Budaya-Tionghoa.Net | Ribuan tahun dalam sejarah Tiongkok, telah lahir banyak pelukis, penyair, filsuf pengrajin keramik, perunggu dan berbagai seniman lain yang sangat piawai dibidangnya. Banyak diantara mereka mungkin adalah para bikkhu, pendeta taoist. Sebab itu seni-seni yang muncul terutama seni-rupa banyak dipengaruhi oleh filsafat Buddhis dan Tao. Sebagai mana diketahui agama yang paling banyak dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa adalah campuran dari Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme. Ini sangat berpengaruh pada berbagai cabang kesenian, seni drama, seni lukis, dan seni kaligrafi dll. Sebab sebagai umumnya orang timur, orang Tionghoa sangat religius, maka seni-seni tersebut sering ditampilkan dalam upacara keagamaan dan festival-festival pergantian musim.
|
Agama Tiongkok kuno sarat dengan animisme seperti umumnya agama di wilayah Asia Timur dan Pasifik. Inti pemujaannya adalah roh-roh nenek moyang dan benda-benda alam seperti bintang, bulan, matahari. Laut gunung dan lainnya dianggap dihuni para dewa atau roh leluhur yang memberikan perlindungan bagi anak cucunya. Gejala alam seperti bianglala, kabut, halilintar dan petir banyak dikisahkan sebagai kendaraan para dewa atau malaikat. Pandangan seperti ini menimbulkan faham yang sangat menghargai dan menghormat kepada alam.
Seni lukis Tiongkok mempunyai kandungan simbol yang sangat kaya |
Setelah berdirinya agama resmi yang berdasarkan filsafat Taoisme dari Laozi serta ajaran moral etika dari Kongzi, dan ditambah dengan masuknya agama Buddha, dasar-dasar seni budaya yang bersumber dari animisme mulai tenggelam. Peralihan dari pola-pola klasik berbau animis ini ke pola yang lebih baru dan beraneka warna terjadi pada jaman Dinasti Tang dan berpuncak pada Dinasti Song.
Pola-pola sebelum dinasti Tang banyak didominasi oleh motif yang bernuansa mistik antara lain naga dan topeng-topeng leluhur. Topeng leluhur atau Tao-tie (饕餮) mendominasi hiasan-hiasan yang terdapat pada benda-benda upacara. Tao-tie sering diartikan sebagai lambang mahluk yang rakus. (Gambar 2) Dengan menempatkannya sebagai hiasan pada benda-benda upacara dimaksudkan agar manusia bisa mengendalikan wataknya yang rakus.
Motif-motif seni lukis dan ragam hias memasuki jaman Tang mulai diperkaya dengan ragam hias yang dipengaruhi filsafat dari ketiga ajaran itu yang telah menyatu menjadi satu agama rakyat yang dianut oleh sebagian besar rakyat Tiongkok. Naga yang sebelumnya telah menjadi salah satu pola hias yang disukai, tetap menjadi salah satu thema utama, ditambah binatang-binatang mithologi lain seperti burung Phoenix, Qilin serta bermacam burung, dan bunga-bungaan. Pemakaian ragam hias ini kemudian meluas tidak terbatas pada benda-benda upacara keagamaan yang mengandung magis seperti sebelumnya.
Umumnya seni lukis dan ragam hias ini mengandung simbol-simbol yang berhubungan dengan tema dasar yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari misalnya hidup sehat, panjang usia, perdagangan maju, rumah tangga bahagia, negara makmur dan rakyat sentosa. Ada pula simbol-simbol yang khusus dipakai oleh kaum Buddhist dan Taoist, tapi umumnya hanya beredar di kalangan mereka sendiri. Seni lukis pada jaman Dinasti Song penuh dengan motif seperti burung, ikan, bunga, tanaman, gunung, serta air. Manusia sebagai obyek utama sering digambarkan berada di tengah alam dan merupakan bagian dari alam. Dan naga atau “long” (Gambar 3) yang semula hanya terdapat pada benda-benda upacara dinasti Shang, tetap menjadi tema kesukaan sampai abad 21 ini dan mendapat tempat di hampir semua pecinan di seluruh dunia.
Kwa Tong Hay & Chendra Ling Ling
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa |
REFERENSI :
Chinese Symbolism & Art Motifs – C.A.S. Williams
A Dictionary of Chinese Symbols – Wolfram Eberhard
Su Xiu Tu An – 苏绣图案 – Best of Embroidery Pattern – ISBN 7-5322-0334-4
Meishu Tupu – 美术图谱 – Hepei Meishu Chubanshi, 1995 – ISBN 7-5310-0431-3/J.392