Budaya-Tionghoa.Net | Komik yang kita kenal sejauh ini di Indonesia umumnya adalah komik Barat , manga Jepang dan manhua asal Hongkong dan Taiwan. Padahal sebelumnya komikus . Dahulu di antara periode 1930-1980 , komik lokal bisa bersaing dengan komik asing dan setelah itu mati suri.[1] Karena itu pencapaian komikus muda seperti Chris Lie yang bisa menembus Amerika Serikat membuktikan bahwa potensi anak bangsa masih tetaplah ada .
|
Nama Chris Lie tidak asing dikalangan penggemar komik di Amerika Serikat dan telah menghasilkan 40 komik yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan karyanya beredar di beberapa penerbit komik di Amerika Serikat . Chris Lie juga merancang beberapa karakter“GI Joe”.
Chris Lie adalah alumnus Arsitektur ITB (1997) mulai terjun dalam pembuatan komik bersama rekan kampusnya sejak duduk di semester V. Setelah lulus kuliah , pengalaman pertama Lie dalam berkerja sudah langsung berhadapan dengan proyek jangka panjang. Chris terbang ke Bali untuk berkerja dengan Nyoman Nuarta yang sedang menggarap Garuda Wisnu Kencana di Bali.
Perkerjaan awal ini menjadi titik balik yang dibutuhkan Lie. Dengan uang yang didapat Lie memutuskan untuk membiarkan dirinya dibimbing oleh hasrat dan panggilan jiwa terhadap komik. Lie mulai menguras penghasilan dengan menerbitkan dan mendistribusikan karyanya sendiri dengan hasil penjualan yang seadanya. Lie bersama temannya kemudian mendirikan studio Bajing Loncat di Bandung dan mendapat kesempatan dari penerbit Mizan dan Gramedia untuk menuangkan karyanya. Diantara tahun 2000-2003 , Lie menyelesaikan empat volume Nabi Nuh dan tiga volume Ophir:Sic Transit Gloria Mundi yang keduanya diterbitkan oleh Penerbit Mizan.
Lie juga memasukkan beberapa karyanya di kompetisi gambar dan disain berskala regional maupun internasional dimana dia menerima penghargaan utama , seperti JakArt 2001 , AXN-Asia Anime Action Strip Contest 2001, Singapore Comics and Illustration Competition 2002.
Bagaimanapun Chris Lie tetap resah dengan prospek komik lokal di Indonesia karena industri dan kondisi pasar di Indonesia yang lebih menyukai komik impor. Lie mulai menatap ke Amerika Serikat dan kebetulan mendapat beasiswa Fullbright ke Amerika Serikat dan menempuh Master of Fine Art di Savannah College Georgia , di jurusan sequential art. Beasiswa ini menjadi titik balik penting lain dalam karirnya. Disana Lie kuliah sambil magang di perusahaan penerbit komik seperti Devil’s Due Publishing yang merupakan penerbit komik papan atas di Amerika Serikat. Salah satu proyeknya adalah Return to the Labyrinth , GI Joe : Arashikage Showdown , Josie and the Pussycats , Voltron .
Tahun 2006 , Lie lulus dan kembali ke Indonesia. Dari Indonesia Lie tetap mengerjakan order dari Amerika melalui email . Di tahun 2007 , Chris bersama editornya di AS , Mark Powers yang juga mantan editor Superman dan X-Men , menggarap proyek komik orisinil berjudul “Drafted” dengan komunikasi intensif via email selama berbulan-bulan. “Drafted” cukup sukses di Amerika Serikat dan dalam proyek ini Lie berbagi hak cipta bersama Mark Powers.
Pada tahun 2008 Lie mendirikan perusahaan Caravan Studio , perusahaan design yang berbasis di Jakarta Barat dimana dia menjabat sebagai direktur. Lie memulai dengan empat artis di studionya. Lie membina hubungan kuat dengan klien dari seluruh dunia seperti Hasbro , Marvel Studios , THQ , Ubisoft , MTV Asia , Tezuka Productions , Nickelodeon , Mattel , Fantasy Flight Games , Alderac Entertainment , 2K Games , LEGO , Firaxis , Tokyopop etc. Selain itu Lie juga membina hubungan dengan jaringan artis (seniman) lain di Australia , Amerika Serikat dan Kanada. Lie punya harapan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bisa menciptakan komik berkualitas.
BIODATA
Nama : Chris Lie
Tanggal Lahir : Solo , 5 September 1974
Pendidikan : SMAN 3 Semarang , Arsitektur Institut Teknologi Bandung (1997) , Master of Fine Arts, Savannah College of Art and Design, Savannah
Hobby : Basket
Komik Favorit : Tintin
REFERENSI
“Chris Lie , Komiknya Laku di Amerika” , Republika , 22 Juli 2007
” Chris Lie , Drawn To Greatness” , Jakarta Post , 23 September 2008