Budaya-Tionghoa.Net | Selain bulutangkis , Indonesia masih bisa mengandalkan cabang angkat berat yang bisa mencapai taraf dunia dan bisa menyumbang medali bagi Indonesia seperti baru-baru ini di Olimpiade London 2012.
|
Indonesia juga punya juara dunia angkat berat seperti Thio Hok Seng yang mencapainya diusia 24 tahun.
Thio mencatat berbagai prestasi di dekade 80an dan juga mengharumkan nama daerah dan negara.
Thio Hok Seng memulai berlatih angkat berat sejak tahun 1983. Baru dua tahun berlatih Thio bisa menyumbangkan medali emas bagi Sumatera Barat diajang Pekan Olahraga Nasional atau PON XI 1985.
Di tahun 1987 atlet asal provinsi Sumatera Barat ini berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Lima (Peru). Tahun berikutnya , Thio Hok Seng mempertahankan gelar di Kejuaraan Dunia Luksemburg 1988.
Pada PON XII , Thio kembali menyumbangkan medali emas bagi daerahnya. Bagi Sumatera Barat , Thio adalah atlet besar sebagaimana Nanda Telaumbauna yang juga pernah menjadi juara dunia angkat berat tingkat yunior.
Pada usia 33 tahun , Thio masih bisa menyumbangkan medali perak bagi daerahnya di ajang PON XIV 1996.
Sayangnya prestasi besar itu berbanding terbalik di kehidupannya. Memang di tahun 2008 , Menpora menyumbangkan rumah untuk Thio Hok Seng (Antara , 9 Juli 2007 ) . Karena desakan ekonomi rumah pemberian dari Menpora itu dikontrakkan dan keluarga Thio sendiri pindah ke rumah yang lebih sempit.
Sebagai atlet , Thio memang punya kemampuan dalam bidangnya tetapi begitu pensiun di tahun 2000 beliau tidak punya keahlian lain yang bisa mendukungnya dalam mencari uang dan akhirnya berkerja serabutan.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa
Sumber :
1. Antara , 9 Juli 2007
2. Jawa Pos , 28 Februari 2008.
3. Liputan 6 , 26 Januari 2009