Budaya-Tionghoa.Net | Kwa Tjoan Sioe (Ke Chuanshou ) dilahirkan di Salatiga pada tahun 1893 . Dia menempuh pendidikan di ELS – Salatiga . Di tahun 1908 dia masuk HBS Semarang . Di tahun 1913 Kwa berangkat ke Belanda untuk studi dibidang medis dan lulus pada tahun 1920. Selain itu selama setahun Kwa studi di Colonial Institute – Amsterdam dibidang spesialisasi penyakit di iklim tropis.
|
Kembali ke Hindia Belanda , Kwa berkerja di General Hospital – Jakarta , kemudian Instituut Pasteur – Jakarta. Mulai tahun 1922 , Kwa mulai praktek sendiri sebagai dokter. Di tahun 1924 Kwa bersama Ang Yan Goan mendirikan Rumah Sakit Jang Seng Ie dan menjadi direktur pertama . Pada masa revolusi kemerdekaan , rumah sakit ini mempunyai unit palang merah Jang Seng Ie . Kelak nama rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Husada. Kwa juga menggugat gemeente Batavia atas pembongkaran rumah sakit Tionghoa di jalan Pejagalan . Rumah sakit itu dibongkar dengan alasan terlibat masalah hutang.
[Photo Ilustrasi : RS Husada modern , akperhusada.ac.id]
Kwa aktif juga didunia politik . Meskipun beliau digolongkan dalam politik Sin Po yang bernasionalis Tiongkok, beliau tetap tinggal di Indonesia dan mendukung kemerdekaan Indonesia.. Kwa juga dekat dengan Dr. Loe Ping Kian yang tergolong dalam Sinpo , dan juga pendiri Rumah Sakit Sin Ming Hui. Koran Sinpo mempelopori penggunaan istilah Indonesia” untuk menggantikan Hindia Belanda” dan istilah warga / bangsa Indonesia untuk menggantikan “inlander”. Surat kabar ini pula yang pertama kali memuat syair lagu yang ditulis WR Supratman. Di surat kabar ini Kwa menulis berita dan rubric kesehatan .
Kwa Di tahun 1926 Kwa dicurigai menjadi pengikut komunis. Kwa mengkritik Chiang Kai-shek karena pecahnya aliansi Nasionalis dan Komunis di Tiongkok. Rutch McVey dalam “The Rise of Indonesian Communism” menyebutkan bahwa Kwa bertindak sebagai mentor bagi pergerakan revolusi di Indonesia baik nasionalis maupun komunis sebelum dan saat perang melawan Belanda. Di tahun 1932 , Kwa mengadakan pertemuan para editor dan direktur berbagai surat kabar dari kalangan Tionghoa untuk mendukung nasionalisme Indonesia. Di tahun 1934 , Kwa mengunjungi Tiongkok . Kwa di tahan pihak Jepang ketika berhasil menduduki Hindia Belanda .
Pada bulan September 1945 , Kwa bersama Ang Yan Goan menghadap Presiden Sukarno berserta Hatta dan segenap anggota cabinet di Pegangsaan Timur 56.
Kwa meninggal pada tahun 1948 di Jakarta. Dalam kehidupan pribadinya Kwa menikah dua kali dan istri pertamanya seorang Belanda dan istri keduanya adalah Li Mei , seorang alumnus THHK Jakarta yang kembali ke Tiongkok pada dekade 60an.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa | Facebook Group Tionghoa Bersatu
REFERENSI
Leo Suryadinata , (1995) . “Prominent Indonesian Chinese : Biographical Sketches”
Asvi Warman Adam , (2010) , “Menguak Misteri Sejarah”
Ruth McVey (2006) , “The Rise of Indonesia Communism”
Han Hwie Song ,”Kerjasama & Tiga Pandangan Politik , Tionghoa , Peranakan , Totok” , Budaya Tionghoa