasaken Toe-hoe.
Anak²nja kita poenja ade lelaki dan kanda anak kita pernah Tjhin-tong, sementara anak² kita poenja soedara prempoean, pada anak² kita terkena Piauw.
Di kalangan kita ada seboetan Tong-hia atawa soedara pernah toea jang terlahir dari soedara lelaki kita poenja papa.
Tong-sioti boeat seboet anak² jang terlahir dari ajah kita poenja soedara lelaki jang lebih moeda dari kita.
Tong twatji boeat seboet anak² prempoean dari fihak `mpe dan ‘ntjik jang lebih toea dari kita, dan kita seboet Tong sio-moay terhadep anak² lelaki jang pernah toea dari kita poenja Kouw atawa kita poenja Ie.
Piauw-sioti pada mereka jang lebih moedaan.
Piauw-twatji pada anak² prempoean jang terlahir dari kouw atawa ie jang oesia’nja lebih toea dari kita, sedeng kapan lebih moeda adalah kita namaken Piauw-sio-moay.
Terhadep satoe famillie jang kita bahasaken `mpe anak² kita panggil Pek-kong pada ‘ntjik mereka seboet ‘ntjik-kong.
Pada mereka poenja istri, anak² itoe koedoe bahasaken Kouw-poo dan Tjiempo.
Terhadep orang jang kita seboet `Ngkoe, anak² itoe haroes panggil Koe-kong, pada istri’nja Koe-kong mereka panggil Kiem-poo.
Sementara itoe terhadep kita poenja ajah iboe dan mertoea poen ada poela perbedaan’nja, kendati bener oemoem’nja anak² kita bahasain sadja `Ngkong dan `Ma, soedah kitapoen ada poenjaken poela perkata’an goena bedaken itoe, jalah Gwa-kong dan Lay-kong, Lay-ma dan Gwa-ma.
Jang dinamaken gwa-kong jalah dari fihak iboe, gwa-ma mama dari fihak iboe djoega, sedeng lay-kong dan lay-ma adalah ajah dan iboe dari fihak lelaki.
Kita poenja mantoe lelaki seboet kiasay, mantoe prempoean poen kita namaken Sinpoe.
Anak dari kita poenja poetra kita seboet Lay-soen, anak dari kita poenja poetri kita panggil Gwa-soen.
Mantoe lelaki dari kita poenja anak lelaki, jaitoe kita poenja Lay-soen-say, sementara anak mantoe dari kita poenja anak prempoean jalah kita poenja Gwa-soen-say.
Mantoe prempoean dari anak lelaki ada kita poenja Lay-soen-sin-poe, anak mantoe prempoean dari kita poenja anak prempoean ada kita poenja Gwa-soen-sin-poe.
Seboetan² itoe di dalem bahasa sehari-hari antara’nja ada banjak jang tida di goenaken, seperti Piauw-hia, Tong-hia, Twa-koe, biasa’nja di sini kita panggil sadja `Nkoh, maski begitoe kaloe kita mengerti djoega itoe seboetan atawa perkata’an iketan famillie, dengen seboet sadja satoe kali bahwa si A atawa si B ada kita poenja twa-koe, tong-hia atawa piauw-hia kita lantas taoe djelas bagimana sangkoetan’nja itoe famillie, tida oesah kita menoetoerken sampe pandjang lebar.
Begitoepoen goena bedaken antara besan lelaki dan besan prempoean, bahasa kita ada mempoenjai itoe perkata’an Tjien-ke dan Tjhe-`m.
Perkata’an² jang begitoe kajah seboet iketan famillie saja rasa soekar di tjari pada laen bangsa.
Masih banjak poela perkata’an² jang bisa di pake boeat tegeskan itoe iketan famillie, tetapi saja rasa dengen ini soedah tjoekoep.
Hoedjin Tjamboek Berdoeri , 25754
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa | Mailing-List Budaya Tionghua