Foto courtesy Mr. Hu Hong Li.
|
orang Kalimantan Barat. Kini bukunya sudah tua dan robek-robek. Hanya sebagian kecil yang tersimpan dari sekian banyak syair-syair dituliskn oleh apek-apek (sebutan paman dalam dialek) yang lain juga. Ternyata, walaupun tinggal nya di “Sua teng“, apek hakka ini masih jago bersyair dan literatur Tionghoa mereka tidak kalah sama orang “kota.”
Tulisan nya berdasarkan bahasa Hakka, dan banyak kata-kata slang yang mungkin tidak bisa dicari di kamus kecil Chinese-Indonesia. Isinya menceritakan suka duka nya hidup sebagai penggungsi; mereka tidak berbuat jahat apa-apa , tapi malahan dengan sadis diusir dari kampung halaman mereka, dan dipaksa tinggal ditempat asing dalam keadaan tongpes, dan mereka bersyukur ada tenglang lain yang ihklas membantu.
Sanko boleh dibilang punah dikalangan anak-anak muda di Kalbar |
Ngai mencoba membaca syair ini dengan menggunakan bahasa Hakka dan harap teman Hakka yang lain bisa membantu:
Ngai kin soi muk min tham kong, (sekarang saya tidur diatas lantai papan kayu, tham kong = lantai rumah yg dibuat dari kayu.)
Ngai kin chong ko boi fong cong, (sekarang saya kalau nyanyi merasa tertatih-tatih. fong cong = tidak karuan.)
Jit Loi ngai kin nyian ki lau, (pertama, dikaranakan umur saya sudah tua. Lau/lao = tua)
Nyi loi hi mak mo kan chong, (Kedua, napas saya sudah tidak sedalam seperti dulu. chong = panjang.)
[note: syair ini mengikuti tata puisi China yang 7 kata, memiliki keseimbangan ritma; contohnya, setiap bait diakhiri bunyi seperti: Kong, cong, lau/Lo, chong]
Sanko sudah bisa dibilang punah di Kalimantan Barat. Anak-anak muda Hakka lebih suka mendengar lagu pop Mandarin baik dari Taiwan maupun Hong Kong. Sanko ini seharusnya dilestarikan dan dikembangkan dikalangan Hakkanyin.
Ngai sempat kontak dengan Mr. Hu Hong Bo, (ass. editor) dan dia bilang Sanko yang seperti ini memang sudah langka. Penulis aslinya , si Apek banyak menggunakan bahasa Khek sehari-hari. (dan ada sedikit berlainan dengan bahasa Khek dari Taiwan) dan berkat bantuan Mr. Hu, saya lanjutkan interpretasinya:
2
Lao li nan loi lao li nan (memang susah menjadi tua, nan =susah)
Lao nyin chong ko hi pang pang (orang tua kalau nyanyi napasnya serak, hi pang pang = napas tersesaksesak)
Ngai kai ko ci chong ng chin (Lagu saya tak habis habis disuarakan, chong=menyanyi, ng (tidak) chin= habis)
Ngai kin yau khiu con tong san (Kini saya minta pulang tong san saja, con=pulang; Tong san = China dalu= pulkam; juga con tong san bisa diartikan mati, kita tidak tahu apakah penulisnya pengen mati aja?)
[note: ritmanya= nan, pan, chin, san.]
3.
Mok wa ko chong he chau nyin (Jangan bilang nyanyianku berisik (chau nyin=berisik)
Jin bui sew ciat chong koi sim (dikarenakan risau yang sangat maka bernyanyi menyinangkan hati (sew=risau / sedih, ciat = sangat, koi sim=lapang hati)
shiu na ‘Bong Lian’ thun lok tu (tangan memegang obat Huanglian telan kedalam perut, tu=perut, huanglian = obat chinese yang manjur tapi sangat pahit, disini artinya kepedihan susah ditelan bagai obat)
Ti ca cang ti khu chai sim (bagi orang yg mengerti baru mengerti getirnya). Di Kalimantan Barat kata “ca” biasanya dibaca “sa” dan jadinya Ti sa cang ti fu (khu) choi sim. Khu artinya menderita / fu artinya pahit dan tulisannya sama 苦
siong hi bong nyit kai chin hin ( teringat situasi yang lalu);
sit kok sit nyuk he sui sim ( makan daging bebas leluasa);
mo siong to kinnyit loi siu khu( tidak terpikirkan bahwa hari ini menderita);
cu jiu tiam fo em fun min (tidak paham minyak babi buat nyalahkan api (lampu) );
song san laci si ko mo ( sungguh kejam orang XXXX di pedalaman );
an to choi chan chiong to mo ( begitu banyak harta benda dirampas sampai habis);
ho chai thaika ceu tet kiak ( untung kita semua bisa melarikan diri dengan cepat);
mo shi lian miang tu boi mo ( kalau tidak nyawa pasti akan melayang);
kong to nanmin chu chu nan ( berbicara tentang pengungsi dimana-mana menghadapi kesulitan);
sit cung kopi tu mo chian ( minum segelas kopi gak ada uang);
siong hiong thaika loi cia ko ( ingin memimjam (uang) kepada orang (lain));
ah lo kong boi khoi kheu nan ( ah lo= sibisu, (seperti )sibisu sulit berbicara);
ho chai thung pao ken cin song ( untung ada saudara ( sesuku) begitu baik hati);
khon to nan min tu pong mong ( melihat pengungsi langsung membantu);
cau thoi jong jong tu ciu teu ( melayani segalanya dengan baik);
ja jiu sung sit sung ji shong ( ada yang mengantarkan makanan dan pakaian);
ko liau jit nyian ko jit nyian ( setahun demi setahun telah lewat);
ho to nanmin loi tho chian( banyak pengungsi mengemis/meminta-minta);
nanmin si liau mo yau kin ( pengungsi meninggal tidaklah penting);
cung oi cung ket ban ban nyian ( selalu mencintai tiongkok selama-lamanya);
thoiban mi liong jiu sit ban ( beras taiwan sudah habis termakan);
nanmin senfat ho kan nan( kehidupan para pengungsi sungguh susah);
pak pan kung cok mo ho co( tidak ada perkerjaan yang bisa dikerjakan);
chut ji bu nai jiu tho chian( dikarenakan tidak berdaya sehingga menjadi pengemis lagi)….
Joe Petersen & Liu Weilin
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghoa