Budaya-Tionghoa.Net | Saya melihat upaya yang luar biasa dari mereka mencoba dari berbagai sisi untuk membenarkan teori mereka. (Lihat Kutiipan) Teori yang berupaya meng-gatuk-gatuki huruf Tionghoa dengan simbol-simbol dan kitab suci keyakinan tertentu. Jika dibalik huruf-huruf dari budaya lain digatuk-gatuki dengan keyakinan Tionghoa apa tidak kebakaran jenggot? Saya kagumi kreativitas mereka, sampai-sampai saya sempat melamun waktu menyetir saat ke pesta di rumah teman sore ini.
|
Kata “teladan”樣”yang” dalam bahasa Tionghoa adalah gabungan dari “pohon”木(“mu”) (“Aku adalah pokok anggur”), “Domba”羊(“yang”) dan “air”水dengan “setitik air” diatasnya menjadikan itu “kekal”永(“yong”) . Dengan kata lain Teladan kita, Tuhan Yesus, adalah (pokok Anggur) , (Anak Domba Allah) , (Air Kehidupan) dan adalah (Bapa Kekekalan)dan kalau kita mengikuti “teladanNya”, maka kita akan mendapat “kehidupan yang kekal”. (Samuel Lee)
Begini lamunan saya.
Ketika Bill Gates pergi berlibur ke Bali, kucing pemilik hotel sempat menyelonong ke kamar Bill Gates lalu tongkrongi di depan komputer Bill Gates yang memang selalu menyala 24 jam sehari dan 7 hari seminggu . Dasar kucing, keyboard Bill Gates yang special itu dijadikan tempat mainan. Apalagi setiap kepencet ada bunyinya.
Sampai Bill Gates kembali ke kamar, kucingnya masih tongkrongi di situ. Kaki belakangnya dikursi, kaki depannya tak tik tuk tak tik tuk tak henti-hentinya. Wah, luar biasa pikir Bill Gates. Sampai kucing pun bisa pakai Microsoft Words. Hasil ketikan si kucing ini walaupun tidak bisa dibaca, dan kadang ada bagian kosong gara-gara kucingnya pencet ‘ENTER’ berulang-ulang — data ketikan kucing itu tetap dia simpan lalu dibawa pulang dan pamerkan ke staff dia di kantornya.
Dasar Bill Gates, hasil ketikan kucing pun laku dijual di pasaran, dan anehnya, setiap komputer harus dilengkapi dengan OS berisi file kucing ini, kalau tidak maka tidak akan bisa jalan komputernya. Cuma supaya bisa dijual, programnya diganti nama dan nama barunya itu Dakucing Codes. Ini merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari programnya Microsoft, dan kalau dibuang, sekali lagi, program komputernya tidak bisa jalan. Edan nggak?
Suatu hari ada seorang mahasiswa Melayu . Saking isengnya, dia mulai main akal-akalan, lalu bikin aturan. Pokoknya setiap simbol yang tidak bisa dibaca dalam Dakucing Codes ini harus dibuang. Jadi simbol-simbol seperti @#$%^&* dsbnya hilang dari Dakucing Codes.
Lalu untuk pemisahan tulisan berisi huruf berkepanjangan, dia bikin aturan lagi. Setiap melewati jumlah huruf sebanyak angka prima antara 1 dan 20 harus diisi satu spasi. Dan pengisian satu spasi setiap 2, 3, 5, 7, 11 huruf…dstnya itu diulang terus menerus dari awal sampai akhir Dakucing Code.
Makanya tidak heran setelah dipisah-pisah begitu, tulisan Dakucing codes mulai membentuk kata-kata. Ada yang cuma terdiri dari satu huruf, tiga huruf, 5 huruf, sampai 19 huruf. Hehehe, mulai make sense kata mahasiswa ini, walaupun ada yang tidak bisa dibaca. AAA, WWW atau XXX sih biar tidak bisa diucapkan pun, masih ada arti.
Itu membesarkan hatinya dan dia mulai perhatikan huruf-huruf itu satu persatu. Lho, koq ada yang cuma satu atau empat huruf padahal aturannya harus pakai angka prima untuk pemisahannya? Tapi ah, kan ada simbol yang dihapus dan tempatnya tidak diisi lagi. Ok, masih masuk akal.
Setelah berhari-hari mainan dengan Dakucing Codes, suatu hari dia terus berteriak-teriak, Eureka! Eureka!
Orang sekeliling pada terheran-heran dan pada bertanya, ada apa? ada apa? Untung dia cuma teriak dan masih pakai baju, tidak seperti si Archimedes. 🙂
+ Lihat, ini luar biasa! Ini terbukti ini bukan kucing Bill Gates tetapi kucing Melayu, dan bukan kucing Amerika, apalagi kucing John Kerry. Lihat, Dakucing Codes ternyata mengandung bahasa Indonesia?
– Koq bisa?
+ Iya, coba lihat, di sini ada huruf KEpala,…. di sini lagi ada KElu, KErbau, KEntut, KEledai, KEju, KEcoa, KElelawar,…These all are Indonesian words.
– So did you mean Indonesian words all begin with “K” “E”?
+ No, only part of them. Some are simply ‘awalan’, you know, kind of what you call the prefix in English.
– That means, the roots of these words are: PALA LU rBAU NTUT LEDAI, right? But jey, how do you pronounce NTUT and LEDAI in Indonesian?
+ Oh, you can’t separate those two words that way. 🙂 KE there is not a prefix. That’s why, you have to say KEN-TOOT for the first one, and KELEDAI for the second one.
– I see, I see…..
🙂
Kembali dari lamunan, saya jadi pikir, okay, huruf Tionghoa itu jumlahnya begitu banyak. Saking banyaknya, bisa saja dipilah-pilah menurut aturan kreatif, dan berbagai model Dakucing Codes kucingnya Bill Gates pun bisa bermunculan.
Ada Nelson, Wang Kang, ada lagi Voo Lee, dan si Voo ini tidak tanggung-tanggung. Dia bilang “Anak domba Allah bersembunyi dalam huruf Tionghoa kuno.” Apa ini bukan sejenis palalubaukentut tersembunyi dalam Dakucing Codes ? Ataukah berbagai populasi random words yang dengan mudah digenerate dengan komputer?
Bahkan kalau iseng, ambillah sembarang teks buku tebal dalam huruf Romawi, buanglah spasi tulisannya, lalu terapkan berbagai aturan kreatif. Taruhan deh, kalau populasinya cukup besar, bakalan ketemu di dalamnya kata-kata PALA LU BAU NTUT atau huruf-huruf KEPALA, KELU, KERBAU, KENTUT dan sebagainya.
Yang dibutuhkan cuma ide yang kreatif. Kalau saja ide kreatif ini sama dengan kreativitas seorang pelukis menaburkan berbagai warna menjadi lukisan indah, itu tentu saja kita hargai. Sama halnya kita menghargai setiap karya seni universal lainnya. Tapi kalau ide kreatif itu berkesimpulan bahwa kebudayaan Tionghua ada kaitan dengan apa yang dianut orang Yahudi gara-gara turunan Noah datang ke Tiongkok, itu mah palalubauntut benaran. I don’t buy it!
Aris.