Tanya : Mohon bantuan Hia Ti yang mempunyai informasi tentang bagaimana tata cara sembahyang sehari-hari yang benar menurut Sam Kao (San Jiao). Hal ini mengingat keseharian masih banyak simpang siur yang dilontarkan berbagai orang tentang hal ini yang masih mengandung banyak perbedaan di sana sini. Ada kebingungan bagi kita generasi muda tentang bagaimana hal ini yang sebenarnya. Dan apa jadinya jika yang menanyakan hal ini adalah anak- anak cucu kita nanti? Mohon petunjuk dari Hia Ti semua.
Jawab : Sebenarnya sembayang ala Samkao sepertinya tidak ada . Kalaupun ada juga sembahyang ala rakyat jelata atau minjian xinyang. Secara umum sih sembayang dibagi tiga tata cara , yaitu cara menurut Buddha Mahayana, KHC dan Tao.Semuanya sama memakai satu atau tiga batang hio.
Susunan meja sembayang secara umum adalah teh, air putih , arak , yang merupakan ciri Tao dan KHC , serta lambang Taiji Yinyang, air putih lambang taichi, teh lambang yin, arak lambang yang
2.5 macam buah atau 5 warna , lambang 5 unsur. Kalau agama Buddha ada yang mengkaitkan dengan 5 Dhyani Buddha.
Tiga batang hio merupakan perlambang San Cai , Sanguan , Taiji Liangyi, Triratna dan Sanqing. Satu batang hio merupakan perlambang Taiyi dan Dao.
Cara penghormatan : (1) kepalan yang membentuk 8 kebajikan dan orang tua atau cara KHC , (2).kepalan yang membentuk bola Taiji , menggenggam Taiji atau cara Tao , (3) .Anjali atau merangkapkan ke dua telapak tangan atau cara Buddha
Tiga arti pai : (1).pai pertama membalas jasa Langit dan Bumi / yi bai baoda tiandi en , (2). pai kedua membalas jasa orang tua, er / zhai bai baodao fumu en , (3) .pai ketiga membalas jasa para guru /san bai baodao enshi en.
Tanya : Mengenai hio atau dupa, ada yang mengatakan jika sembahyang kepada leluhur, harus dua batang hio dan kalau ada perayaan musim (ni jue) memakai 4 batang. Menyembahyangi leluhur yang belum genap satu tahun harus dengan hio berkaki hijau dll. Akan tetapi di pihak lain, tidak pula demikian. Saya juga pernah mendengar bahwa sembahyang yang beradat harus 6 batang atau 12 batang untuk hal besar. Bagaimana, ya? Adakah ini berhubungan dengan adat setempat? Padahal ajaran KHC maupun Tao setahu saya berlaku umum. Atau mungkin juga saya yang salah bahwa tata cara sembahyang leluhur tidak termasuk di dalam ajaran KHC maupun Tao tersebut.
Jawab : Secara umum, jumlah hio ganjil adalah untuk dewa, Tuhan, tokoh yang berjasa untuk masyarakat luas dan mahluk suci lainnya. Ganjil dalam metaphysic Tiongkok adalah lambang dari unsur Yang atau positif. Yang berjumlah genap adalah untuk leluhur, arwah yang meninggal, setan gentayangan.
Ketika melangkah masuk ruang sembahyang juga harus kaki kiri dahulu yang maknanya adalah kita harus mengutamakan sifat-sifat kebajikan kita. Menancapkan hio dengan tangan kiri juga artinya kita akan selalu menancapkan kebajikan di alam langit dan alam bumi. Tapi dalam masyrakat awam timbul keyakinan bahwa melangkah dengan kaki kiri akan membuat rejeki melimpah dan jika dimulai dengan langkah kaki kanan adalah mengacaukan tatanan alam semesta dan mengundang bencana. Tentunya hal ini adalah salah kaprah kecuali 1 hal yaitu melangkah dengan kaki kanan, yang mana adalah mengutamakan keburukan tentunya mengubah atau mengacaukan tatanan alam semesta. Ini yang saya tahu berlaku secara umum.
Jika jumlah, yang saya tahu sedikit dalam Taoism, 5 batang hio melambangkan 5 arah, 7 batang melambangkan 7 bintang utara dan 12 batang adalah melambangkan 12 satuan waktu bumi. Ini semua berkaitan dengan ritual mereka yang ditujukan untuk kasus-kasus spesifik. Tapi dimasyarakat beredar pandangan bahwa 12 batang hio untuk permintaan kepada Tian dan harus dilakukan jam 12 malam karena saat itu suasana hening dan sebagainya.
Jam 12 malam dilakukan sembahyang atau meditasi ini berkaitan dengan pergantian qi alam semesta, dimana saat itulah unsur Yang menguat dan unsur Yin melemah dan dalam satuan pengertian zi di 12 cabang bumi adalah mulainya sesuatu yang baru. Artinya adalah berkaitan dengan perubahan waktu.
Ritual orang Tionghoa memiliki banyak nilai filsafatnya dan arti tersembunyi, seperti mengapa harus menaruh hio diantara ke 2 alis, kenapa harus ditaruh di tengah dada dan sebagainya.
Arti menaruh hio ditengah dada adalah menyalakan hio hati dan api hio hati itu harus selalu dijaga, artinya adalah kita harus melakukan kebajikan dan biarlah kebajikan kita itu bagaikan asap hio yang harum dan memberikan kebahagian kepada sekitar kita. Untuk posisi diantara 2 alis, ini berkaitan dengan titik jalan darah. Tapi bisa juga diartikan penghubung antara langit bumi dan manusia.
Hio warna hijau setahu saya digunakan untuk mereka yang meninggal ketika berusia dibawah 60 tahun dan masih dalam masa berkabung 1 tahun atau xiao xiang. Orang Tionghoa senang menggunakan simbol untuk menyatakan sesuatu, misalnya kain hitam yang dipasang di tangan ketika keluarga ada yang meninggal, posisi kain hitam di kiri artinya yang meninggal adalah ayah.
Guratan cat atau kertas putih di kaca rumah yang meninggal juga mengandung arti, jika guratan itu adalah X artinya ke dua orangtuanya sudah tidak ada, jika guratannya dari kanan kekiri artinya pria atau orang tua laki-laki yang meninggal. Dengan melihat simbol itu, kita langsung tahu siapa yang meninggal dan ketika kita masuk ke dalam ruangan, kita bisa tahu yang mana mantu,
cucu dalam, cucu luar dan sebagainya.
Ardian Cangianto & Xuan Tong
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua