Budaya-Tionghoa.Net | Cixi punya nama kecil bernama Lan Er (Orchild Child) . Dia juga punya dua saudara lelaki dan satu saudari muda. Cixi menjadi anak favorit dari orang tuanya. Cixi cantik , pintar dan berbakat dan berbakti . Cixi kecil bisa mempersiapkan candu bagi ayahnya. Kalangan aristokrat Manchu juga mencintai opera sehingga Cixi bersama ayahnya sering menyaksikan opera.
|
Judul
EMPRESS DOWAGER CIXI
China Last Dynasty
And
The Long Reign
Of A
Formidable Concubine
Legends and Lives During the
Declining Days of the
Qing Dynasty
Penulis
X.L Woo
Algora Publishing
New York
Di usia remaja , Cixi tumbuh sebagai gadis dengan wajah oval , hidung yang tegas , alis berbentuk sabit , mata yang bening seperti kristal dan pipi yang segar dan rambut yang hitam seperti ebony . Di masa itu provinsi Guangxi membara dengan pemberontakan. Keluarga Cixi meninggalkan Canton (p13)
Setiap rentang tiga tahun , pemilihan gadis muda untuk kaisar (dan juga pangeran) dimulai dan berlangsung selama beberapa bulan. Setiap keluarga dari klan penguasa harus melaporkan putrinya yang belum menikah dengan rentang usia 13-17 tahun ke pihak Administrasi terkait.
Lan Er terpilih sebagai imperial concubine yang harus kecewa dengan kaisar yang berjarak dengannya. Lan Er punya bintang terang dalam dirinya . Laporan kekalahan Qing dari pemberontak Taiping membawa Lan Er selangkah lebih dekat menuju kaisar.
Kaisar Xianfeng keluar dari ruangan sang Ratu yang berasal dari klan Nugulu. Lan Er mulai bernyanyi memancing “ikan besar”yang sedang berada dekat darinya. Lan Er berlutut menyambut kaisar. Kaisar terpana dengan kecantikan Lan Er yang melampau sang Ratu sendiri dan gadis-gadis istana. Kaisar sulit berpaling dari wajah oval Lan Er. Dan malam itu juga sang Kaisar tidur dengan Lan Er yang akan menjadi Imperial Concubine Yan (dibuku ini ditulis Concubine Yan , versi lain Consort Yi) . Beruntung bagi Lan Er bahwa dia melahirkan anak lelaki bagi kaisar yang memperkuat posisinya di istana (p19)
Buku ini juga menjelaskan pengaruh pemberontakan Taiping bagi kaisar Xianfeng dan juga kenapa kekuatan Qing begitu merosot. (p29) Kedamaian yang panjang selama tiga kaisar awal membuat pasukan delapan banner tidak mawas diri dan kemampuan tempurnya merosot . Disisi lain ancaman diseberang lautan semakin kuat , modern dan tangguh. Disisi lain Han-Chinese punya jarak dengan penguasa sehingga potensi militer Qing juga hanya berkutat di kaum elite Manchu dengan sumber daya manusia yang terbatas karena mereka penguasa sekaligus minoritas. Jika ada Han yang terpakai itupun hanya segelintir karena “kuota” seperti Zeng Guofan yang memang punya kapabilitas dan menjadi aktor penting kemenangan Qing terhadap Taiping.
Dengan sendirinya buku ini juga mengungkap tentang detail protokol istana terhadap kehidupan gadis-gadis istana , kasim-kasim istana dan kaisar dengan tatacaranya . Salah satu contohnya seorang gadis istana mengabdi di Istana Terlarang akan dilepaskan kembali ke keluarganya jika sampai usia 25 tahun belum menjadi selir kaisar. Dan gadis baru berusia 13-17 tahun seperti saat Lan Er masuk ke istana terulang kembali. (p33)
Titik balik Lan Er menuju kekuasaan terjadi pada pada saat Aisin Gioro Yizhu (Xianfeng) mulai depresi akan kehancuran yang ditimbulkan Inggris dan Perancis . Tabib-tabib istana punya dilema untuk berkata jujur tentang penyakit seorang kaisar. Tidak ada seorangpun yang suka mendengar informasi bahwa dirinya akan segera mati termasuk kaisar . Tabib-tabib istana menjadi berputar-putar dalam menjelaskan penyakit kaisar yang ternyata “tuberculosis” (p50)
Jika kaisar wafat siapa penggantinya ? Dalam sejarah Tiongkok kaisar baru yang masih terlalu muda akan didampingi oleh dua opsi : , sistem kanselir atau dibawah pengawasan empress dowager. Disini terjadi pertarungan politik awal antara Lan Er dengan pejabat-pejabat senior istana. Aisin Gioro Yizu yang menyadari usia yang tinggal menghitung hari mulai mengatur segala sesuatu bagi calon penggantinya, anak Lan Er, Aisin Gioro Zaichun. Dan sang kaisar wafat pada 22 Agustus 1861. Yang menarik , sebelum wafat , kaisar meninggalkan edict rahasia kepada sang ratu bahwa jika Lan Er dikemudian hari mendatangkan kesulitan yang mengancam kekaisaran Qing maka sang ratu punya hak untuk mengeksekusinya (p52)
Sang ratu yang sedang berduka mendengar kabar buruk dari selir Li yang berusaha bunuh diri karena cemas akan nasibnya saat , Lan Er alias Concubine Yan naik menjadi Empress Dowager. Sang ratu berjanji melindungi selir Li dari segala gangguan dimasa mendatang. Aisin Gioro Zaichun yang berusia enam tahun naik menjadi kaisar dengan nama era Tongzhi. Sang ratu menjadi Empress Dowager Xi An. Dan Lan Er sebagai ibu biologis dari kaisar menjadi Empress Dowager Cixi. Kedua wanita ini menjadi wanita paling berkuasa di Tiongkok selama sekian dekade dan menjadi wali dimasa pemerintahan Tongzhi dan Guangxu.
Sampai disini saya tidak akan melanjutkan penggalan kisah-kisah menarik sampai wafatnya Empress Dowager Cixi dan runtuhnya Dinasti Qing.
Sepanjang sejarah Tiongkok selama ribuan tahun hanya segelintir wanita yang mampu menapak kepuncak kekuasaan. Dengan satu kekhasan masa kekuasaan yang panjang dan merawat kekuasaannya dengan tangan besi dan kekejaman yang tidak terbayangkan.
Walaupun kebijakan-kebijakan wanita yang berkuasa itu juga tidak terlepas dari kekurangan , kehidupan mereka terekam oleh sejarah dan ingatan kolektif rakyat sepanjang masa , memperkaya literature dan berbagai legenda.
Keterbelakangan Tiongkok dibandingkan Barat menjadi latar dari masa kejayaan Empress Dowager Cixi. Beliau mempelajari kesalahan dari penguasa-penguasa sebelumnya dan sesama maharani seperti Empress Wu yang merangkak naik ke puncak kekuasaan seperti Cixi , 1200 tahun lebih awal.
Empress Dowager Cixi berjuang dengan caranya sendiri untuk mempertahankan kekuasaan dibelakang layar. Disisi lain kekaisaran Qing sudah menua . Dunia yang sinosentris sudah bergeser ke dunia Barat dan Qing yang Agung seperti Gulliver yang tak berdaya dikerubungi Liliput. Terhuyung-huyung oleh pemberontakan dan dibagi-bagi seperti kue oleh kekuatan-kekuatan global pada masa itu.
Perang Candu meletus di tahun 1840an dan Tiongkok kehilangan beberapa wilayah kepada Inggris dan tak lupa juga denda perang dalam jutaan dollar pada masa itu.
Tak lama setelah itu muncul pemberontakan Taiping pimpinan Hong Xiuquan , yang bukan saja merenggut jutaan rakyat Tiongkok yang tewas selama peperangan tetapi juga memperlemah Dinasti Qing sampai ke titik nadir. Belum cukup dengan pemberontakan , banjir besar pun turut mendekorasi kekuasan Qing yang semakin muram .
Di tahun 1870an , Jepang mulai melirik Taiwan dan Prancis mulai menyabot Vietnam . Di tahun 1890an , Tiongkok kehilangan kontrol terhadap Korea karena kalah perang dalam Sino-Japanese War I. Jepang yang bukan siapa-siapa sejak restorasi berubah menjadi predator yang mampu melumat raksasa Tiongkok.
Reformasi 100 hari yang dilancarkan Aisin Gioro Zaitan (Guangxu) tak lebih dari lelucon bagi Cixi yang malah semakin mencengkram kuat pemerintahan Qing. Zaitian dikucilkan sebagai kaisar yang tak berkuasa.
Menjelang pergantian abad Cixi mulai mengipasi gerakan anti-Qing dan pro-Ming , pejuang Boxer didorong untuk menghadapi Barat. Dan lagi-lagi kombinasi milisi Boxer dan prajurit Qing tidak berdaya menghadapi kekuatan delapan negara. Cixi berserta segenap keluarga imperial lari terbirit-birit menuju Xi’an. Masa gemilang bagi Cixi tampaknya akan berakhir dan membawa serta dinasti Qing yang sudah berkuasa tiga abad di Tiongkok.
Buku ini berfokus pada kehidupan Cixi dengan gaya bertutur seperti novel , didalam istana terbesar didunia maupun kehidupan politiknya. Cixi sering dituding sebagai biang kejatuhan dinasti Qing tetapi sesungguhnya sebelum Cixi terlahir sebagai Lan-er , pemerintah Qing sudah merosot wibawanya .
Sisi menarik lain adalah wanita dan kekuasaan . Bagaimana seorang wanita yang lemah naik ke puncak kekuasaan . Bagaimana mempertahankan kekuasannya , disebuah negri raksasa seperti Tiongkok dengan seperlima populasi dunia berada didalamnya.
HZW
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa