Budaya-Tionghoa.Net| Saya baru saja menonton “Life Of Pi” karya sutradara Tionghoa peraih Oscar , Mr Ang Lee. Ini sekaligus melengkapi apa yang pernah saya baca beberapa tahun dalam buku novel karya Yan Martell yang hilang karena lupa pernah dipinjam siapa gerangan.
|
KISAH PI
Kisah ini dimulai pada saat Pi Patel , pria setengah baya (Irfan Khan) menceritakan kehidupan awalnya kepada seorang novelis Kanada (Rafe Spall). Kampung halaman Pi di Pondicherry – India (Inggris menguasai sebagian besar India disusul dengan India-Portugal seperti Goa dan India-Perancis seperti Pondicherry yang menjadi latar belakang cerita tentang Pi ini). Kawasan Pondicherry kental dengan pengaruh Perancis sehingga sebagian kawasannya serasa seperti sedang berada di Perancis.
To me , faith can be elusive , but .. as a Taoist would say , “That’s the apple’s truth. The source of all the material comes from nothingness, illusion is working more on things you can probe. That’s the principle , the essence of life (Ang Lee, Reuters) |
Pengaruh Perancis ini tampak nyata dari nama lengkap Pi yaitu Piscine Molitor Patel yang berasal dari usulan pamannya yang menyukai sebuah kolam indah di Perancis. Dari pamannya itulah dia mendapatkan skill berenang yang sangat berguna kelak. Sayangnya nama yang mewah dalam konteks Perancis ini akan menjadi muram karena mirip dengan kata “pissing” dan Pi kecil (Ayush Tandon) menjadi bahan olok-olokan teman-temannya. Piscine Molitor Patel kemudian mengadopsi huruf Yunani ke 16 , dan menjadi Pi.
Orangtuanya (Adil Husain & Tabu) memiliki kebun binatang sehingga Pi kecil sudah berinteraksi dengan berbagai jenis hewan dari yang jinak sampai Harimau Benggala yang bernama Richard Parker. Pi cilik yang belum banyak pengalaman tidak menyadari bahayanya top predator seperti Richard Parker sehingga Pi mencoba mendekati harimau itu . Ayahnya yang jengkel mengetahui hal tersebut kemudian memaksa Pi untuk menyaksikan bagaimana Richard Parker memangsa seekor kambing hidup-hidup.
Pi yang dibesarkan dalam keluarga Hindu dan vegetarian juga punya minat tinggi dalam filsafat religi . Pantheon Hindu seperti superhero baginya dan dalam perjalanan awal hidupnya , Pi mengumpulkan superhero dari berbagai keyakinan . Pi mengenal Kristen Katolik , Islam , bahkan Kabbalah . Dia berterima kasih kepada Dewa Wisnu untuk mengenalkannya dengan Yesus.
Ayahnya terheran-heran melihat Pi melakukan posisi sholat ala Islam dan juga membentuk tanda salib sebelum menyantap hidangan bersama keluarganya. Ayahnya lebih percaya terhadap rasio dan ilmu pengetahuan , seraya mengingatkan PI bahwa mencampurbaurkan keyakinan itu suatu hal yang mustahil. “If you believe in everything, you will end up not believing in anything at all.”
Perjalanan kehidupan Pi berubah drastis ketika Ayah Pi memutuskan untuk menutup kebun binatang dan membawa binatang-binatang yang dimiliki untuk menopang kehidupan keluarganya di Kanada dengan menumpang pada kapal kargo Jepang bernama Tsimtsum. Belum sempat Pi menikmati cinta pertamanya dengan seorang gadis penari tradisional Pi harus meninggalkan kampung halamannya.
Ditengah lautan kapal itu menghadapi badai dashyat yang menenggelamkan kapal. Pi yang berusaha menyelamatkan keluarganya (ayahnya tidak bisa berenang) dipaksa keadaan untuk mengungsi kedalam kapal sekoci bersama Zebra yang jatuh mendarat di kapal sekoci dan cidera . Juga Richard Parker yang juga punya kemampuan berenang tanpa sengaja berhasil diselamatkan olehnya . Pi dengan kemampuan berenangnya dapat bertahan dari badai yang mengombang-ngambingkan kapal kecil . Pi sempat menyelam untuk menyaksikan kapal karam terakhir kali.
Setelah badai reda , Pi bertemu kembali dengan seekor induk Orang Utan. Reuni ini tidak berlangsung lama karena seekor Hyena mulai menebar ancaman . Hyena terkenal sebagai binatang pengecut dan oportunis yang suka merebut mangsa dari top predator lainnya. Bagaimana Pi yang masih muda ini menghadapi Richard Parker , Hyena , Orang Utan dan Zebra yang terkilir di tengah samudra luas tak berujung ? Simak saja buku novelnya atau menyaksikan film “Life of Pi” ini yang mulai diputar di berbagai bioskop di Indonesia pada akhir minggu ini
SPECULUM MUNDI
Ang Lee yang sebelumnya sukses dengan “Brokeback Mountain” (2005) dan “Crouching Tiger Hidden Dragon” (2000) , kali ini berhasil meramu sisi dramatis , visual dan spiritual dalam film ini. Saya seperti menyaksikan kombinasi akting tunggal Tom Hanks dalam Cast Away (2000) , badai dashyat “The Perfect Storm” (2000) , persahabatan manusia dan binatang ala “Hachi : A Dog’s Tale” (2009) dan panorama alam ala “The Warrior and The Wolf” (2009) dan formasi ikan terbang seperti skuadron penerbang Jepang pimpinan Isoroku Yamamato dalam “Pear Harbour” (2001) garapan Michael Bay
Novel Life of Pi ini dianggap sangat sulit untuk diangkat ke layar lebar — yang diakui oleh Ang Lee sendiri — perlu waktu lama untuk mengarahkan film ini. Salah satu kesulitannya adalah menghadirkan Harimau Benggala secara nyata walaupun melibatkan teknologi CGI . Harimau Benggala hidup dimasa manusia modern dan tentunya lebih nyata daripada dinosaurus dalam Jurasic Park. Dia juga sangat berbahaya sebagai top predator yang beresiko tinggi dan bisa mengancam keselamatan para pendukung film ini . Binatang buas juga tidak selalu bisa melakukan apa yang sutradara inginkan sebagaimana seekor anjing domestik dalam Air Bud (1997) . Hasilnya adalah sinematografi yang sungguh menawan.
Jika lihat dari angkasa , maka perahu yang ditumpangi Pi dan Richard Parker tampak seperti “titik dan koma” di antara laut dan langit. Betapa kecil , rapuh dan tidak berdayanya perahu itu dan begitu juga dengan penghuninya. Di malam hari bintang-bintang diangkasa justru semakin terang benderang , tak terbatas , tak terhitung dan tak berujung. Ang Lee juga mengarahkan pandangan Pi dari permukaan laut menuju ke dasar samudra , lapis demi lapis seperti membelah lautan . Mulai dari lapisan epipelagic , mesopelagic , bathypelagic , abysssopelagic , formasi mahluk-mahluk laut disetiap lapisan , dari yang kompleks sampai yang sederhana , membentuk serangkaian imaji yang merupakan kenangan bagi Pi. Dan tentunya ditambah kehadiran ikan-ikan menyeramkan di kedalaman lautan , sebelum sampai ke bangkai kapal Tsimsum yang bersemayam di dasar samudra.
Dihari lainnya , dibawah teriknya matahari , laut begitu tenangnya seperti kolam yang sublim dan permukaan laut merefleksikan dunia seperti cermin , speculum mundi . Pi segera menulis surat dalam kaleng terapung dan melemparnya sejauh mungkin . Laut segera mengangguk dengan gelombang kecil riak air berbentuk lingkaran membawa harapan Pi ke segala arah. Di malam harinya Pi beruntung menyaksikan pendar-pendar biru yang berasal dari mahluk laut disusul dengan pertunjukan ikan Paus. Di siang hari sekumpulan ikan penerbang bermanuver mendekati perahu memberikan berkah bagi Pi dan Richard Parker yang mulai kelaparan.
PI & Richard Parker
Interaksi Pi dengan Richard Parker ini mengingatkan saya akan karya masterpiece Ang Lee lainnya , “Crouching Tiger Hidden Dragon” ( 2000) yang meraih Academy Award. Satu proverbia yang merujuk pada talenta yang tersembunyi . Pi Pattel yang sedari muda sudah melakukan ekplorasi filosofi dan metafisik mengenai berbagai keyakinan menghadapi permasalahan sulit mengenai ruang dalam semesta yang tak terbatas , laut dan langit yang berperilaku ganjil dan apa rencana misterius adi-alami dalam dirinya yang dalam kepercayaan Samawi merujuk pada Tuhan maupun Allah. Sedangkan Dewa Wisnu yang mewakili agama-agama Timur (India , Tiongkok dan Jepang) yang punya jutaan dewa.
Pi Pattel adalah seorang anak yang open-minded terhadap segala keyakinan . Jika dia terdampar di Tiongkok mungkin diapun akan segera melahap Taoisme , Confucianisme dan Buddhisme Mahayana. Jika dia berada di Jepang mungkin dia juga akan mempelajari Zen dan Shinto. Singkatnya Pi adalah representasi dari pohon besar keyakinan yang mewakili dua aliran utama didunia ini , monotheisme dan pantheisme. Kisah cemerlang Pi ini seperti dua nakhoda keyakinan dalam satu perahu. Perjuangannya bertahan hidup memiliki makna universal , spiritual dan representasi dari umat religi manapun dimuka bumi ini .
Satu tema filosofis terus menerus kesadaran menerpa Pi , yaitu kesadaran asali bahwa kita menghuni dunia kita bersama mahluk-mahluk lain. Dalam religi purba kesadaran seperti ini juga telah muncul dengan cara bagaimana mahluk-mahluk seperti ular , harimau , burung , ikan berduyun-duyun masuk keranah mitologi , personifikasi daya alamiah dan ibu pertiwi itu sendiri. Orang Hindu mengakui keilahian pada mahluk lokal seperti sapi sebagaimana bangsa Mesir Kuno mengasalkan status ilahi kepada kucing.
Dengan empati kita mengakui mengakui dan merefleksikan perasaan kita kepada mahluk lain . Dengan empati muncul tendensi ilmiah untuk memahami mahluk lain sebagai mahluk yang sama pentingnya. Pi Pattel mewakili primata paling cerdas di muka bumi ini memandang Richard Parker sebagai top predator terkuat diperahu. Dengan mudah Richard Parker melakukan manuver “Crouching Tiger” dan melumat predator kuat lain seperti Hyena .
Pi Pattel secara teoritis adalah mahluk paling lemah kedua sesudah Zebra . Harimau , Hyena dan Orang Utan punya kapabilitas untuk melukai dan membunuh manusia. Secara teoritis Pi Pattel adalah mangsa yang mudah bagi Richard Parker. Secara teoritis Pi harus mengerahkan kecerdasan untuk membunuh Richard Parker . Tetapi Pi Pattel punya kecerdasan spiritual yang lain dari anak muda sebayanya.
Pi dan Richard Parker pada dasarnya saling membutuhkan . Kebuasan Richard Parker membuat Pi selalu waspada dan mawas diri. Ini yang malah membuatnya dan mendorongnya untuk terus bertahan hidup. Sementara Richard Parker sebagai binatang yang juga cerdas juga menyadari bahwa jikapun dia membunuh Pi maka dia juga akan mati segera karena kelangkaan sumber makanan dan air tawar bersih untuk diminum. Setelah berdialog dengan cara yang unik mereka berdua berdamai dan berbagi ruang dengan demarkasi urin . menghadapi segala suka dan duka bersama-sama. Demikianlah dua pangeran kerajaan mamalia siap mengarungi kebebasan bersyarat dalam bahtera pengasingannya . Mereka bebas bergerak akan tetapi terpenjara oleh batasan lautan luas tak berujung.
Dalam penjara terapung ini kematian dan kehidupan setipis rambut. Setiap saat mereka bisa dihukum oleh kelaparan dan dahaga , dipenggal oleh halilintar yang menyambar dan badai yang mengamuk. Tetapi terkadang ada makna dibalik penderitaan. Fyodor Dostoyevski sendiri pernah mengalami hukuman dan mendukung adanya hukuman . Sementara Luchenetsky menulis dalam “Prison Herald” bahwa dalam kegelapan membuat manusia menjadi lebih sensitif terhadap terang, aktivitas yang dipaksakan dalam kungkungan membuat manusia haus akan hidup , gerak dan kerja. Kesunyian membuat dia merenungkan sedalam-dalamnya tentang “AKU”-nya . Sehingga ia memandangnya berdasarkan kondisi sekitarnya, masa lalunya dan kekiniannya, dan memaksanya untuk berpikir tentang masa depan. Leo Tolstoy memang benar ketika dia bermimpi masuk penjara. Pada saat-saat tertentu, orang besar itu kehilangan kata-kata. Dia membutuhkan penjara seperti kemarau membutuhkan hujan.
Akhir kata penutup dari sang sutradara Ang Lee sendiri : To me , faith can be elusive , but .. as a Taoist would say , “That’s the apple’s truth. The source of all the material comes from nothingness, illusion is working more on things you can probe. That’s the principle , the essence of life (Ang Lee, Reuters) . Sebuah karya Ang Lee yang luar biasa indah dan sarat akan makna kehidupan didalamnya. Angkat topi juga untuk Yan Martell yang menulis kisah fantastis ini dengan basis rasional .
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa