Budaya-Tionghoa.Net| Haram “dan “Halal” adalah pola berpikir yang khas dalam budaya Samawi, sampai makananpun tak luput untuk diberi label seperti “kosher” dalam budaya Yahudi misalkan . Dalam Budaya Tionghoa tak familiar dengan cara berpikir ini tapi masalah cengli dan bocengli.
|
Jika Islam lantang bicara tentang hukum, hingga muncul istilah “hukum Islam”, maka ajaran Confucius, Tao maupun Zen Buhisme tak pernah berubah menjadi “hukum”.Tentu ini adalah perbedaan yang harus dihormati dan saling menghormati satu sama lain.
Satu-satunya yang mendekati ajaran hukum saya kira adalah aliran Legalitas yang dipelopori Han Feizi, tapi meski banyak dipakai oleh penguasa untuk mengatur negara, para penguasa melakukan secara diam-diam dan tak berani terang-terangan mengkampanyekannya, di depan, yang didengungkan tetaplah ajaran Confucius yang lunak. Maka pola berpikir “hukum” tak begitu populer di masyarakat.
Lebih jauh, pola berpikir ini juga bisa berdampak pada “kesadaran hukum” yang rendah di masyarakat, semua hal sering tak dipandang dari “benar salah” menurut hukum, tapi lebih sering ditimbang dari segi “perasaan” dan “Lun Li ” (hubungan antar manusia).
Mungkin banyak yang tahu istilah “Ceng Li ” dan “Bo Ceng Li “, kata “Ceng Li” ini sebenarnya terdiri dari dua kata, Ceng / Qing adalah yang bekaitan dengan perasaan, hati, empati, tenggang rasa dsb. Sedangkan Li adalah semua yang bekaitan dengan akal dan logika.
Chengli tak bisa diterjemahkan menjadi masuk akal, karena ini mengandung dua aspek bahwa Li artinya memang rasional, sedangkan Qing artinya emosional.
Jadi setiap menimbang kasus, orang Tionghoa sudah terbiasa memandang dari dua sisi, sering kita dengar ungkapan :” secara Li dia memang salah, tapi secara Qing / Ceng kita harus memaklumi”.
Kalau orang berbicara bahwa “tindakannya Chengli,” itu berarti dari segi rasional memang benar, dari segi perasaan juga bisa diterima. maka sering muncul ucapan : ” secara Li dia memang benar, tapi secara Qing tetap tak dapat diterima “. Ucapan ini misalnya ditujukan ke orang yang menagih hutang saat pengutang sedang berkabung.
Maka banyak orang Tionghoa dalam berselisih lebih senang menempuh jalur kekeluargaan / personal dibanding jalur hukum.Konflik seperti ini sangat bagus digambarkan dalam film layar lebar yang disutradarai Zhang Yimou dan dibintangi oleh Gong Li : ( Qiu Ju Da Guanshi ), dimana sang tokoh meski dimenangkan oleh pengadilan (mewakili Li ) tetap merasa tidak puas, hanya gara-gara lawannya tak mau meminta maaf (urusan Qing / Ceng).
Figur utama dalam film ini , Qiu Ju [Gong Li] , seorang wanita dari kalangan petani yang hidup di kawasan pedesaan di Tiongkok . Suatu ketika suaminya bertentangan dengan kepala desa , Wang Shantang . Qiu Ju ditengah kehamilannya melakukan perjalanan untuk mencari keadilan bagi suaminya.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa