Photo Ilustrasi : Poster Sun Go Kong dalam film mendatang
Budaya-Tionghoa.Net| Ada tiga macam buku cerita yang sering kita jumpai. Dari yang 100% fiksi , cerita yang diangkat dari sejarah dan catatan sejarah itu sendiri. Memang yang paling menarik adalah cerita sejarah, bukan catatan sejarah. Catatan sejarah kebanyakan hanya menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi, sebab apa yang ada di balik layar, penulis sering tak tahu.
|
Bayangkan, kaisar diskusi dengan permaisuri, atau permaisuri membujuk kaisar untuk melakukan sesuatu, mana mungkin penulis bisa mendengar? Makanya dalam catatan sejarah paling disebut atas bujukan permaisuri maka raja berbuat.
Dalam cerita sejarah dibumbui, bagaimana pintarnya sang permaisuri sehingga kaisar percaya, semua dialog ditulis lengkap, pembaca menjadi lebih asyik.Akibat keasyikan demikian, maka orang menjadi lebih percaya, dan akhirnya yakin, itulah yang terjadi.
Ini terjadi dengan rakyat Tiongkok, juga terjadi dengan rakyat dunia. Sebuah peristiwa dibuat rekayasa demikian rupa oleh wartawan dengan keahlian ia menulis sehingga semua orang percaya dan tertarik. Pada saat itu, fakta sudah diabaikan. Kalaupun dijelaskan orang sudah tak percaya lagi.
Cerita yang 100 fiksi biasanya hanya disukai sebentar, sebentar hilang lagi, atau disukai anak-anak saja.
Tentu saja, derajat sejarahnya banyak atau sedikit tergantung penulisnya. Contoh Xi You Ji (See Yu) atau Perjalanan kebarat, fiksinya lebih banyak, dari sejarahnya. Sejarahnya hanya perjalanan Tang Sanzang ke India, dan kesulitan dalam perjalanan. Tapi fiksinya seperti Sun Wukong (Sun Go Kong) lebih dikenal daripada Tang Sanzang.
Dalam Sanguo Yanyi (Samkok) karangan Luo Guanzhong (Lo Kuan Cung), fakta sejarahnya lebih banyak dari pada Seeyu. Berapa % saya tak tahu, tapi banyak para sasterawan dan ahli sejarah yang mempelajarinya.
Oleh karena itu, dalam membaca, selain menikmati kenikmatan asyiknya jalan cerita, maka otak kita perlu terus aktif, bisa memilah-milah mana yang fakta mana yang fiktif.
Penulis tidak salah, memang ia membuat cerita koq, bukan menulis sejarah. Tapi kalau wartawan berbuat demikian, itu sudah salah, sebab tugas wartawan adalah menyajikan fakta, bukan fiktif.
Tapi karena media itu luas pengaruhnya, maka ini yang dipercaya orang, kalau anda tahu fakta yang tepat itu tidak demikian, suara anda tak akan ada yang dengar, bahkan anda dianggap pembual. Itulah dunia………
Percaya atau tidak? Silahkan menganalisa sendiri.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa