Budaya-Tionghoa.Net | Tulisan ini dibuat karena janji dengan seorang kawan. Prinsip alam kematian orang Tionghoa dari jaman dahulu memberikan pengaruh hingga hari ini, yaitu adanya alam parallel atau alam yang sejajar dengan kita, dan alam tersebut juga mirip dengan kehidupan kita sekarang ini.
|
Hal ini tidaklah aneh karena dalam banyak kebudayaan purba juga mengenal konsep seperti ini, dalam perkembangannya kemudian ketika Buddhisme masuk, alam ini menjadi alam sementara atau yang dikenal sebagai alam Bardo dalam Vajrayana Timur maupun Tibet. Tapi pandangan ini hanya berlaku di kalangan Buddhist saja. Ketika agama-agama melebur di kalangan rakyat jelata, pandangan perpindahan alam masih tetap melekat.
Permainan pengundangan roh-roh alam lain dimainkan dengan berbagai cara, seperti dengan piring atau yang dikenal dengan sebutan diexian 碟仙. Di barat dikenal dengan sebutan Ouija. Selain itu ada bixian 笔仙 atau yang menggunakan pulpen, jangka. Ada juga salah satu aliran agama Tiongkok yang menggunakan kayu dan hamparan pasir sebagai sarana menulisnya. Saya hanya membahas jaelangkung karena kata jaelangkung ini lebih dikenal secara luas di Indonesia.
Jaelangkung atau 菜篮神 / 菜篮公 / cailanshen / cailan gong adalah permainan yang dikenal di etnis Hakka. Biasanya hanya dimainkan pada malam tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek. Tanggal ini dipilih bukan tidak memiliki alasan. Tanggal ini adalah puncak Yin dan bukan bulan 7 imlek yang merupakan puncak Yin. Sebagian orang beranggapan bulan 7 adalah bulan puncak Yin karena di bulan itulah yang disebut bulan setan tapi itu adalah anggapan yang salah.
Pengundangan roh-roh dari alam lain untuk diajak berkomunikasi dengan menggunakan keranjang, dibungkus baju, dan dipegangan keranjang digantung serangkaian kunci. Keranjang itu diikat dengan spidol untuk sarana menulis.
Keranjang itu ditaruh diatas dua jari di ke dua sisi keranjang. Tapi ada orang-orang yang tidak bisa, boleh dengan cara lain. Seingat saya ada dua shio yg dianjurkan tidak memegang keranjang. Shio itu adalah shio macan dan shio naga, alasannya karena hawa atau karisma yang kuat bisa membuat roh-roh takut datang.
Tapi waktu saya tanya kepada orang yang lebih mengerti, dikasih tahu kalau sebenarnya dua shio itu tidak relevan, hanya pandangan umum yang beranggapan bahwa dua binatang itu adalah binatang yang memiliki unsur energi kuat penolak kekuatan hawa yin atau alam kematian.
Orang-orang dengan tanggal kelahiran tertentu terutama yang memiliki banyak unsur api Yang/positif biasanya sulit didekati oleh mahluk-mahluk dari alam parallel.
Biasanya sebelum memulai permainan, dilakukan sembahyang dan pembacaan mantra pengundangan para tentara dan jendral langit di empat arah untuk meminta perlindungan dari segala macam gangguan roh-roh halus. Setelah selesai baru dibacakan mantra pengundangannya.
Secara umum artinya adalah jaelangkung, jaelangsin, memakai baju, melewati gunung emas, hari ini ada pesta, silahkan datang kalau ingin datang dan seterusnya. Diantara kata2 mantra tersebut ada kata2 bahwa acara itu diawasi oleh para jendral langit jadi jangan mencoba untuk macam-macam.
Jadi selama permainan yang dilakukan itu, tidak pernah ada roh yang minta aneh-aneh seperti minta diantar pulang. Dan permainan itu dilakukan hanya 1 kali dalam 1 tahun. Gunung emas itu adalah symbol penyekat antara alam manusia dengan alam roh.
Saya masih ingat dulu pernah iseng mengundang roh Bruce Lee, dan kerennya roh Bruce Lee itu bisa mengerti pertanyaan dalam bahasa Indonesia. Saudara saya kasih tahu ke saya kalau itu bukanlah Bruce Lee benaran tapi Bruce Lee palsu.
Kita ini tidak pernah mengundang kerabat yang sudah meninggal karena menurut saudara saya yang sering memimpin upacara pemanggilan itu, hal itu tidaklah pantas karena ini adalah permainan saja. Juga diberitahu jangan sekali-sekali bertanya kenapa meninggalnya.
Ketika saya kecil, saya tidak suka bahkan benci akan permainan ini, menganggap permainan ini adalah permainannya iblis dan pernah sekali membawa kitab suci untuk menakuti roh di jaelangkung dan membaca doa, ternyata tidak mempan.
Saudara saya yang memimpin upacara pemanggilan itu tertawa melihat ulah saya dan mengatakan bahwa QI yang saya miliki belumlah cukup mengusir roh-roh, jadi menurutnya bukanlah doa tapi QI yang terkandung dalam diri itulah yang mengusirnya. Setelah mulai menginjak SMP barulah saya ikut permainan ini.
Jadi kita ini bermain saja seperti berkenalan dengan orang dari alam lain, setelah selesai biasanya diberi “uang jalan” berupa kertas perak yang dibakar. Kalau kakek ada ditempat permainan biasanya kita ini tidak berani tanya kode buntut segala macam, maklum kakek itu pegang prinsip bahwa judi adalah haram dan kalau ketahuan ada yang berani berjudi ya rotan disabet kebadan.
Kalau kita sering dengar cerita-cerita horor yang beredar tentang jaelangkung yang menyeramkan yang diangkat ke film lokal (gambar 2) , ternyata hal itu tidak pernah menimpa kami ini, karena memang saudara saya berkali-berkali menegaskan kalau mau main hanya pada malam tanggal 15 bulan 8 dan wajib mengundang para jendral dan tentara langit untuk menjaga 4 arah area permainan itu.
Satu lagi jurusnya, jangan takut sama roh roah yang mati. Kalau jokenya, roh orang mati bisa membunuh manusia juga bisa dihitung sama jari, orang hidup bisa membunuh manusia tidak terhitung lagi.
Padahal kalau mau dipikir-pikir ,kita ini terkadang kurang ajar sama roh-roh yang diundang, seperti pernah sekali itu keranjang dilempar jeruk oleh sepupu saya, karena rohnya minta dikupas jeruknya dan sepupu marah dan bilang emangnya babunya.
Pernah juga disindir-sindir sampai goyang marah, tapi diancam oleh saudara yang memimpin untuk melihat ke empat arah dan melihat apakah ada “penjaga” tempat permainan. Roh itu langsung diam, mungkin kesel ya tapi tidak bisa apa-apa.
Nah waktu ke Singkawang itu kita lihat ada jaelangkung juga ikut parade. Unik sekali sih, tapi kalau dibilang unik juga tidak terlalu unik. Maklum Singkawang itu kantong komunitas orang Khe. Jadi wajar kalau ada jaelangkung ikut parade. Yang unik itu adalah di Semarang, dimana ada satu kelenteng yang cara pengundangan “dewa”nya melalui jaelangkung juga.
Dan jelas-jelas kelenteng itu bukan milik orang Khe, pengundang atau “suhu”nya juga bukan orang Khe. Kalau orang Hokian seperti di Taiwan, mereka mengundang “dewa” masuk itu melalui kursi naga 龙椅 mini atau qiao. Kalau qiao itu tidak bisa ditulis karena fontnya tidak ada. Tapi itu semua adanya di agama rakyat, bukan di agama mainstream orang Tionghoa. Dan apakah itu benar dewa atau bukan, tidak ada yang bisa mengetahui secara pasti.
Singkatnya, jaelangkung adalah permainan saja, bukan untuk minta nomor buntut, mengundang roh kerabat kita. Intinya yg diundang itu adalah roh bersifat Yin bukan bersifat Yang, atau kalau menggunakan bahasa Mandarinnya adalah gui 鬼 dan bukan shen 神.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa | Facebook Group Tionghoa Bersatu