Anton Medan atau Tan Hok Liang dilahirkan di Tebing Tinggi – Sumatera Utara pada tanggal 1 Oktober 1957. Dia merupakan pendakwah popular dan juga tokoh kontroversial karena dimasa lampaunya pernah menjadi seorang “preman”.
|
Anton dilahirkan dari keluarga miskin sehingga tidak mengenyam pendidikan formal dengan maksimal. Dia menjadi anak jalanan di terminal bis dan di usia 13 tahun sudah berurusan dengan polisi karena perkelahian yang fatal dengan seorang supir angkutan umum. Anton remaja sudah harus mendekam di penjara selama 4 tahun tetapi keberaniannya itu membuat dia disegani.
Anton kemudian ke Jakarta dan mulai terlibat dengan dunia kriminalDia terlibat dalam perampokan , drugs , dan perjudian illegal yang membuatnya mendekam di penjara selama total 17 tahun. Anton Medan memeluk agama Islam pada tahun 1992 dan mengadopsi nama Muhammad Ramadan Effendi.
Anton Medan memulai karir sebagai pendakwah diantara para narapidana dan kalangan prostitusi sebelum terkenal dikalangan public dan televise. Reputasinya segera berubah menjadi pendakwah yang saleh
Sejak tahun 1996 dia mengadakan pelatihan dikalangan mantan narapidana dan gangster untuk menjadi pekerja yang punya skill dengan tambahan pengetahuan religius.
Di tahun 2005 dia mendirikan Pondok Pesantren Terpadu At-Taibin di Bogor yang mempromosikan entrepreneurship disamping pendidikan religius dimana bahasa Tionghoa dan skill bisnis juga menjadi subjek utama
Sebagai pelengkap sekolah tersebut , dibangun pula masjid bergaya Tionghoa , Masjid Tan Kok Liang yang bergaya arsitektur tradisional Tionghoa
Selain mengelola pondok pesantren beliau juga punya berbagai bisnis dari garmen sampai percetakkan banner. Dengan kesuksesan financial , beliau dapat membangun sekolah dan berdakwah secara gratis untuk kaum marjinal seperti mantan narapidana dan mantan prostitusi .
Anton Medan sebagaimana Tionghoa yang berasal dari Medan tentunya fasih dalam dialek Hokkian dan juga sedikit kemampuan berbahasa Mandarin. Latar belakangnya ini yang membuat Anton bisa menjadi penengah diantara Tionghoa dan Muslim termasuk menjadi penengah ketika pembangunan sebuah kelenteng di Medan menjadi kontroversial.
Di tahun 2012 lalu , Anton Medan terpilih sebagai ketua umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia atau disingkat PITI dalam periode kepemimpinan 2012-2017. (Liputan Enam) [1] Di awal tahun 2013 Anton Medan terlibat perdebatan panas dengan Farhat Abbas mengenai status twitter Farhat yang mengkritik Wakil Gubernur Jakarta – Ahok. Perdebatan ini sampai ditayangkan oleh TV One.
{youtube} {/youtube}
REFERENSI
Siew-Min Sai, Chang-Yau Hoon , (2012), “Chinese Indonesians Reassessed: History, Religion and Belonging” , Routledge
Kafil Yamin , (2004) , “ Revolusi Kaum Napi – Catatan Kesaksian Anton Medan” , Matahari Media Komunika Bandun
PHOTO CREDIT : Solo Pos