Budaya-Tionghoa.Net| Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan kembali mengenai genre humor Tiongkok. Pembahasan mengenai humor bisa jadi bersifat serius, karena sebagai salah satu genre sastra, maka humor boleh juga dikritik atau ditelaah. Berikut ini akan dihadirkan dua penelaahan terhadap humor Tiongkok.
|
HUMOR 1.
Suatu keluarga kaya menghadirkan seorang guru guna mengajar anaknya. Namun keluarga itu sangatlah pelit dan hanya menghadirkan masakan wortel bagi sang guru. Pertama-tama guru itu diam saja, namun lama kelamaan ia bosan juga dan mengeluhkan hal itu pada tuan rumah. Orang tua si anak lantas menjawab, “Anda itu guru. Seharusnya mengetahui bahwa wortel itu baik bagi kesehatan mata. Anda hendaknya berterima kasih jika kami suguhi wortel setiap hari. Dengan begitu, Anda akan mempunya mata yang sehat.” Sang guru berlalu tanpa mengucapkan sepatan katapun. Beberapa waktu kemudian tuan rumah menyaksikan guru itu sedang memandang ke luar. Ia bertanya, “Guru, apakah yang sedang Anda saksikan.” Guru menjawab, “Saya sedang menyaksikan opera di ibukota.” Tuan rumah bertanya lagi, “Guru, bagaimana mungkin opera di ibukota yang sangat jauh dari sini bisa kelihatan.” Guru menjawab, “Bukankah katanya wortel baik bagi mata? Karena tiap hari makan wortel, maka saya kini dapat menyaksikan sejauh itu.”
Analisa:
Humor ini sebenarnya merupakan sindiran bagi keluarga yang pelit. Mereka tiap hari hanya menghadirkan makanan yang sama. Di sini kelucuan terletak pada analogi ekstrim, yakni karena menyehatkan mata, maka dianalogikan secara ekstrem bahwa jika terus menerus memakan wortel orang akan memiliki indra penglihatan yang jangkauannya tak terbayangkan. Tentu saja ini, adalah cara sang guru menyindir tuan rumah. Makna humor ini adalah petuah agar kita jangan bersikap pelit.
HUMOR 2.
Pada zaman dahulu terdapat seorang tabib terkenal, yang gemar makan ikan. Suatu kali dia diundang oleh keluarga kaya yang anak gadisnya sedang sakit. Karena jaraknya jauh, ia membawa bekal makanan. Tentu saja bekalnya berupa ikan. Setibanya, di rumah keluarga gadis tersebut, ternyata kamar si sakit ada di lantai dua. Tabib lantas meletakkan bekalnya di lantai pertama. Ia bergegas ke kamar sang gadis di lantai dua. Namun karena khawatir ikannya dimakan kucing, bertanyalah dia, “Apakah kamu di bawah punya kucing (貓=mao)?” Si gadis sejenak nampak malu dan akhirnya menjawab, “Punya. Sedikit-sedikit.” Tabib kebingungan karena jawabannya tidak nyambung. Dia mengulangi pertanyaannya. Sang gadis menjawab lagi, “Di bawah ada 毛 (mao = bulu) sedikit-sedikit.”
Analisa:
Humor ini memanfaatkan persamaan bunyi dalam bahasa Mandarin, di sini mao (貓) yang berarti kucing mirip bunyinya dengan mao (毛) yang berarti bulu. Humor yang memanfaatkan persamaan bunyi ini jumlahnya relatif banyak.
Ivan Taniputera , 10151003514362436 , 3 Juli 2012