Budaya-Tionghoa.Net | Bangsa Tionghoa punya beberapa permainan yang menarik minat bagi kalangan sejarahwan karena kemiripannya dengan permainan modern. Salah satunya permainan menyerupai golf yang disebut chuiwan yang dikaji oleh professor Ling Hongling dan Patrick Smith.[1] Permainan klasik Tiongkok lain yang populer adalah cuju yang menyerupai sepakbola dan diakui oleh FIFA sendiri.
|
Dalam situs FIFA disebutkan bahwa perjalanan olahraga terpopuler sejagat ini dimulai di tahun 1863 di Inggris ketika asosiasi rugby dan sepakbola berpisah. Tetapi bentuk permainan paling awal dengan bukti ilmiah adalah di Tiongkok . [FIFA] Nigel B. Crowther dalam bukunya “Sport in Ancient Times” menyebutkan bahwa di tahun 2004 , presiden FIFA — mendeklarasikan bahwa permainan Cuju merupakan asal dari sepakbola modern. [Crowther , p4] . Presiden yang dimaksud adalah Joseph Sepp Blatter.
Cu berarti menendang dan ju merujuk pada sejenis bola kulit yang diisi oleh bulu. Cuju menjadi populer di Tiongkok pada era negara berperang atau zhanguo. Pada masa itu cuju sama populernya dengan sepakbola modern sekarang dengan penggemar yang tidak terhitung banyaknya. Jason Dean (WSJ , 2008) menulis bahwa dari pelayan miskin sampai ke pejabat tinggi turut memainkan permainan ini.
Selanjutnya media CRI (2007) dalam bahasa Inggris mengutip sebuah kisah tentang seorang pria dari negara Qi , bernama Xiangchu menyukai permainan ini. Ketika dia jatuh sakit dengan kondisi parah , tabib Cangong yang terkenal mendiagnosanya dan menganjurkannya untuk istirahat dan menghindari pengerahan tenaga dan keringat. Karena dia begitu mencintai permainan ini , Xiangchu tidak bisa berhenti bermain dan akhirnya meninggal setelah melalui sebuah permainan.
Di masa dinasti Han , cuju secara bertahap meraih simpati di kalangan kerajaan. Han Wudi , salah seorang kaisar Han yang terkenal dalam sejarah juga turut memainkannya. Sejak cuju juga dapat menangkal mati rasa setelah mengemudikan kuda dalam waktu lama maka permainan ini juga menjadi bagian dari pelatihan tentara. Permainan cuju semakin bertambah kompleks dan seragam dengan tambahan peraturan .
Li You (50-130 M) menulis sebuah puisi , ” Ju Cheng Ming” yang menggambarkan permainan cuju pada masanya , sebagai sebuah bola bulat dan lapangan persegi seperti halnya yin dan yang . Gawang berbentuk bulan yang berhadapan satu sama lain dan setiap pemain berjumlah sama-sama enam orang . Mereka memilih pemimpin dan menunjuk wasit berdasarkan peraturan yang tidak berubah. Salah satu terjemahan puisi tersebut oleh J Tharsen :
“圓鞠方牆、倣象陰陽。
法月衡對、二六相當。
建長立平、其例有常。
不以親疏、不有阿私。
端心平意、莫怨其非。
鞠政由然、況乎執機
Round balls and square walls,
Just like the yin and yang.
Moon-shaped goals opposite each other,
Each side has six in equal number.
Select the captains and appoint the referee,
Based on the unchanging regulations.
Don’t consider relatives and friends,
Don’t indulge in partiality.
Maintain fairness and peace,
Have no complaints of others’ faults.
If all this is necessary for regulating football,
How much more for directing one’s life!”
(Li You (李尤) (50-130 M) , “Ju Cheng Ming” (“鞠城銘”). “Inscription on the Football Wall” translation: J.Tharsen )
Kita bisa melihat kata “fairness” dan “peace” dalam terjemahan ini , begitu juga dengan “round” dan “square” yang mengandung unsur-unsur filsafat dan kosmologi Tionghoa seperti halnya dalam permainan weiqi (permainan go) .
Seorang peneliti sejarah olahraga di pemerintahan Tiongkok , Ma Guoqing , seperti yang dikutip dari Wall Street Journal , mengatakan bahwa bukan saja sepakbola cuju yang merupakan olahraga klasik di Tiongkok tetapi juga chuiwan atau golf dan jijiu atau polo. Secara kultural , sang peneliti itu mengatakan bahwa olahraga maupun permainan di Tiongkok pada masa lampau lebih fokus ke kerjasama team daripada siapa yang menang.
Dimasa dinasti Tang , bola yang digunakan dalam permainan berkembang dari bentuk sebelumnya dengan kulit dua lapis . Tujuan permainan juga mulai memasukkan ke tiang gawang . Pada masa itu perempuan juga aktif dalam permainan ini . Tercatat tim gadis berusia tujuh belas tahun mengalahkan tim tentara.
Cuju berkembang pada masa dinasti Song. Dalam kisah “Di Batas Air” , salah satu dari empat karya klasik Tiongkok , seorang pejabat antagonis , Gao Qiu begitu dihargai oleh kaisar hanya karena kemampuannya dalam permainan cuju. Salah satu kemampuannya adalah membuat bola seperti melekat pada tubuhnya.
Pada masa itu pemain profesional cuju cukup populer. Secara umum mereka terbagi kedalam dua macam kelompok. Yang pertama dilatih dan dimainkan oleh anggota kerajaan dan kelompok lain dari warga sipil yang mencari nafkah sebagai pemain cuju.
Beberapa kota besar juga mendirikan organisasi cuju sendiri yang disebut Qi Yun She atau Yuanshe , yang dianggap sebagai klub professional cuju paling awal. Partisipannya adalah pecinta cuju atau pemain profesional.Pecinta cuju harus mengakui seorang profesional sebagai guru dan membayar dengan jumlah tertentu sebelum menjadi anggota. Hal ini untuk menjamin pendapatan para pemain profesional.
ATURAN DAN JENIS PERMAINAN
Seorang Hui , Wang Yuncheng pernah menulis sebuah buku berjudul “Cuju Collection” , yang menjelaskan secara rinci cara yang berbeda untuk bermain cuju. Ada dua cara utama dalam bermain cuju : “zhu qiu” dan “bai da“. Zhuqiu secara umum dimainkan pada saat acara-acara penting seperti perayaan ulangtahun kaisar atau even diplomatik , dengan 12 sampai 16 pemain untuk setiap tim.
Setiap pemain punya sebutan untuk posisinya seperti xiaozheng , qiutou (pemimpin tim) , raose dstnya Pertandingan berlangsung tidak langsung dengan dua tim berdiri terpisah di area masing-masing. Sebelum pertandingan , dua qiutou (pemimpin tim) memutuskan apakan akan ada dua atau tiga putaran dan mereka mengundi untuk menentukan siapa yang lebih dulu memulai services.
Tim pertama yang memulai pertandingan mengumpan bola pada raose yang kemudian mengumpan kembali ke anggota tim lain dan pada akhirnya bola di oper lagi ke qitou. Terakhir , tembakan dari qiutou menuju gawang setinggi 3 zhang dan lebar gawang hanya satu chi.
Jika bola yang ditendang memantul menuju jaring dan jatuh , anggota tim punya kesempatan mendapatkan bola sebelum menyentuh tanah dan mengopernya kembali kepada qitou.
Jika bola jatuh ke sisi lawan , menjadi giliran lawan untuk memainkan bola . Ketika bola menyentuh tanah maka satu putaran berakhir. Kunci kemenangan ada pada akurasi tembakan dari qitou yang menuju gawang yang sempit. Anggota lain hanya bisa menahan dan mengoper bola.
Karena tanggung jawabnya yang besar maka kehormatan jatuh kepada qitou . Biasanya qitou dari tim pemenang diberi hadiah mangkuk perak dan brokat sementara qitou dari tim yang kalah diberi tepung putih diwajahnya dan didera kibasan rami didepan penonton.
Cara bermain cuju yang lain adalah tanpa gawang . Metode ini disebut baida . Lapangan permainan ditutup dengan benang dan pemain didalamnya menendang bola bergiliran. Jumlah kesalahan yang dibuat sangat menentukan permainan.
Jika bola tidak cukup jauh mencapai yang lainnya maka poin akan dikurangi. Jika bola ditendang terlalu jauh hingga melampaui batas lapangan maka pemotongan poin besar dilakukan. Demikian juga dengan kesalahan seperti menendang bola terlalu rendah maka besar pula pemotongan poin. Pada saat terakhir , pemain dengan nilai tertinggi menjadi pemenang. Pemain dapat menyentuh bola dengan seluruh bagian tubuh terkecuali tangan. Jumlah pemain sekitar 2 sampai 10 orang.
Popularitas permainan ini menurun di masa Dinasti Ming. Sebagi hasil dari pengabaian pihak bangsawan Ming maka olahraga yang sudah berusia 2000 tahun ini memudar menjadi tinggal sejarah.
[Photo Ilustrasi : Sebuah permainan cuju yang berlangsung dalam even Han Culture Tourism Festival di Xuzhou-Jiangsu , 29 Oktober 2007 , Xinhua ]
Cuju Modern
Permainan cuju ini mulai diakui dunia . Selain pernyataan Joseph Sepp Blatter yang telah disebut diatas. Permainan cuju ini juga dipajang di Hamburg , Jerman pada saat berlangsungnya Piala Dunia 2006. Tiongkok sendiri pada saat exhibition menampilkan kopi dari permainan cuju , pahatan goa dan pottery yang berkaitan dengan cuju , yang disediakan oleh pihak Linzi Cuju Museum [Xinhua , 14 April 2006]
Pada saat Olimpiade Beijing 2008 berlangsung , permainan cuju ini digiatkan sampai ke tingkat pameran untuk pengunjung Olimpiade. John Dean dalam Wall Street Journal menulis satu peristiwa menarik dimana disaat hujan , sekelompok anak muda mengenakan kostum sutra kekaisaran berwarna kuning dan hijau , memainkan permainan ini di China Millenium Monument , Beijing. Kedua tim memainkan sebuah bola seukuran bola voli dan menendang bola ke arah gawang kecil setinggi 13 kaki di tengah lapangan untuk mencetak angka.(Bersambung)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa
REFERENSI :
————-, (2006) , “Cuju , true origin of soccer , to be exhibited during World Cup “ , Xinhua
————-, “History of Football – The Origins” , Situs FIFA
Crowther,N.B., (2007) , “Sport in Ancient Times” , Greenwood Publishing Group
Dean Jason , (2008) , “Two Teams , One Ball , One Goal : To Revive an Ancient Sport” , Wall Street Journal
Zhang Huimin , (2007) , “CuJu , the Ancient Chinese Football” , CRI