Budaya-Tionghoa.Net | Membaca tulisan lawas saudara Aria Makmur mengenai kemungkinan Fengshui akan diklaim oleh Korea sebagai kebudayaan asli mereka , maka saya menyorot persoalan bagian terakhir dari tulisan rekan Aria , yaitu “jangan sampai fengshui menjadi tahayulisme”.
|
Dan tahayulisme itu sendiri sudah ada dalam tulisan terlampir yang lebih lengkap dalam versi mailing-list, tentang team sepak bola Korea yang mengalahkan team sepakbola Tiongkok .
Terus terang hal ini adalah hal konyol, jika memang fengshui bisa membantu team sepak bola Korea, artinya Argentina dan Brasil berlatih dan bertanding ditempat yang baik bagi fengshui mereka.
Mereka yang belajar seni beladiri tahu tiga prinsip dasar yaitu dan, li dan gongfu. Artinya team sepakbola Korea melaksanakan tiga prinsip dasar tersebut.
Mereka memilik dan atau mental pemain yang tidak gentar menghadapi siapapun, mereka juga memiliki li atau tenaga fisik yang memadai dan gongfu atau latihan yang bertahun-tahun. Hal ini tidak ada kaitan dengan fengshui.
Fengshui membicarakan longmai, longxue, sha, dan banyak hal lainnya. Semua adalah cara menata lingkungan yang baik dan mencari tempat yang baik dan layak untuk ditinggali.
Ada ahli fengshui pada jaman tahun 80an menggembargemborkan Pluit, Pantai Indah Kapuk sebagai kepala naga, akibat penataan fengshui seenaknya dari para ahli fengshui, akibatnya adalah banjir selalu melanda daerah tersebut sekarang ini.
Fengshui yang bisa menahan bencana banjir di daerah Pluit adalah waduk dan pompa air. Bukan ahli fengshui yang bisa menahan banjir di Pluit.
Artinya ahli fengshui yang baik juga harus mengerti AMDAL. Ilmu fengshui yang bisa membuat lingkungan sekitar menjadi lebih nyaman, kota menjadi lebih indah.
Dan bukankah di tulisan dibawah ada sekelompok orang yang mau membuat film serial TV Fengshui Zhongguo yang mendokumentasikan semua aspek fengshui yang ada di kota dan pedesaan ? Tentunya bukan aspek dari
sudut pandang rejeki, tapi lebih kearah penataan kota yang baik sesuai fengshui.
Inilah yang dimaksud fengshui ilmiah yang sekarang sedang digemborkan di Tiongkok.
Sekarang ini kita bisa melihat para ahli fengshui bertebaran di tv dan menjual banyak buku tentang fengshui di Indonesia, bisakah anda meminta para ahli fengshui itu menata kota Jakarta agar bisa menjadi baik ?
Setidaknya cobalah sebaik Kuala Lumpur saja dulu, dan jangan mengkhayal dahulu sebaik Singapore.
Dan bukankah konon Singapore ditata oleh ahli fengshui yang menjadi penasehat Li Guangyao ? Apakah nama beliau lebih tenar daripada Joe Yap atau Yap Chenghai ? Atau Raffles dan Charles Elliot adalah ahli fengshui sehingga bisa memperkirakan Hongkong dan Singapore bisa menjadi gerbang perekonomian Asia ?
Anehnya kenapa para ahli fengshui di Indonesia ini masih saja berkutat masalah penataan rumah, apartemen, perumahan, kenapa tidak ada ahli fengshui yang mau menata kota Jakarta ? Atau setidaknya tatalah daerah
kumuh di Jakarta agar menjadi baik bagi masyarakat, seperti kota Bogota yang menata daerah kumuhnya menjadi baik dan nyaman.
Tahayul dalam dunia fengshui sudah parah dan banyak ahli fengshui yang berlagak ilmiah tapi tidak pernah mau atau bisa menata kota yang kumuh.
Buktikan dahulu keilmiahan fengshui di Indonesia dan dedikasikan ilmu fengshui kepada banyak orang yang memerlukan dan baktikan ilmu tersebut untuk negara.
Caranya mudah, cobalah kota Jakarta yang hancur-hancuran sehingga menjadi seindah Bogota yang ditata tanpa memanggil ahli fengshui. Dan inilah warisan luhur para ahli fengshui Indonesia untuk negara ini.
Dan memang sungguh disayangkan jika fengshui yang jelas milik orang Tionghoa diakui oleh PBB sebagai milik Korea. Karena itu, tugas para pakar fengshuilah yang harus memperjuangkan agar fengshui bisa berfungsi luas dan mempraktekkannya dengan mulai menata lingkungan yang kumuh menjadi nyaman dan aman.
Hormat saya,
Xuan Tong