Budaya-Tionghoa.Net | Li Er pikir bapak ferry (red : maksudnya tukang perahu yang menyeberangkan penumpang) ini meskipun sudah senior, tetapi pikirannya dan badannya masih sehat, apa yang dikerjakan menurut peraturan yang tetap dan terkontrasi, pasti beliau seorang banyak pengetahuannya.
|
Li Er lalu bertanya:” Menurut percakapan bapak tadi, bapak ini adalah keluarga ferry , betulkah ?” Bapak ferry itu ketawa dan menjawab:” Betul demikian, lihatlah dipinggir sungai ini didepan anda terdapat lima kuburan, semua adalah kuburan lima generasi dari nenek moyang saya.
Setiap orang didunia ini mempunyai keinginan dan ambisi masing masing yang diperjuangkan, ada yang menginginkan menjadi amtenar yang tinggi, yang lain ingin mendapatkan kekayaan dan kehormatan. Bagi nenek moyang saya cukup untuk makan dan pakean dan waktunya digunakan untuk pekerjaaan kapal.
Anda jangan merendahkan pekerjaan ferry yang kecil ini. Sudah bergenerasi kami menyebrangkan orang dari segala kelas sosial, para ambtenar, pedagang dan orang kaya dan miskin. Kapal ini telah melihat segala situasi dan berbagai macam orang, dari pengalaman ini maka saya menghargai kapal kecil ini. “
Bapak ferry ini berhenti sebentar untuk meluruskan jalannya kapal dan meneruskan pembicaraannya: ” Generasi datang dan pergi, perobahan besar dan kecil bergantian, pembangunan dan kerusakan, berdiri dan jatuhnya dinasti-dinasti etc., semua ini adalah proses yang berkontradiksi, tertapi merupakan proses yang eternal dan tidak berobah dari Tao. ”
Beliau mengeluh napas panjang dan berkata: “Lama kelamaan kapal kepunyaan keluarga saya tambah kecil, dan sekarang kapal saya ini paling kecil. Ini disebabkan karena “jalan”, Tao, dirobah oleh penguasa dan akibatnya kemelaratan menimpa kami, sebagai akibat peperangan.
Lagi-lagi beliau berhenti sebentar:”Sekarang meskipun humanitet, keadilan dan kebijakan lainnya dianjurkan oleh banyaknya ahli-ahli pemikir dan ditambah dengan adanya hukum (law) dan hukuman, tetapi tidak menolong, karena kemiskinan dan kechaosan dalam negeri. Masyarakat jaman dulu harmonis karena orang bersifat alamiah seperti kanak-kanak saling menolong dan saling menyintai.”
Li Er mendengarkan dengan interese perkataan pak kapal ini dan tanpa disangkah sudah sampai di pinggir. Li Er mengucapkan banyak terimakasih dengan penyebrangan ini dan berkata:”Bapak telah memberi pelajaran pada saya hal-hal yang penting dari Tao.”
Tujuan dari saya meninggalkan rumah ialah mencari guru. “Apa yang anda katakan itu saya sangat setuju dengan pikiran anda. Dari pembicaraan anda mempertinggi kepercayaan saya.”
Bapak kapal itu menjawab sambil menggoleng-golengkan kepalanya:” Mana-mana, anda sangat merendahkan diri, saya hanya seorang tukang perahu yang bersahaja saja, seorang ferry yang kecil.”
Sebelum mereka berjalan kejalanan bapak ferry ini berkata: ” Hari sudah malam dan disekitarnya tidak ada losmen dan berbahaya untuk berjalan waktu malam, maka saya mengundang anda untuk bermalam digubuk saya, tidak bagus, tetapi aman.
“Anda besok pagi boleh meneruskan perjalanan anda.” Li Er sangat berterimakasih atas undangan teman yang baru ini dan mengikuti beliau kerumahnya
Sampai dipekarangan rumah datang seorang gadis yang mengambil barang bawahan pak kapal itu. Bapak kapal memperkenalkan gadis itu sebagai cucunya dan bernama Rou-wei. Li Er memperkenalkan dirinya dan minta maaf atas kerepotan dengan kedatangannya.
Rouwei gadis berumur empatbelas tahun , badannya tinggi dan mempunyai mata yang terang dan menarik, tetapi mukanya agak pucat. Kakek Rou-wei senang melihat cucunya bersemangat dan bertanya sambil memegang kepalanya: “Ah, kau sudah tidak panas lagi, bagaimana dengan perasaanmu, kelihatannya sudah segar dan aktif pekerjaan rumah tangga.” Rou Wei agak malu untuk menjawab, melihat Li Er sebentar, lalu masuk kedalam rumah.
Bapak kapal mengatakan pada Li Er bahwa : “ibunya Rou Wei telah meninggal dunia duluan dan ayahnya meninggal dunia karena penyakit tiga tahun yang lalu.
Keluarga kami hanya berduaan ini saja. Di mulai dari jaman ayah saya negara Chu selalu menyerang negara Chen, karena itu Chen menaikkan pajak dan memaksa rakyat untuk bekerja keras dan penghidupan sangat susah.
Menyebrangkan orang dengan kapal adalah pekerjaan yang penting, dan semua orang membutuhkannya. Ini adalah kebijaksanaan dari nenek moyang kami untuk mengerjakan perkapalan ini.
Satu-satunya harapan saya ialah kalau Rou-wei sudah dewasa, saya akan meninggalkan untuk tidur bersama dengan nenek moyang saya di pinggir sungai ini, saya gembira dengan nasib yang demikian ini.”
Perkataan itu dibicarakan engan emosionil, mungkin mengingat Rouwei seorang gadis yang sendirian belum berkeluarga.(Bersambung)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua