BAB II – MITOLOGI TIONGKOK PURBA
Mitos memiliki beberapa pengertian yang salah satunya adalah “gambaran atau perumpamaan yang menjelaskan kehidupan insani dan dunia ( seperti mitos-mitos Plato)”[7] yang akan berpengaruh terhadap suatu masyarakat atau kebudayaan dalam melihat dan memandang alam serta kehidupan mereka. Dan mitos adalah suatu cara dari sekelompok atau seseorang menjabarkan sesuatu yang ada dihadapannya atau juga yang tidak terjangkau oleh indra-indra tubuhnya. Qi Liang 啟良 berpendapat “bahwa mitos adalah suatu cara manusia mengekspresikan sejarah purbanya, terutama dalam menjelaskan segala sesuatunya dan asalnya.[8] Mitos sebagai suatu cara manusia purba memandang alam dan sekitarnya akan didobrak oleh filsafat yang menjadi suatu cara manusia memandang alam dan sekitarnya dengan pandangan yang berbeda dan menjadi materialisme purba.
2.1 Mitos Sebagai Awal Filsafat
Berdasarkan itu maka penulis sebelum memasuki ranah filsafat, pertama yang perlu diketahui adalah bahwa mitos orang Tionghoa berbeda dengan mitos-mitos yang umum berkembang. Pada umumnya mitos Tiongkok tidak terlihat lengkap seperti adanya penciptaan yang diciptakan oleh mahluk adikodrati, terjadinya alam dan sebagainya. Secara umum, ketika membahas mitos Tiongkok yang menceritakan terjadinya alam semesta, yang dibahas adalah masalah Pan Gu 盤古 memisahkan langit dan bumi. Sebenarnya mitos penciptaan yang dikaitkan dengan Pan Gu adalah mitos yang berumur muda, mitos itu timbul pada periode Tiga Negara 三國 (220-280 AD)dalam buku SanWu LiJi 三五曆記[9] yang ditulis oleh Xu Zheng 徐整 yang menjabat sebagai pejabat ritual太常卿 pada kerajaan Wu 吳. Walau umurnya kisah Pan Gu 盘古masih muda dibandingkan dengan mitos-mitos lainnya, tapi mitos ini tetap merupakan mitos mengenai terjadinya alam semesta. Dan dari mitos inilah yang akan melahirkan filsafat Tiongkok yang berbeda dengan filsafat lainnya yang menggali mitos dan ditarik ke ranah filsafat.
2.2 Mitos Tiongkok dalam Menyikapi Kondisi Alam
Qi Liang 啟良 berpendapat “bahwa mitos adalah suatu cara manusia mengekspresikan sejarah purbanya, terutama dalam menjelaskan segala sesuatunya dan asalnya. Dalam mitologi Yunani, manusia mencari sejarahnya adalah dengan menggunakan mitos. Misalnya adalah Prometheus yang memberikan manusia banyak keahlian.[10] “ Qi Liang啟良berpendapat demikian, karena dalam mitos Yunani, Promotheus adalah pencuri api dan mengajarkan manusia menggunakan api, sedangkan dalam mitos Tiongkok adalah Sui Ren 遂人[11] yang menemukan api dengan menggosokkan kayu. Promotheus adalah dewa sedangkan Sui Ren遂人 adalah manusia biasa. Selain Sui Ren 遂人, adalah You Chao 有巢 yang mengajarkan manusia untuk membuat gubuk, Shen Nong 神農 mencobai tanaman dan rumput untuk mengetahui khasiat tanaman tersebut bagi tubuh, Fu Xi 伏羲 menemukan cara membuat jala dan sebagainya.
Bahkan dalam menghadapi banjir besar, terlihat perbedaan menyolok antara mitos dan legenda bangsa lain dengan bangsa Tiongkok. Misalnya kisah Gilgamesh dan Nuh dibandingkan kisah Nv Wa 女媧dan Da Yu大禹 ( Yu yang Agung ). Dalam kisah Gilgamesh dan Nuh diceritakan bahwa banjir adalah bencana dari mahluk adikodrati dan mereka tidak berbuat apapun kecuali membuat kapal kotak besar dan menunggu banjir surut.Dalam legenda Tiongkok, Nv Wa mencari cara mengatasi banjir dengan menambal langit yang bolong dengan menggunakan batu pancawarna yang dilebur. Da Yu 大禹membangun kanal, membuat kolam penampungan air untuk mencegah banjir tersebut.Dari dua legenda itu tentunya terlihat perbedaan dalam menyikapi bencana yang terjadi.
Dengan berangkat dari mitos yang berbeda, terutama masalah-masalah proses terjadinya peradaban, maka kita bisa melihat cara orang Tiongkok purba dalam memandang Mahluk Adikodrati itu yang akan mempengaruhi filsafat mereka. Saya beranggapan bahwa dengan mitos-mitos orang Tionghoa, terlihat bahwa terjadinya peradaban melalui proses evolusi yang bertahap dengan dimulainya adalah You Chao 有巢 kemudian Sui Ren 遂人 hingga Shen Nong 神农, Fu Xi 伏羲, Nv Wa 女娲 sampai dengan Xuanyuan Huangdi軒轅黃帝[12]. Dalam banyak gambaran mitos mereka, You Chao 有巢 dan lain-lain digambarkan sebagai manusia yang berpakaian daun atau kulit binatang sedangkan Huang Di 黄帝sudah berpakaian lengkap dengan menggunakan kain.
Gambaran proses peradaban itu terekam dalam mitos-mitos Tiongkok yang berbeda dengan mitos Yunani. Artinya mereka orang Tiongkok tidak menganggap bahwa alam semesta ini ada harus ada penciptanya, dan apa yang mereka jalani itu adalah proses alam dari suatu peradaban pra sejarah purba hingga sampai pada satu peradaban yang menemukan tulisan adalah proses dari manusia itu sendiri dan menyikapi banjir dan berbagai bencana alam lainnya sebagai suatu hal yang lumrah dan manusia harus mengupayakan caranya agar bisa bebas dari bencana alam dalam hal ini adalah banjir dengan kemauan keras dan cara-cara yang sesuai dengan alam.