[Photo Courtesy : zaha-hadid.com]
Budaya-Tionghoa.Net | Sekarang berbagai arsitek kelas dunia diundang ke Tiongkok untuk membangun Tiongkok modern.[1] Tiongkok sanggup mendatangkan arsitek kelas dunia dengan kekuatan finansialnya untuk berkarya di Tiongkok .Diadakannya kompetisi internasional untuk proyek vital seperti CCTV Building yang merupakan simbol pemerintah—menunjukkan keterbukaan dari pemerintah Tiongkok yang selama ini dinilai kaku. Dan terjadi juga proses de-industrialisasi dan mencuatnya industri jasa mendorong pemerintah (daerah) menggunakan arsitektur global untuk merancang dan membangunnya.[2]
|
Sejumlah arsitek elite dunia yang telah berkarya di Tiongkok menghasilkan berbagai landmark seperti Rem Koolhas (CCTV Building ) [3] , Paul Andreu (National Grand Theather) [4] , Steven Holl (Linked Hybrid) [5] etcetera. Setelah Shanghai membangun bandara state-of-the art dan juga distrik finansial seperti Pudong yang seluruhnya dirancang oleh firma-firma internasional , Beijing menyusul dengan pembangunan fasilitas olimpiade menjelang Beijing 2008 dengan karya arsitektural seperti Herzog & De Meuron (Bird Nest Stadium) yang monumental. Guangzhou , sebuah mega-city di selatan Tiongkok tidak ketinggalan dengan mengundang Zaha Hadid , melengkapi daftar arsitek elit diatas.
Guangzhou Opera House, menurut arsiteknya[6] didirikan pada jantung situs budaya kota Guangzhou, Haixinsha Square, sebuah monumen state-of-the-art yang menghadap ke Zhujiang (Sungai Mutiara) yang membelah kota tersebut , dengan rancangan kontur unik seolah dua batu besar yang dialiri air dan pendekatan terhadap fungsi urban dan menciptakan dialog baru dengan kota yang sedang berkembang. Bentuknya yang unik, dengan konsep dua buah lempeng batu kembar yang dihaluskan oleh arus air, yang seolah-olah terdampar di tepi Sungai Mutiara, adalah realisasi dari konsep Tiongkok yang paling mendasar yaitu tian ren he yi 天人和一,yang berarti alam dengan manusia memiliki keselarasan & merupakan satu bagian. Konsep ini berlawanan dengan konsep Barat yang selalu mencoba menaklukkan alam dengan teknologi advance terkini. Konsep tian ren he yi ini melahirkan harmoni中庸 / 和合dengan lingkungan sekitar dan alam. Hal tersebut diwujudkan dengan penataan dua buah massa yang berbentuk natural, memperkuat penataan kota tersebut, dengan promenade jalur pejalan kaki yang membuka ke tepi sungai, menyatukan bangunan budaya tersebut yang berdekatan dengan menara keuangan internasional di Guangzhou kota baru Zhujiang.
Sang arsitek Zaha Hadid, adalah arsitek Inggris-Irak, wanita pertama yang memenangkan penghargaan nobel di bidang arsitektur, mengatakan, “China pada tahun 1980 dan sekarang adalah dua dunia yang berbeda. Pada masa itu, hal yang paling mencolok adalah keseragaman, setiap orang mengenakan setelan Mao. Sangat sedikit mobil di jalan dan bangunan-bangunan baru hampir semuanya sama.” Namun kemudian ia melihat perkembangan taman-taman yang menghiasi area perkotaan, dan integrasi harmonis dari berbagai elemen alam. Mengacu pada hilangnya banyak budaya tradisional di kota-kota seperti Beijing dan Shanghai, katanya, “Ini terjadi di mana-mana, ketika kota bersejarah sedang menjelma sebagai metropolis dunia, tetapi anda perlu untuk menemukan keseimbangan.” “Keseimbangan ini dapat dicapai dengan menggunakan ide-ide tradisional atau bahan-bahan konstruksi di gedung-gedung baru”, kata arsitek dengan tubuh yang tangguh ini. [7]
Desain lalu berkembang dari konsep pemandangan alam dan interaksi menarik antara arsitektur dan alam, terlibat dengan prinsip erosi, geologi dan topografi. Desain Guangzhou Opera House desain sangat dipengaruhi oleh sungai lembah – dan di mana mereka berubah oleh erosi. Garis lipatan di lansekap ini mendefinisikan wilayah dan zona dalam Opera House, memotong interior dramatis dan ngarai eksterior untuk sirkulasi, lobi dan kafe, dan memungkinkan cahaya alami untuk menembus jauh ke dalam gedung. Transisi halus antara unsur-unsur yang berbeda, dan level bangunan yang berbeda melanjutkan analogi lansekap sungai lembah. Unit glass-fibre reinforced gypsum (GFRG) yang dicetak khusus telah digunakan untuk interior ceiling auditorium untuk melanjutkan bahasa arsitektur dalam bentuknya yang mengalir seperti kluster bebatuan ditengah aliran sungai dan permukaannya tereduksi oleh arus sungai memberikan kesan energik disekitarnya .
Proyek Guangzhou Opera House ini merupakan suatu milestone bagi Hadid. Dipertengahan tahun 1990an ketika statusnya baru sebagai bintang arsitek pendatang baru dengan portofolio rancangan yang baru beberapa proyek saja memenangkan kompetisi internasional untuk rancangan Cardiff Bay Opera House di Wales. Bagi Hadid ini merupakan terobosan baru walaupun pemerintah menolah untuk membayar rancangannya , nama Hadid mulai melejit dalam sejarah arsitektur dunia dengan menjadi wanita pertama yang meraih penghargaan arsitektur paling bergengsi Pritzker Architecture Prize. Proyek Guangzhou menjadi ajang pembuktian bagi Zaha Hadid , yang pada awalnya terkesan tidak begitu menjanjikan pada saat pertama dia melihat lokasi yang terbentang diantara taman tanpa fitur nan hambar. Nicolai Ourossoff dalam kritik arsitektur di NY Times menilai Hadid berhasil merajut bentuk-bentuknya kedalam konteks ruang yang semula hambar menjadi keindahan tersendiri.[8]
Karya Hadid juga signifikan bagi genre parametricisme yang siap untuk menjadi mainstream dalam konfrontasinya dengan aliran Minimalisme . Guangzhou Opera House merupakan bangunan parametric awal yang bisa direalisasikan secara nyata , bukan lagi sebatas konsep unbuilt-design di awang-awang. Untungnya Hadid mempunyai klien seperti pemerintah Guangzhou yang membutuhkan landmark dan siap menghabiskan dana besar untuk gagasan non-konvensional.
Akhirnya sebuah bangunan yang menelan biaya 1,38 miliar yuan (202 juta US $, memerlukan waktu pembangunan 5 tahun lamanya – bahkan untuk kota yang kecepatan pembangunannya sangat mencengangkan ini, diresmikan pada bulan Mei 2010.[9]Bangunan utama terdiri dari auditorium beton bebas kolom dilapis granit dan kaca berbingkai rangka baja. Rangka ekspos adalah hal yang menakjubkan, seperti jaring laba-laba raksasa menonjol ke beberapa arah seolah-olah menentang hukum – tak hanya hukum geometri konvensional, tetapi gravitasi itu sendiri. Di antara rangka baja ekspos ini, terletak foyer, di sini anda akan sulit menemukan garis lurus – garis seakan berdansa, memutar, dan berbalik. Tangga utama melingkar megah dari lantai foyer granit hitam sampai ke balkon dan tingkat atas auditorium. Penonton akan sulit sekali duduk tenang menatap pemandangan yang spektakuler ini.
Interior auditorium lebih menakjubkan lagi, bagaikan sebuah gua besar seperti mulut ikan hiu di bawah konstelasi cahaya. Ruangan auditorium yang asimetris ini – meskipun tidak lazim, menghasilkan akustik yang sempurna, karya Harold Marshall, veteran acoutician New Zealand. Menariknya, ia mengatakan bahwa sudut yang aneh dari auditorium Hadid ini menghasilkan akustik yang cocok untuk opera Barat dan opera Tiongkok.
Guangzhou Opera House ini adalah hasil yang sempurna dari pencarian Hadid akan fluiditas & integritas. Banyak orang mengatakan karyanya rumit, namun alam sendiri juga memiliki kompleksitas, tatanan dan organisasi, katanya. Pada akhirnya, Guangzhou harus bertepuk tangan karena telah memberikan kebebasan mendesain bagi Hadid dan timnya. Mengesampingkan membangun dalam skala besar di seluruh dunia, di Inggris karya Hadid hanya sekolah di Brixton, Pusat Maggie di Kirkcaldy dan Pusat Aquatics untuk Olimpiade 2012. Sementara itu ia menerima banyak pujian di Guangzhou, namun ia belumlah bangga akan sebuah bangunan bahwa dia telah pikirkan selama hampir 20 tahun.[10]
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa
REFERENSI
Bielefeld & Rusch , (2006) , “ Building Project in China : A Manual for Architects and Engineers” ,
Glancey , Jonathan., “ More Over , Sydney : Zaha Hadid’s Guangzhou Opera House” . Guardian , 28 Februari 2011
Ourossoff ,Nikolai., “ Chinese Gem That Elevates Its Setting” , New York Times , 5 Juli 2011
Ren Xuefei , (2011) , “ Building Globalization : Transnational Architecture Production in Urban China”
Yu Tianyu , ““Designs that make impossible possible” , China Daily , 17 Maret 2011
http://www.archdaily.com/115949/guangzhou-opera-house-zaha-hadid-architects/
[4] http://web.budaya-tionghoa.net/seni-dan-hobby/architectural-/1625-the-national-grand-theater-paul-andreu
DATA ALBUM
{phocagallery view=category|categoryid=78|limitstart=0|limitcount=0|detail=5|displaydetail=0|displaydownload=0|displaydescription=0|displayimgrating=0|type=1}