Sumber : http://www.chinaonlinemuseum.com
Budaya-Tionghoa.Net|Tujuan pemakaian ornamen atau lukisan dalam kehidupan sosial yang pertama adalah dipakai untuk memeriahkan festival pergantian musim. Agar setiap musim dilewati dengan selamat, semua anggota masyarakat minta perlindungan pada dewata dan leluhur agar diberikan keselamatan dan perjalanan hidup yang baik. Hiasan-hiasan yang ditempelkan di daun pintu pada hari sincia biasanya menampilkan suasana kegembiraan menyambut datangnya musim semi.
|
Contoh : huruf “fu” (福) yang dipasang terbalik melambangkan rejeki datang (dao 到) yang sama suaranya dengan “dao 倒”yang berarti terbalik.
Kedua , sebagai obyek untuk memberi ucapan selamat pada peristiwa tertentu seperti ulang tahun, kelahiran anak, kenaikan pangkat, memulai usaha baru, pembukaan toko dan sebagainya.
Dan ketiga sebagai hiasan yang dilukiskan atau dipahatkan pada bagian-bagian bangunan untuk menambah keindahan dan mengisi bidang-bidang kosong. Para seniman biasanya menganggap belum sempurna apabila suatu hasil karya tidak diberi ornamen pengisi. Biasa diisi dengan ragam hias dan gambar yang mengandung arti baik.
Tema yang sering digunakan dalam ornamen adalah manusia atau dewa , mahluk mitologi , hewan lain dan burung , bunga atau tumbuhan , dan pola petir |
TEMA YANG SERING DIGUNAKAN
Manusia atau dewa.
Obyek lukisan atau ornamen yang terutama adalah manusia yang merupakan tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah atau legenda, atau para dewa yang memegang jabatan tertentu. Biasanya tokoh-tokoh itu digambarkan beserta atribut yang berhubungan dengannya. Contoh : Dewa Kekayaan membawa uang emas.
Delapan Dewa: paling banyak disukai sebagai hiasan karena melambangkan harmoni dalam kehidupan yang beragam. Tiga dewa bintang Fu–lu-shou 福禄寿yang melambangkan dambaan umum setiap manusia yaitu kedudukan tinggi, kaya, dan sehat atau panjang umur. Mereka biasanya ditampilkan bersama-sama dalam satu kelompok atau sering juga sendiri-sendiri. Guanyin Pusa,dewi yang melambangkan sifat yang penuh belas kasih.
Zhong Kui dan kelelawar. Biasanya dipasang pada hari Sincia, melambangkan Zhong Kui yang piawai dalam mengusir para setan, sedang memanggil kelelawar yang melambangkan rejeki agar datang kerumah tersebut.
Gambar-gambar bertema manusia atau dewa-dewa ini biasanya dilukis dan diberikan sebagai souvenir sebagai pernyataan ucapan selamat ulang-tahun, selamat akan kelahiran anggota keluarga baru, kenaikan pangkat atau pembukaan usaha baru dan sebagainya.
Seorang anak menggendong ikan koi. Mendambakan suatu kehidupan yang selalu berkelebihan “余Yu” yang digambarkan dengan ikan “鱼Yu.”
Mahluk Mitologi
Naga (Long), Phoenix (Feng), Qilin, dan binatang mithologi lain. Naga atau Long (Liong dalam dialek Hokkian), adalah salah satu objek hiasan yang sangat disukai yang melambangkan kekuasaan & kekuatan.
Hewan Lain dan Burung
Bangau (he 鹤): dilukis untuk sebagai salah satu lambang panjang usia, sering dikombinasikan dengan pohon song atau cemara. Lukisan burung bangau dan pohon song sering diberikan sebagai ucapan selamat ulang tahun.
Murai (que 鵲) : mewartakan kedatangan tamu yang membawa berita bahagia. Lukisan sepasang burung murai untuk hadiah perkawinan, melambangkan harapan kebahagiaan dalam kehidupan mempelai. Menurut kisah Qixi, berkat jembatan burung-burung murai inilah Niulang (Si Penggembala) dapat bertemu kembali dg Zhinv (Gadis Penenun) istrinya yang asalnya adalah bidadari di langit.
Bebek Mandarin (Yuan-yang 鴛鴦) adalah lambang cinta yang abadi, biasanya dipakai pada hiasan yang ada hubungannya dengan perkawinan.
Walet (yan 燕) : mewartakan kedatangan musim semi, melambangkan sukses, dan kebahagiaan, menandakan di rumah itu akan berlangsung pesta pernikahan.
Singa (Shi 獅), sering dilafalkan sebagai Say – dialek Hokkian, berasal dari bahasa Persia “sir”. Dianggap mengandung kewibawaan, menambah wibawa pemakainya. Sebab itu sering dipasang di depan pintu, sebagai penolak pengaruh jahat. Dipasang sepasang singa jantan dan betina di kanan & kiri melambangkan keseimbangan yin-yang.
Gajah: lambang kebijaksanaan, kekuatan dan kecermatan. Sangat disukai oleh kaum Buddhist. “Xiang” (象) yang berarti gajah mempunyai persamaan bunyi dengan “xiang” (祥), yang berarti “keberuntungan”. Sering kali di lukis dengan kombinasi vas yang berisi tiga batang tombak berkait “ji” (戟) yang identik suaranya dengan “ji” (吉) yang berarti “warta bahagia”. Gambar gabungan itu mempunyaui arti ji-xiang (吉祥) yang berarti harapan agar memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan.
Rusa (lu 鹿), identik dengan lu 禄 yang berarti kedudukan tinggi.
Barang antik 博古 : vase, jambangan tripod, cermin.
Vase dalam bahasa mandarin sama dengan botol: “ping” 瓶 sama bunyi dengan “ping” 平yang berarti “perdamaian”. Sering digabungkan dengan bunga, pohon cemara, untuk memuwujudkam berbagai harapan.
Bunga Atau Tumbuhan
Banyak dipakai sebagai gambar hias untuk pakaian, tenunan, permadani, sulaman, keramik, perabot kaca dan bangunan.
Yang sering dipakai adalah bunga-bunga yang melambangkan empat musim :
Musim semi : Mu-dan (牡丹 Botan) atau Peony, bentuknya bundar, aneka-warna, kesukaan para bangsawan dijaman kuno, melambangkan cinta dan kesucian kaum wanita.
Musim panas : Teratai ( 荷花 Lotus) atau He-hua, lambang kesucian, tak ternoda di tengah-tengah lumpur, disukai oleh kaum Buddhist maupun Taoist.
Musim gugur : Chrysant atau seruni ( Ju-hua atau Kiok-hoa 菊花)
Musim dingin: Mei-hua ( Bwee hoa 梅花) atau Plum. Lambang keteguhan, karena mekar ditengah musim dingin ketika bunga-bunga lain rontok. Ia bersih dan indah ditengah terpaan angin musim dingin.
Kaum satrawan menyukai empat-jenis bunga yang dinamakan Empat bunga kaum cendekiawan (si-junzi-hua 四君子花) yaitu Mei-hua 梅, Lan-hua 蘭 (Anggrek), Zhu 竹 atau bambu dan Ju-hua 菊 (krisan) atau seruni.
Gambar : http://www.inkdancechinesepaintings.com/four-screens-of-flowers-and-birds/picture/2360093.jpg
Bentuk stilasi dari jamur ling-zhi 灵芝 , yang disebut ru-yi 如意 yang arti harafiahnya adalah “sesuai harapan” adalah simbol keberuntungan, bentuk kepala ruyi ini juga sering digunakan sebagai ornamen pembatas/ border.
Gambar di atas tulisan (Gambar 1) adalah salah satu contoh penerapan berbagai simbol dalam lukisan, yang diwujudkan sebagai sebuah pengharapan kepada orang yang mendapat hadiah lukisan tersebut. Sui chao li jing 岁朝丽景, karya Chen Shu, (陈书 1660-1736), dari dinasti Qing, adalah sebuah lukisan persembahan bunga untuk festival lampion tahun baru imlek 1735, yang menampilkan gagasan tentang gagasan tentang musim semi yang hangat dan bunga-bunga mekar bersama dengan semangat menyambut tahun baru. Yang diwujudkan dengan berbagai macam bunga dan tanaman yang berada dalam pot porselen, dengan komposisi warna & tinggi rendah yang ideal. Di sini, sifat kekal batu karang melambangkan umur panjang (shou, 寿), bunga bakung (shuixian, 水仙) dan dahlia (tianzhu, 天竺), membentuk rangkaian permainan kata-kata yang mengandung ekspresi, “Para dewa di langit memberikan umur panjang” (tian xian gong shou, 天仙 拱 寿). Di sisinya terdapat bunga lili (baihe, 百合), kesemek (shizi, 柿子), jamur lingzhi, 灵芝, dan apel (pingguo, 苹果), juga merupakan metafora untuk “Semua hal yang sesuai dengan keinginan (bai shi ru yi, 百事 如意) ” dan “Perdamaian seperti yang anda inginkan (ping an yi ru, 平安 如意)”.
Pola-Petir
Ada satu jenis ragam hias lagi yang seringkali muncul baik sendiri maupun dengan kombinasi benda lain. Hiasan ini berpola garis patah, dan lengkung. Banyak dari pola-pola ini sudah sangat kuno dan bisa dilihat pada benda-benda upacara berasal dari dinasti Shang 3000 tahun yang lalu yang diketemukan pada penggalian arkeologi.
Pola-pola ini banyak dipakai sebagai panil atau pengisi bidang kosong, atau hiasan pada bagian tepi (border), pada bangunan kuil, kain, alat tulis dan lain-lain.
Yang paling sederhana adalah bentuk lengkung atau bengkokan. Umumnya disebut pola-petir atau Lei-wen雷紋. Benda-benda upacara jaman purba banyak dihias pola semacam ini, melambangkan awan dan petir yang melambangkan harapan akan turunnya hujan yang membawa kemakmuran.
Pola seperti ini diketemukan juga pada ragam-hias. di Yunani dan Romawi kuno
Gambar : http://pic2.nipic.com/
Demikian sekelumit simbol-simbol yang sering dipakai dan sering muncul baik dalam lukisan, ornamen pada bangunan oriental maupun kelenteng, juga benda-benda seperti “tok wi” pada altar di klenteng, yang ternyata sarat akan makna dan pengharapan.
[ Tulisan Bagian 1] [Tulisan Bagian 2] [Tulisan Bagian 3]
by Kwa Tong Hay & Chendra Ling Ling
REFERENSI :
Chinese Symbolism & Art Motifs – C.A.S. Williams
A Dictionary of Chinese Symbols – Wolfram Eberhard