Budaya-Tionghoa.Net | Li Er sangat hormat pada kakeknya atas pengetahuannya yang tinggi, broad mindedness, bebas dan masih giat belajar meskipun beliau sudah senior, apalagi untuk mendidik cucunya. Kakeknya menganjurkan agar Li Er mengerjakan pekerjaan seperti, bercocok-tanam, meng-angon kerbau, memelihara ulat sutra, mancing ikan, memburuh, karena beliau beranggapan bahwa pekerjaan tersebut adalah penting bagi mempertahankan hidup (survival), apalagi bagi seorang lelaki yang kelak harus tanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya.
|
Kekurangan yang paling besar dari seorang, apalagi seorang intelektuil ialah acuh tak acuh terhadap pekerjaan agraria. Agraria adalah basis dari penghidupan jaman dulu. Memburuh dan memanah adalah penting untuk dapat daging yang fresh seperti kijang, burung etc. Disampingnya itu bekerja baik untuk kesehatan badan dan jiwa.
Kakeknya Li Er mendidik murid-muridnya tentang, teori perobahan, kesopanan, kebenaran (propriety) dan seremoni. Itu waktu Li Er masih berumur empatbelas tahun namun ilmunya yang beliau dapat dari pedidikan kakeknya lebih mendalam dan tinggi, tetapi keinginannya untuk memperdalam ilmunya tidak hanya terbatas dari buku saja, tetapi beliau berkeinginan untuk belajar tentang dunia yang tidak ada batasnya.
Kakeknya Li Er mendidik cucunya sekuat kemampuannya, tetapi beliau sadar bahwa Li Er sebagi seekor burung Elang muda yang apabila berkembang dewasa ingin membuka sayapnya diatas langit yang biru dan belajar dari pengalaman hidup di berbagai dunia. Opanya mendidik dan memberi bimbingan dan pengertian tentang hubungan antar manusia di masyarakat dan penghidupan yang kompleks. Anak-anak biasanya menghafalkan pelajaran hanya mengenai luarnya saja, tetapi cucunya mencari kebenaran sampai mendalam sehingga menemukan esensinya atau mengenal seluruhnya baru puas.
Li Er sangat respek pada para pemimpin kuna yang bijaksana, karenanya Beliau sering berkunjung ke King Yu Shrine (tempel). Sewaktu Li Er yang muda kelihatan di kelenteng King Yu ada batu batu yang besar dan berlobang-lobang, Beliau tanya pada dirinya mengapa batu yang keras ini bisa berlobang-lobang dan enteng? Lobang-lobang dibatu-batu ini kalau dilihat bentuknya bukan karena pukulan atau kekerasan dari orang, karena lobangnya bundar-bundar dengan batas-batasnya rata.
Li Er muda ini tidak melepaskan pertanyaannya sebelum Beliau dapat menyelesaikannya. Karena itu Li Er pergi kesana untuk mencari kebenaran dari apa yang Beliau persepsi, beliau berdikusi dengan opanya, tetapi belum mendapatkan penyelesaiannya. Pada satu hari Beliau datang kebetulan hujan. Li Er tidak menghiraukan hujan, meskipun badannya basah dan dingin, pemuda ini mendekati batu-batu yang berlong-lobang dari yang satu ke yang lain. Dia melihat berjam-jam lalu dengan gembira beliau berkata pada dirinya: “Aku tahu sebabnya, yaitu air yang kita anggap lemah.”
Terlihat oleh Beliau bahwa air dari atas genteng turun kebawah persis jatuh ditempat-tempat lobang-lobang itu. Nah dengan itu mengertilah Li Er bahwa lobang-lobang itu akibat menetesnya air yang continu dan menahun. Lalu Li Er mengkombinasi dari pengalaman kesusahan dan penderitaan yang diderita rakyat umum: “Air bisa mengikuti semua bentuk, bisa menghancurkan rumah-rumah yang besar, bendungan yang kuat, bukankah air ini lemah, tetapi sangat kuat dapat mengalahkan yang kuat-kuat!
Pulang rumah basah sama sekali tidak berganti pakean terlebih dulu, pertama-tama cucu yang pandai ini bicarakan pada Kakeknya , yang gembira. Li Er bisa mencari kebenaran dari persoalan batu-batu yang penuh dengan lobang-lobang ini. Tetapi didalam hati beliau, tahu bahwa cucunya ini seorang yang pandai dan beliau mengerti bahwa pada satu hari beliau harus ridlah dan berani melepaskan cucunya untuk mencari pengalaman ke berbagai negara di Tiongkok untuk memperdalam kepandaiannya.
Dr Han Hwie-Song , 26270
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa