Budaya-Tionghoa.Net| Shuateng / snua teng / shan-ding (pinyin) 山頂 itu artinya puncak gunung. Maksudnya adalah tenglang dari gunung atau desa. Sedangkan Tng-snua 唐山artinya berbeda lagi , sebutan untuk Tiongkok.
|
Perkembangan istilah SnuaTeng 山頂 kelihatannya berjalan searah dengan Udik, yakni berkonotasi “kampung”, “desa”, “kurang berpendidikan” dsb.
Bilamana arti sesungguhnya istilah SnuaTeng 山頂 adalah “(di) puncak gunung” dan lama-kelamaan berubah jadi “kampung”, “desa”, “kurang berpendidikan” dsb.
Perkembangan istilah SnuaTeng terlihat berjalan searah dengan “udik” |
Udik―lawan kata Ilir (tanpa “h”) dalam bahasa Melayu-Betawi―yang sejatinya bersinonim dengan “hulu (sungai)” dan “selatan”―sebagai lawan kata “hilir (sungai) dan “utara”― juga mengalami perubahan makna. Sekarang makna konotasinya adalah “kampung”, “desa”, “kurang berpendidikan” dsb persis seperti istilah SnuaTeng.
Dalam bahasa Melayu Betawi memang Utara = Ilir, Selatan = Udik, Barat = Kulon, dan Timur = Wetan. Jadi, “Milir” adalah ‘pergi ke arah utara’; “Mudik”, ‘ke selatan’; “Ngulon”, ke barat’; dan “Ngetan”, ‘ke timur’.
Nah, karena banyak orang kemudian merasa “gerah” bila disebut orang “Udik” karena tempat tinggalnya menyandang nama “Udik”, seperti “Grogol Udik, Meruya Udik, Sukabumi Udik, Bendungan Udik, Petojo Udik, dlsb, banyak tempat di Jakarta yang menyandang nama “Ilir”-“Udik” kemudian diganti menjadi “Utara”-“Selatan”. Misalnya, Petojo Utara-Petojo Selatan menggantikan Petojo Ilir-Udik, Meruya Utara-Meruya Selatan menggantikan Meruya Ilir-Meruya Udik, dst.
Namun ternyata ada kekecualian. Sebab sudah terlanjur dikenal dan diterima masyarakat, nama Bendungan “Ilir” tetap dipertahankan, dan hanya diganti ejaannya menjadi Bendungan “Hilir”, disingkat “Benhill”, biar “keren”! Saya tidak berani memastikan apakah nama Bendungan “Udik” sudah diganti menjadi Bendungan Sekatan, seperti “Udik-udik” lainnya?
David Kwa
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa