Budaya-Tionghoa.Net | Kalau kita berbicara mengenai hongshui sepertinya bagi kita ilmu hongshui adalah satu-satunya ilmu yang menunjang keberhasilan orang. Padahal hongshui hanya salah satu bagian dari Sancai saja. Juga kalau mau diambil dari ilmu xiang atau bentuk juga hanya secuil dari xiang saja.
|
Kebetulan saya telah mengobrol dengan teman-teman yang mengerti persoalan hongshui. Pada dasarnya hongshui adalah dasarnya dari budaya Tionghoa dimasa lampau dengan latar belakang masyarakat agraris. Contohnya kepercayaan hongshui soal bagian depan harus ada air dan bagian belakang harus ada gunung — juga sudah digunakan oleh rakyat Tiongkok kuno pada masa berkembangnya kultur regional neolitikum Yangshao. Para petani itu akan mencari posisi yang dekat dengan sungai dan belakangnya gunung.
Kenapa dibagian belakang harus bukit atau gunung ? Sebenarnya untuk memudahkan melarikan diri saat bencana banjir datang melanda seperti dalam kisah mitologi Nvwa ataupun Gilgamesh. Selain itu gunung juga sanggup menyimpan angin dan menemukan air. Arti dari kata fengshui itu changfeng yushui. Padahal yang dimaksud changfeng dimasa kuno adalah angin yang tidak bisa bertiup dashyat karena ada gunung yang juga bisa menahan awan agar hujan.
SANCAI ATAU TIGA ANASIR ALAM
Tian yang sering disebut-sebut itu faktor TIAN yang diartikan TUHAN (weks) , padahal jaman dulu para ahli fengshui yang Taoist tidak berpikir seperti itu. Berpikir sederhana bahwa semua yang ada di alam semesta ada kaitannya termasuk langit maupun bintang-bintang di angkasa . Ini termasuk pula manusia yang hidup dan ada kaitannya dengan bintang-bintang dilangit.
Bagi yang belajar Ziwei maupun Bazhi akan ada nama-nama bintang misalnya Po Jun , Ju Men , Tan Lang , Tian De , Yue De , Yi Ma etc. Dan itu dinamakan Tian Wen. Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia bisa diartikan Bahasa Langit. Dikatakan Tian Wen tidak bisa digeser secara mudah , alias sudah fix , tetapi atau kartu mati.
Yang masih bisa digeser itu Dili dan Renge. Dili atau ilmu fengshui atau Kanyu atau terserah mau disebut apa tapi yang jelas dipercaya bisa membantu mengatasi kartu mati dari Tian Wen , alias lingkungan dimana kita hidup.
Renge artinya karakter anda dimana anda hidup dan bergaul dengan sesama , orang tua dan yang lainnya yang bisa membentuk sifat-sifat anda. Dalam bahasa sederhananya , hidup bersama yang suka mencuri yah bisa mempengaruhi kita untuk berbuat hal yang sama , menjadi maling juga.
Dua faktor diatas yang bisa membantu mengatasi permasalahan. Kalau tidak percaya ada tip untuk berpikir mengenai makna dibali cerita Zhou Gong yu Tao Huanv dou fa atau Zhou Gong mengadu elmu lawan Tao Huanv. Garis besarnya si Zhou Gong belajar ilmu Tianwen yang sudah fix soal nasib manusia sedangkan Tao Huanv seorang wanita yang belajar ilmu Di Li , yang bisa melawan hal-hal yang fix dari Bahasa Langit , dan yang menang adalah Tao Huanv.
Salah satu sahabat saya menyebut bahwa selain faktor Sancai , ada lagi faktor Yi atau perubahan. Menurutnya , dalam Yijing yang dimaksud dengan Sancai adalah Tiancai : Yin Yang (Plus – Minus) , Dicai : Rougang (Lembut-Keras) , Rencai : Renyi (kemanusiaan dan keadilan atau budi luhur) . Dasar dari ilmu-ilmu tersebut adalah Yijing atau Kitab Perubahan.
Yang dinamakan Perubahan artinya tidak ada yang tetap . Menurut sahabat saya , banyak tukang kwamia itu terpaku dengan perhitungan yang sifatnya tetap . Ilmunya terbentur dengan perhitungan yang tetap saja tetapi lupa bahwa ada perubahan. Dan tampaknya lupa kalau belajar ilmu Xiangming dan Bu itu sebenarnya lagi mengasah Dao dalam dirinya , atau membina batin bukan untuk membina kantong. Oleh sebab itu dimasa lampau jika ada orang hendak belajar hal seperti itu akan melalui test terlebih dahulu dan dihitung segala macam , bukan saja dilihat bakat tapi juga moralnya. Apakah calon murid itu ada bakat menguras kantong orang atau tidak ? Apakah ada bakat menipu atau tidak ? Apakah ada bakat menakuti orang atau tidak. Walau tetap saja dengan cara seleksi seperti itu tetap kebobolan. Mana ada orang seperti Yang Gongsong atau Hao Datong ? Hampir sebagian besar hanya mulutnya saja. Semoga saja para tosu yang belajar fengshui ala Huashan belum kebobolan batinnya.
Nah bicara metode yang banyak , menurut sahabat saya , Dao itu banyak , tidak ada metode terunggul atau terendah. Semua tergantung oleh mental dan sikap batin praktisi fengshui. Soalnya ini melihat “ALAM” dari batin. Metode apapun juga bisa menjadi paling unggul kalau praktisinya benar-benar bisa menyelami filsafat yang ada di Daodejing maupun Yijing. Jangan membawa-bawa Huangdi Zhaijing , Zhangshu segala rupa. Itu membuat semakin jauh dari hakekatnya kalau tidak mengerti apa yang dimaksud dalam Daodejing maupun Yijing yang menjadi kunci utama.
Mistik juga menjadi hal yang seru. Kenapa bisa disebut ada unsur mistiknya ? Gampangnya dimasa lampau yang praktek itu kebanyakan beragama Buddha , Tao etc. Biasanya mereka itu ada sembahyang segala macam misalnya menghitung apa seseorang bisa bahaya , pasti disembahyangi atau dikias. Menurut sharing dari sahabat saya , tidak memungkiri kalau ada cara-cara yang menurut orang dimasa sekarang berbau mistik. Misalnya menggunakan kertas jimat untuk mengatasi posisi fengshui rumah yang dinilai jelek.Dan biasanya yang menggunakan cara seperti itu dimasa lampau yah orang Tao dan beberapa Buddhist. Tetapi jangan berpikiran jelek dulu. Saya pernah ketemu pendeta yang memakai minyak suci untuk memagari rumah atau memberkati rumah dengan menggunakan air maupun doa. Ada yang menaruh simbol “agama”nya dan ayat-ayatnya dirumah. Kalau rumahnya ada setan yah dipastikan akan menggunakan hal-hal seperti itu , dari mulai doa sampai memajang barang-barang yang menjadi simbol.
HU zhenzhai atau buat mainan fengshui itu juga sebenarnya permainan simbol siklus waktu dan ruang. Bukan disembur-sembur seperti dewa mabuk. Saya berdoa saja jangan sampai ada yang mata duitan mengajari ilmu hu-hu-an seperti itu tanpa melihat moral si muridnya. Kalau di Taoisme diajarkan model “kepercayaan” bahwa kalau muridnya tidak benar , sang guru akan menanggung dosa dua kali lipat. Oleh sebab itu banyak guru yang sangat berhati-hati dalam menerima murid. Banyak yang memilih menjadi “kere” daripada ngetop dan kaya soalnya khawatir kalau muridnya banyak lalu menjadi tukang “godot” . Kalau mau belajar saja sumpahnya bejibun dari yang disumpahin kalau melanggar akan mati muda sampai disambar geledek.
Ilmu-ilmu seperti itu buat menolong orang bukan buat bermain hitungan permeter dengan tarif sekian atau menolong orang yang sudah kaya menjadi semakin kaya. Itu sama saja si tukang fengshui lagi memupuk rasa tamak orang tersebut. Juga kalau mengajar bukan memakai uang jutaan atau mencari orang sebanyaknya dengan menggunakan alibi untuk dihargai ilmunya atau alibi mau berbagi ilmu.
Ini bukan kata saya lho, ini kata temen saya. Saya menjadi “ngeri” menulis hal seperti ini . Nanti dikutuk oleh para tukang hongshui. Soalnya sahabat saya bilang jangan bicara hal-hal seperti itu , sama dengan memecahkan mangkok nasi orang katanya.
Ardian Cangianto , 27901
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua