Budaya-Tionghoa.Net | Seperti kelenteng pada umumnya, Tay Kak Sie kaya sekali akan dekorasi dan ornamen-ornamen yang erat hubungannya dengan kepercayaan akan lambang para umatnya. Atap, hubungan balok tarik, tiang bahkan sampai lantai semuanya berisi hiasan yang membawa pertanda baik dan mendatangkan berkah.
|
Hiasan Atap
Atap tidak hanya merupakan bagian penting dari sebuah kelenteng, tapi juga merupakan tempat yang paling memperoleh perhatian khusus dalam hal hias-menghias. Sebagai mana kelenteng pada umumnya, hiasan atap yang utama di kelenteng Tay Kak Sie terdiri dari sepasang naga yang dibentuk dari pecahan-pecahan porselin, sedang berhadapan untuk berebut sebuah mutiara alam semesta menyala yang melambangkan matahari (Cu). Tapi pada atap bangunan tengah, yang berada di tengah-tengah antara dua naga adalah sebuah hu-lu bukannya cu. Hu-lu adalah buah dari sejenis labu yang telah dikeringkan, biasanya diisi dengan air atau arak dan sering kali tidak terpisahkan dengan seorang dewa, sebab biasanya para dewa itu selalu membawa air suci, obat mujarab ataupun pusakanya di dalam hu-lu Mungkin karena sebab itulah hu-lu atau buli-buli dianggap punya kekuatan gaib untuk menjaga keseimbangan feng-shui dan menangkal pengaruh jahat, serta lambang pengobatan.
Naga atau liong (dalam dialek Hokkian,) atau long (Mandarin) adalah suatu mahluk mithologi yang punya peran penting dalam kepercayaan Tionghoa. Binatang ini dianggap lambang keadilan, kekuatan dan penjaga barang-barang suci, mengenai liong dan naga ini memang berbeda dengan pandangan orang barat, yang menganggap naga adalah lambang kejahatan, identik dengan setan. Sesungguhnya liong adalah seekor binatang mithologi hasil kreasi seniman kuno yang merupakan gabungan dari berbagai macam binatang, berkepala unta, bermata kelinci, berbadan ular, bertanduk rusa, bersisik ikan, berpaha harimau dan bercakar rajawali. Liong ini mempunyai kekuatan untuk merubah bentuk, ini adalah pertanda kewaspadaan yang tinggi. Dipasangnya sepasang naga yang dibentuk dari pecahan-pecahan porselin ini dimaksudkan untuk menjaga kelenteng Tay Kak Sie dari pengaruh-pengaruh jahat.
[Foto Ilustrasi : http://web.budaya-tionghoa.net/gallery-photoblog/2357-fotografi-tay-kak-sie ]
Kadang-kadang hiasan atap ini juga sepasang ikan naga, seperti ditemukan di kelenteng-kelenteng lain, yaitu seekor ikan berkepala bentuk liong. Ikan naga ini adalah lambang keberhasilan setelah mengalami percobaan dan perjuangan dalam mencapai tujuannya. Konon naga itu berasal dari ikan tambera (Li-yu -Mandarin) yang telah berjuang melawan ganasnya arus sungai Hong Ho (Huang He – Sungai Kuning), berhasil melompati pintu naga, lalu berubah menjadi ikan naga sebagai proses pertama sebelum menjadi liong sempurna. Di Tay Kak Sie hiasan berbentuk ikan naga ini dapat kita jumpai pada ujung talang di tianjing (cim-che – Hokkian) juga pada kerbil tiang utama di ruang tengah.
Burung Hong juga menjadi lambang yang disukai, binatang mithologi ini tampak juga di antara hiasan di bubungan atap kelenteng Tay Kak Sie. Burung dewata ini merupakan raja dari segala burung, bentuknya paduan dari berbagai burung, kepalanya adalah kepala ayam pegar, paruh burung layang-layang, ekor burung merak, jengger ayam jantan, dan lain-lain. Dengan diletakan di bubungan atap, mahluk ini melambangkan lima pokok kebajikan yaitu: ketulusan hati, keadilan, kesetiaan, dan berperi- kemanusiaan, yang dicerminkan dari lima warna bulunya yaitu : hijau, kuning, merah, putih dan hitam. Konon kemunculan Burung Hong ini sangat jarang, hanya pada saat-saat negara makmur aman sentosa dan kaisar yang memerintah sangat bijaksana, baru burung ini muncul.
Patung-patung manusia dan dewata pun menghias bubungan atap ini, dimaksudkan untuk menjaga dan juga membawa berkah. Pada bagian depan kelenteng Tay Kak Sie, persis di bawah patung naga yang berebut mustika itu, tampak bentuk sembilan orang dewa yang masing-masing menaiki satu binatang yang aneh. Yang delapan adalah tokoh delapan dewa atau Pat Sian yang telah kita kenal, sedang yang satu lagi yang ditengah-tengah adalah Thay Siang Loo Kun (Taishang Laojun – Mandarin) yang sedang menunggang kerbau hijau.
Patung dewa-dewa yang menghiasi ujung atap sudah tidak bisa diketahui dengan jelas karena rusak parah dimakan usia, menurut dugaan kami mungkin yang digambarkan disitu adalah Dewa Angin, Dewa Guntur, Dewa Kilat dan Dewa Hujan. Dewa-dewi ini dimaksudkan untuk menjaga kelenteng Tay Kak Sie dari mara bahaya dan pengaruh-pengaruh jahat.
Kilin atau Qilin, Singa atau Say adalah mahluk-mahluk yang dianggap melambangkan nasib baik, kebesaran hati, panjang umur dan kebijaksanaan.
Kilin bertanduk satu menurut legenda, mampu berjalan di atas air dan mempunyai kepala yang mirip dengan liong, berbadan rusa, bersurai dan ekor seperti harimau. Biasanya Kilin ini mempunyai lima warna yaitu merah, ungu, biru, kuning dan hijau, binatang mithologi ini terkenal lembut, cerdas dan adil. Hiasan atap kelenteng Tay Kak Sie ini merupakan ciri khas hiasan gaya Lam Oa (Nan An, di Propinsi Hokkian).
Hiasan pada Tiang dan Balok Penyangga
Ragam Hias yang memberi corak pada tiang dan balok penyangga seringkali berupa para dewata, panglima perang terkenal, tanaman, bunga, liong, gajah, burung hong, say dan binatang mithologi lain. Liong, burung hong, say dan kilin telah kita jelaskan di bagian depan. Sekarang kita akan menjelaskan makna gajah, tetumbuhan dan bunga-bungaan. Gajah dikatakan adalah roh dari para dewa bintang. Tubuhnya tampak berat, tapi belalainya lincah sekali, wataknya ramah dan selalu setia pada tuannya. Sebab itu sebagai ragam hias, gajah melambangkan kecerdikan, ketelitian, kebijaksanaan dan kekuatan. Dibagian atas ruang tengah Tay Kak Sie, gajah ini tampak jadi hiasan penyangga balok tarik, berpasangan dengan seekor say yang membawa bola.
Tetumbuhan dan bunga yang paling sering menjadi hiasan untuk bumbungan dan tiang adalah bunga Mudan atau peoni dan empat jenis tanaman yang mempunyai sifat baik, yang juga melambangkan 4 musim, yaitu bambu, meihua, anggrek dan seruni. Keempat jenis ini sering dipilih oleh para seniman adalah karena mereka melambangkan keuletan dalam melawan iklim yang kejam di Tiongkok. Bambu terutama sekali sangat disukai sebab bambu melambangkan keuletan, tahan salju dan es dimusim dingin. Jadi bambu adalah lambang kekuatan dan keuletan tidak hanya jasmani tapi juga rohani.
Hiasan Pintu dan Dinding
Sekat ruangan dalam kelenteng Tay Kak Sie, dan klenteng-klenteng pada umumnya bukan merupakan pemisahan ruang. Pada sekat ini biasanya terbuat dari kayu, seringkali bambu dan bunga meihua dilukiskan dalam bentuk ukiran tembus (perforasi), dikombinasikan dengan binatang-binatang seperti kijang (lambang panjang umur & kedudukan), burung bangau (lambang panjang umur), kilin dan kelelawar. Di ruang Poo Seng Tay Tee misalnya kita lihat bangau digabungkan dengan pohon cemara (lambang panjang umur), sedang pasangannya adalah kijang dan pohon bambu, dalam bentuk ukiran yang tidak tembus.
Di ruang tengah seperti ditempat pemujaan Thian Siang Seng Boo, kita lihat keranjang bunga dikelilingi oleh kelelawar dalam bentuk ukiran tembus. Seringkali orang bertanya-tanya sesungguhnya arti kelelawar ini. Bagi orang Tionghoa, kelelawar adalah lambang rejeki atau berkah karena arti kelelawar dalam bahasa Tionghoa dialek Hokkian adalah Hok (Fu蝠– Mandarin), yang sama bunyinya dengan hok(fu 福)yang berarti rejeki, karena kesamaan bunyi inilah kelelawar dipakai sebagai lambang rejeki.
Pada pahatan tembus penyekat ruangan itu, kita melihat juga benda-benda yang menjadi lambang Pat Sian atau delapan dewa terdapat diantara lukisan bunga dan kelelawar itu. Pat Sian memang seringkali menjadi obyek yang disukai oleh seniman-seniman. Kedelapan dewa ini adalah lambang harmonisasi, panjang usia, dan kemakmuran. Pat Sian juga dianggap pelindung dari berbagai profesi. Han Siang Cu misalnya dianggap pelindung-pelindungnya tukang ramal, Co Kok Kiu adalah pelindung pemain sandiwara dan lain-lain. Biasanya untuk pahatan kayu Pat Sian hanya berupa lambang saja, yaitu berupa pusaka misalnya Li Thi Koay, diwakili dengan hu-lu dan tongkat besinya, Lu Tong Pin dengan pedangnya, Ho Sian Kouw dengan bunga teratai dan selanjutnya. Benda pusaka yang dibawa oleh Pat Sian itu sudah menyatu dengan kepribadian masing-masing, sehingga bagi para seniman cukup melukiskan pusaka bawaan mereka saja sebagai obyek hiasan.
Bagi kalangan Tionghoa merupakan suatu kehormatan mulia atau besar, apabila sedang berulang tahun pada usia lanjut, menerima ucapan selamat panjang umur dari “Delapan Dewa”. Delapan Dewa yang datang menghaturkan selamat ini adalah para anak cucu orang bersangkutan yang berdandan seperti Pat Sian. Hiasan berupa lambang Pat Sian ini terdapat juga dalam bagian serambi Tay Kak Sie yaitu di bawah ukiran liong yang merupakan jendela. Tembok bagian dalam kelenteng dibiarkan kosong, hanya terdapat relief Wen Shu Pu-sa dan Pu Xian Pusa buatan tahun 1967.
Kwa Tong Hay
Facebook Group Budaya Tionghoa | Facebook Group Angkatan Muda Tridharma Jawa Tengah