Budaya-Tionghoa.Net |Pada satu hari Li Er angon kerbaunya dengan teman-temannya masing-masing membawa kerbaunya makan rumput. Hawa udara sangat terang, dan langit yang biru tiada awan sedikitpun. Pemandangan sangat indah di pinggiran gunung, dan bukit-bukit yang hijau dan berbagai bunga-bunga dengan pancawarna sangat indah dimata mereka. Bunga-bunga dalam segala fase perkembangannya, ada yang
dalam puncaknya ada yang masih dalam menguntum. Mereka dengan senang turun dari kerbaunya dan membiarkan kerbau-kerbaunya makan rumput, lalu mereka berlarian dengan senangnya.
|
Di hutan ada satu pohon yang besar dan tinggi seolah-olah pohon ini mencapai langit. Pohon ini rindang karena kaya dan penuh dengan daun-daunnya. Li Er duduk dibawah pohon ini dan dengar diantara daun-daun yang sesak seekor burung bersiul dengan gembiranya. Ternyata di sekitarnya juga ada burung-burung lainnya yang bersiulan seolah-oleh mereka saling berkompetisi atau berinteraksi antar mereka. Tetapi burung yang sendirian ini dengan
warnanya yang lebih bagus dan matanya yang merah paling enak suaranya untuk didengar. Suara-suara ini makin menjadi-jadi dan terdengar juga echonya di hutan yang tenang, dan biasanya sunyi ini. Suara-suara demikian ini adalah seolah-olah suatu ode, menghargai pada keindahan alam disekitarnya. Inilah suara dari alam yang memberikan pada setiap orang ketenangan dalam kehidupan jiwa manusia.
Dalam keadaan mimpi Li Er terbangun dengan kedatangan orang-orang yang membawah net yang besar yang dipasang didekat burung yang sendirian ini, dengan alat-alat lainnya yang digunakan untuk menangkap burung. Jantung Li Er berdenyut dengan keras dan cepat, Beliau tahu bahwa penangkapan terutama ditujukan pada burung yang chusus ini. Burung-burung itu berterbangan dan banyak tertangkap dalam net yang besar itu. Satu persatu dimasukkan dalam kurungan. Nyanyian dialam yang bebas tanpa ada tekenan telah berachir dan Li Er tidak tahan melihatnya, tetapi Beliau masih boca apa yang dapat dibuatnya? Tragedi itu telah terjadi.
Dikurungan burung-burung yang tertangkap dilihat satu persatu, dan semua burung dilepaskan kembali hanya yang satu ini saja yang dianggap sebagai “Champion Singer” ditinggalkan. Kejadian in merupahkan pada Li Er sebagai satu pukulan semangatnya, suara yang indah tetap “terdengar ditelinganya.” Champion Singer itu dengan suaranya telah hilang selamanya di hutan yang indah ini. Lain dengan teman-temannya, Li Er hilanglah kegembiraannya untuk menikmati hawa udara yang indah dan kebersamaan dengan teman-teman untuk bermain.
Li Er berpikir kenapa burung yang bersuara fantastis ini harus mengalami tragedi? Bagaimana kalau burung ini adalah burung yang umum seperti burung-burung yang lainnya? Apakah dia akan mengalami kejadian yang tragis
seperti ini?
Hutan ini sekarang menjadi sunyi, hanya terdengar suara dari menggerisiknya daun-daun karena angin. Teman-teman lainnya sesudah mengetahui kesedihan Li Er juga meninggalkan hutan dengan merasakan kehilangan suatu yang indah.
Pengalaman Li Er mengenai tragedy ini, orang dapat dengan mudah menghubungkan dengan teori taoisme janganlah menonjolkan diri kepandaian anda, lebih baik mengalah setindak untuk dapat maju seratus tindak. Mengalah itu berarti kekuatan, menun nujukkan kematangan pikiran anda. Bukankah dalam kenyataan bahwa bunga yang cantik lebih dulu diambil, dan babi yang gemuk lebih dulu dipotong? (bersambung)
Dr. Han Hwie-Song
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua