Budaya-Tionghoa.Net | Salah seorang rekan forum saya tinggal di Bogor yang tidak jauh dari areal pemakaman Gunung Gadung. Menurutnya pada dekade 90an luas lahan pemakaman itu masih sekitar 15 hektar dan di tahun 2000an meluas menjadi ratusan hektar. Dia menyoroti juga betapa saat anggota keluarganya pada saat memakamkan sanak kerabatnya terkena tipu oleh para biong yang sebenarnya lebih mengetetahui tata cara pemakaman ala Tionghoa . Rekan saya itu mencurigai terjadinya kongkalingkong antara ahli Fengshui dengan pemilik tanah makam.
Bukannya saya mau membela ahli Fengshui , akan tetapi saya mengenal tiga ahli Fengshui dibidang kuburan di kota Bogor. Mereka adalah master Shi , master Huang dan master Gu. Saya rasa mereka bertiga tidak akan mau merendahkan nama baik mereka untuk bermain mata dengan pemilik tanah. Memang ada salah satu master ini yang dahulu pernah bekerja sama dengan suatu yayasan pemakaman di kota Bogor dan ada lagi salah satu master tersebut konon sering dimintai pendapat untuk mencari lokasi yang baik untuk fengshui kuburan oleh pemilik suatu tempat penitipan jenazah di kota Bogor.
Dua orang diantara mereka adalah aliran Maoshan dan tentunya aliran Maoshan memiliki etika moralitas yang perlu saya ingatkan kembali jika mereka lupa. Tapi memang saya tidak dapat memungkiri ada banyak ahli fengshui yang tipis dalam etika moral. Semoga bukan mereka yang bermain mata.
Bicara masalah harga, saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu seorang kawan saya dikuburkan di Cipaku dengan harga tanah permeter persegi sekitar Rp.2.000.000 rupiah. Bisa saya bayangkan harga tanah di Gunung Gadung mencapai Rp.5.000.000 permeter persegi. Tapi dari situ juga sebenarnya pemda mendapatkan PAD yang lumayan dan penduduk sekitar bisa mendapatkan rejeki juga jika perayaan Qingming tiba.
Dan sepanjang yang saya tahu, gunung Gadung adalah tempat yang dikhususkan pemakaman Tionghoa sejak dahulu. Banyak kuburan-kuburan disana yang umurnya puluhan hingga ratusan tahun. Mengenai pembongkaran atau penjarahan kuburan Tionghoa yang anda tuliskan, bukankah itu dilakukan atau diprovokasi oleh seorang “paranormal” di kota Bogor ? Bahkan ia sempat mengatakan hal itu di sebuah media massa .
Kaitan fengshui kuburan dengan keluarga yang ditinggalkan juga seandainya benar, secara umum tidak akan lebih dari tiga generasi. Jadi untuk apa membuang-buang uang hanya ingin mendapatkan fengshui bagus untuk anak cucu jika hanya bertahan 3 generasi saja. Kecuali memang ada ahli fengshui jempolan yang bisa membuat bertahan lama. Tapi kenyataannya, kuburan kaisar Ming yang konon ditata menurut fengshui kuburan terbaik saja tetap runtuh. Dus tidak akan abadi.
Saya tidak tahu apakah kerajaan Inggris juga mengandalkan Fengshui ? Tapi faktanya kerajaan Inggris bertahan lebih lama daripada dinasti Ming. Mungkin kerajaan Inggris akan runtuh ketika rakyatnya memilih bentuk republik. Tapi entah kapan ?
Ada pandangan bahwa kebudayaan di Timur Tengah tidak mengenal kuburan yang memiliki batu nisan. Padahal jika kita meneliti budaya orang Timur Tengah terutama Yahudi pada jaman dahulu, mereka tidak dimakamkan melainkan ditaruh di dalam gua. Gua atau kuburan mereka juga termasuk berukuran besar.
Budaya kremasi sebenarnya juga dikenal oleh orang Tionghoa jaman dahulu bahkan ada banyak jenis pemakaman. Saya sebutkan salah satunya adalah shui zhang atau penguburan air. Ini kurang lebih seperti permintaan jika meninggal jenazah diletakkan ke sungai. Selain itu adalah mu zhang atau penguburan pohon, biasanya ditepat di atas kuburan itu ditanamkan pohon dan tanpa bentuk arsitektur apapun, hanya sebatang pohon.
Yang dianggap pengaruh Buddhism tapi sebenarnya salah kaprah adalah huozhang atau kremasi. Jaman Shang sudah mengenal berbagai macam cara penguburan. Karena adanya muzhang, sempat beredar anggapan bahwa di bawah pohon tua yang ada di Huangdi ling atau makam kaisar Kuning adalah tempat jenazah beliau dikuburkan.
Mengenai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pola masyarakat sekitar Gunung Gadung yang mulai berubah, hal itu memang patut disayangkan. Mereka bisa dikatakan tercerabut dari akarnya yaitu sebagai petani. Menyalahkan kuburan sebenarnya juga sama saja menyalahkan perumahan elite Rancamaya. Pola kehidupan masyarakat yang tercerabut dari pola kehidupannya itu bisa ada dimana saja. Preman yang meminta-minta tidak selalu di kuburan, coba anda ke persimpangan, lampu merah dan U turn. Penuh dengan peminta-minta. Kewajiban negara antara lain menyediakan lahan pekerjaan bagi rakyatnya dan menghapus mental pengemis.
Dan disisi lain, kita perlu menegaskan kepada mereka yang gemar mencari lahan luas untuk kuburan, untuk menyadari bahwa fengshui yang baik untuk kuburan sebenarnya memakan lahan yang subur. Dan fengshui kuburan TIDAK membuat keturunannya akan jaya abadi selama-lamanya. Tapi apakah kita juga perlu menegur mereka yang juga membeli rumah mewah seharga milyaran di Rancamaya ? Sementara rakyat sekitarnya hidup sengsara dan lahan pertanian mereka dibuat menjadi real estate mewah ?
Saya berkali-kali menulis pentingnya moral dan pemahaman filsafat dibalik Fengshui, tapi mungkin dianggap tulisan saya adalah tulisan orang yang iri terhadap mereka yang bisa ilmu fengshui. Yang jelas kita perlu memperbaiki beberapa pandangan yang salah terhadap ilmu Fengshui ini.
Xuan Tong
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua