Budaya-Tionghoa.Net | Membahas tentang “Pembentukan Alam Semesta” ada beberapa sudut pandang yang boleh kita ambil. Pertama, dari sudut pandang mitos. Sudut pandang ini mengambil posisi dimana manusia memiliki rasa keindahan (estetika). Mitos sebaiknya kita ambil nilai keindahannya, bukan nilai kebenarannya. Mitos adalah sesuatu yang indah yang bisa diterima oleh kebanyakan manusia. Semua bangsa didunia memiliki mitos-mitos yang sangat indah isinya.
|
Kedua, dari sudut pandang filosofi. Mengapa “Pembentukan Alam Semesta” dipahami dari sudut pandang ini ? Sebab manusia butuh / ingin memahami sesuatu yang tidak mungkin diceritakan dengan alasan yang langsung bisa dibuktikan. Maka para filsuf besar didunia itu membuat hipotesa-hipotesa yang sekiranya bisa menjelaskan masalahnya lebih gampang dimengerti. Apabila hipotesanya tahan uji terhadap kenyataan-kenyataan yang diakui bersama, maka hipotesa itu akan hidup terus. Jika terjadi sebaliknya, hipotesa itu akan ditinggalkan oleh manusia.
Ketiga, dari sudut pandang ilmiah. Sudut pandang ini terdapat dalam ilmu astrofisika yang dipelopori antara lain Albert Einstein dengan teorinya Relativitas Umum yang berteori tentang ruang dan waktu. Diteruskan oleh George Gamow dengan teori Big Bang, Stephen-Hawking dan seterusnya yang sedang mencari-cari GUT atau Grand Unified Theori atau Teori Paduan Agung, yaitu upaya mencari hubungan antara empat gaya : gravitasi, elektromagnet, gaya kuat dan gaya lemah. Ini hanya sekedar introduksi, yang berminat bisa membaca dalam buku-buku astrofisika atau fisika moderen.
Selanjutnya kita akan membahas, bagaimana para filsuf Tiongkok kuno berusaha memahami “Pembentukan Alam Semesta” . Kata kunci yang akan kita bahas adalah Wu-ji ; Tai-ji ; Liang-yi (Yin-Yang); Wuxing; Qian-dao , Gun-dao , Ba-gua dan Wan-wu. Kata-kata tersebut tidak ada terjemahannya, yang harus kita terima dengan lafal itu. Dalam “cerita silat” yang menggunakan lafal Hokkian, beberapa kata sudah kita kenal. Misalnya Wu-ji = Bu-kek; Tai-ji = Tai-kek; Yin-Yang = Im-yang; Ba-gua = Pat-kwa dan Wu-xing = Ngo-heng.
Istilah Wu-ji muncul pertama kali dalam kitab Dao-de-jing bab 25. Wu berarti belum ada, ji berarti polar. Wu-ji = belum ada polar. Jangan mengartikan Wu-ji dengan kosong-melompong ! Melalui proses, Wu-ji memunculkan Tai-ji. Tai-ji artinya “maha-polar”. Tai-ji mucul dari Wu-ji bukan konsepnya Laozi. Wu-ji er Tai-ji¡ atau Tai-ji muncul dari Wu-ji adalah konsep yang dibuat oleh kaum Neo-confucianism Zhou Dun-yi (1016-1073) pada dinasti Song.
Dalam kitab Perubahan atau kitab Yi (Yi-jing) kitab klasiknya kaum Ru, ada sedikit perubahan, bunyinya demikian :”Maka, dalam Perubahan (Yi)” itu ada Tai-ji, dari Tai-ji lahir Liang-yi (dua unsur, yang dimaksud Yin-Yang). Dari Liang-yi lahir Si-xiang (empat kombinasi dari Yin-Yang); dari Si-xiang melahirkan Ba-gua (delapan kombinasi Yin-Yang).
Dari Bagualah segala kebahagiaan dan kesialan diketahui. Wu-ji er Tai-ji¡ atau Tai-ji muncul dari Wu-ji melalui satu proses, proses itu dipahami sebagai perubahan atau Yi. Tai-ji bergerak menghasilkan (polar) Yang “Gerak” yang extrem akhirnya membalik menjadi extrem yang lain “Diam” yaitu (polar) Yin. “Diam” yang extrem berubah lagi menjadi “Gerak”. Yang Satu gerak dan yang satu diam, keduanya saling berkomplimenter membentuk satu kesatuan Yin dan Yang.Wu-ji kalau kita artikan “Tanpa-polar” itu tidak berarti Wu-ji diatasnya Tai-ji atau diatasnya “Maha-polar”. Wu-ji lebih berarti Polar yang tiada terhitung banyaknya. Wu yang tiada ini, didalamnya sudah terkandung “you” atau ada.
Yin-Yang saling berkombinasi menghasilkan lima unsur pokok, Wu-xing. Yaitu air, api, kayu, logam dan tanah (Sui, Huo, Mu, Jin, Tu). Lima-unsur itu bisa saling mendukung juga sekaligus saling menahan. Mendukung agar menjadi kuat dan menahan agar menjadi lemah :
Sifat mendukung (xiang-sheng): air-kayu , api-tanah, logam-air, air-kayu. Artinya, air mendukung pertumbuhan kayu; kayu mendukung terjadinya api; api mendukung kesuburan tanah dan tanah mendukung keberadaan logam …. dan sirkulasi berjalan terus. Dengan bahasa lain dikatakan, air adalah induk kayu; kayu adalah induk api; api adalah induk tanah; tanah adalah induk logam dan logam adalah induk air etc.
Sifat menahan (xiang ke) : air-api , logam-kayu , tanah-air etc. Artinya, air menahan atau mengalahkan api; api menahan atau mengalahkan logam; logam menahan atau mengalahkan kayu; kayu menahan atau mengalahkan tanah; tanah menahan atau mengalahkan air, dan seterusnya.
Apa sesungguhnya kegunaan konsep-konsep abstrak tersebut dengan kehidupan nyata ? Ternyata dalam dibidang kedokteran Tionghua, konsep Yin-Yang dan Wu-xing ini digunakan sebagai penuntun mendiagnosa dan mengobati berbagai macam penyakit yang diderita manusia. Wu-xing yang dianalogikan dengan organ dalam manusia (zang dan fu), emosi, jenis obat£cuaca dll. memberi pemikiran dan metoda pembinaan kesehatan manusia yang berbeda dengan konsep Barat. Filosofi Tionghua yang melihat manusia sebagai bagian dari alam, selalu mengaitkan perubahan tubuh manusia denga perubahan alam sekitarnya . Pengobatan Tionghua pertama adalah mengobati manusianya, baru kemudian memberantas penyakitnya. Saat mewabahnya epidemi SARS, vaksinnya belum ditemukan, tetapi epidemi itu bisa terkendali dengan baik berkat pengobatan Tiongkok yang kurang, bahkan tidak dipahami oleh kedokteran Barat.
Ada satu konsep lagi yang cukup sulit dipahami, yaitu pengertian tentang Qi (baca: ji). Pengertian Qi mendekati, tetapi tidak persis sama dengan pengertian Energi dalam konsep barat. Filosofi Tionghua selalu bicara tentang perubahan, tentang proses suatu peristiwa. Penggerak perubahan dan proses itu disebut Qi . Qi yang kuat membuat semangat orang tinggi. Bila Qi lemah, orang menjadi loyo. Qi yang cukup, orang terlihat sehat, ceria, luka gampang sembuh dan lain-lain yang bersifat energik ! Tetapi, Qi bisa dikendalikan dengan bathin (yi-nian) ini yang unik dan penuh misteri. Filsuf Ru zaman dinasti Ming, Zhang-zai menulis sejilid buku berjudul “Zheng-meng”, disana beliau dengan pandangan luas membahas Qi.
FILOSOFI DAN IPTEK
Sebelum Pan-gu (Ban-ku) memisah langit dan bumi; sebelum Tuhan mencipta langit dan bumi; sebelum Big-bang terjadi, maka dalam pengertian budaya Tionghua, semuanya adalah Wu-ji (wu-ci). Orang Tao mengatakan, ADA bersumber dari TIADA, kira-kira begitulah yang dimaksud. Tetapi, yang lebih penting adalah bagaimana SETELAH TERJADI ? Masing-masing punya ceritanya sendiri-sendiri. Saya akan melanjutkan cerita ini dari versi Ru dan Tao. Dalam hal Yin-yang Wu-xing (Im-yang Ngo-heng), Ru dan Tao memiliki pandangan yang sama, bedanya Tao lebih mendalam, sampai membahas kemasalah YI-NIAN, kebathinan segala. Artinya, dengan bathin mengendalikan Qi. Umat Ru agak kurang perhatian dalam area ini.
Kitab Yi-jing mengatakan, Satu Yin satu Yang, itulah Tao. Lao-zi bab 42 mengatakan, Berlaksa hal (materi dan non-materi) satu sisi Yin dan sisi lain Yang. Kongzi berkata, Yin-Yang bergerak, satu panas satu dingin, Wu-xing (lima-unsur) bereaksi, satu berkah satu naas, semua demi memahami Kebajikan Yang Maha-suci (shen-ming) dan menghayati hakekat berlaksa benda (Tong shen-ming zhi-de, lei wan-wu zhi-qing). Kata-kata yang sulit dimengerti. Tetapi, ujar nabi 2500 tahun yang lampau itu ternyata mengandung makna yang sangat dalam. Melalui konsep moderen kita mencoba untuk memahami kata-kata itu.
Maksud hakekat berlaksa benda adalah mengerti dengan tuntas sifat-sifat materi dan memanfaatkannya. Bagaimana bisa memanfaatkan materi ? Melewati satu proses pemahaman berkat kekuatan Yang Maha Suci. Kebajikan adalah satu kekuatan motivasi yang bersumber dari Yang Maha Suci (Shen-ming). Kekuatan itu adalah berkat yang diberikan kepada manusia sebagai kemampuan untuk memprediksi sesuatu yang belum terjadi.
Kita ambil contoh bagaimana pada abad 19 ilmuwan Skotlandia, James Clerk Maxwel (1831-1879), setelah memahami secara menyeluruh hasil penelitian apa yang telah dikerjakan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya, semisal ilmuwan Perancis Andre Marie Ampere (1775-1836), ilmuwan Jerman Carl Friedrich Gauss (1777-1855), Ilmuwan Ingris Michael Faraday (1791-1867) dll. Pada tahun 1865 tatkala beliau berusia 34 tahun, dalam makalah “ The Dynamical Theory of the Electromagnetic Field” dan yang kemudian diteruskan dengan makalah kedua berjudul “Treatise on Electricity and Magnetism’. Maxwel melalui empat persamaan integral, telah memprediksi keberadaan medan elektro-magnetik. Dari persamaan itu telah bisa dihitung, bahwa medan elektro-magnetik itu merambat dengan kecepatan cahaya dan terkandung energi untuk terjadinya radiasi.
Dua puluh dua tahun kemudian, pada tahun 1887, ilmuwan Jerman Heinrich Rudolph Hertz (1857-1894), telah membuat aparatus berupa alat resonansi yang terdiri dari kumparan (L) dan kapasitor (C), setelah gelumbang elektromagnet ditimbulkan, dalam jarak terpisah, alat resonator LC itu terinduksi mengeluarkan bunga api ! Inilah transceiver (transmiter & receiver) pertama didunia ! Handphone (transceiver) yang kita pakai sehari-hari, tetap menggunakan prinsip yang sama !
Dari uraian fisika moderen itu, empat persamaan elektromagnetik yang ditulis Maxwel adalah hasil dari Kebajikan yang Maha-suci, berbentuk persamaan mathematik anstrak, hakekatnya adalah sebuah Tao (Jalan Kebenaran); sedang Hertz, dengan pemahaman tentang berbagai komponen aparatus mencipta sebuah transceiver. Penemuan transceiver ini hakekatnya adalah hasil pemahaman berlaksa benda.
Ribuan tahun yang lampau, budaya Tionghua sudah mengenal konsep abstrak yang disebut Xing-er-shang atau Tao, yang untuk zaman sekarang bisa berbentuk rumus-rumus mathematika abstrak. Tetapi juga mengenal hal-hal yang konkret, disebut Xing-er-xia atau Qi (alat). Sayangnya, huruf Tionghua yang piktografis itu sulit mengutarakan rumus-rumus mathematika walaupun abstrak tetapi terlihat gamblang. Rumus mathematika memberi kemudahan berfikir dengan logika formal . Tetapi, sekiranya empat persamaan medan elektromagnetik itu digambarkan dengan uraian tulisan, betapapun uraian itu sesuai dengan logika diakletik, pasti tetap saja sulit dipahami ! Tiongkok kuno telah menghasilkan sejumlah besar ilmuwan yang sangat pandai.
Dari Lu Ban yang menemukan gergaji; Li Ping yang membuat bendungan Tu-jiang-yen; Cai-lun yang menyempurnakan kertas; Zhang-heng yang menemukan armilarry (semacam alat astronomi); Hua Tuo yang menemukan pembiusan orang sakit; Zu Cong Ce yang 500 tahun mendahului orang Barat menemukan konstanta Pi dalam akurasi sangat tinggi.
Li Chun yang 1300 lalu membangun jembatan yang hingga kini masih kokoh dipergunakan, sampai-sampai asosiasi insinyur Amerika memasang tugu peringatan disamping jembatan yang dibuatnya itu. Pada abad ketujuh, Bi Sheng menemukan moveble-type printing sehingga buku bisa dicetak dalam jumlah besar, sangat berjasa dalam penyebaran informasi ! …. Ceritanya masih panjang …..
Begitulah, budaya Tionghua terkandung filosofi ilmu dan teknologi yang kuat, tetapi oleh keterbatasan huruf dan logika formal tidak terbentuk, demikian juga matematika tidak berkembang dan sains baru tidak lahir di Tiongkok.
Tetapi, setelah bangsa Tionghua mentransfer huruf latin dan logika formal dikuasai, sain dan teknologi bukanlah gunung yang tidak bisa dipanjat. Semenjak kekalahan dari Perang Candu , bangsa Tionghua sudah sadar dan mulai introspeksi akan kelemahan dan kekurangan budaya sendiri. Seratus enam puluh tahun lewat sudah. Abad 21 kini, orang Tionghua telah membuktikan suatu kelebihan, bahwa dengan budaya sendiri sebagai dasar, tak segan menyerap budaya asing, bangsa Tionghua akan mengjar segala ketinggalannya. Bagaimana dengan kita, bangsa Indonesia ?
Salam dari
Indarto.Tan, 28017