Budaya-Tionghoa.Net | Kita mengenal beberapa pahlawan wanita dalam sejarah Tiongkok seperti Liang Hongyu , Qin Liangyu etc. Juga wanita-wanita yang mendominasi pemerintahan seperti Empress Dowager Cixi dan Empress Wu Zetian. Bagaimana dengan bajak laut wanita ? Sungguh tidak terbayangkan bahwa Cheng I Sao atau Zheng Yi Sao mengontrol gerombolan bajak laut terbesar yang pernah ada. Dia adalah istri dari seorang bajak laut Tionghoa di awal abad 19. Namanya sendiri merupakan terjemahan sederhana dari “Istri Cheng I “.
Nama aslinya sendiri adalah Shih Hsiang-ku kelahiran tahun 1775 dan dikatakan bahwa dia termasuk wanita cantik . Pada awalnya dia seorang pelacur Cantonese yang berkerja disebuah rumah bordil kecil di Canton . Dia tertangkap oleh bajak laut . Di tahun 1801 dia menikahi Cheng I atau Zheng Yi
Ketika Cheng I meninggal pada 16 November 1807 , dia mengambil alih armada bajak laut dan membuatnya semakin kuat dengan menyatukan koalisi bajak laut yang terdiri dari tujuh banner dengan warna yang berbeda masing-masing , merah , kuning , hijau , biru , hitam dan putih.
Satu banner terdiri dari 70 ribu orang yang beroperasi paling sedikit dengan 400 junk. Dengan kata lain Cheng I Shao atau Ching Shih mengontrol 2000 kapal bajak laut . Kapal terbesarnya dapat menampung 12 meriam dan berlaku seperti kapal induk . Dia disebut-sebut sebagai bajak laut tersukses sepanjang sejarah.
Bagaikan maharani yang berkuasa dalam satu negara , Cheng Yi Sao menyusun hukum dan para pelanggar hukum ini akan mendapat hukuman sesuai kadar pelanggarannya , seperti tidak mematuhi perintah , mencuri dari desa pendukung atau dari harta bajak laut , memperkosa tawanan wanita etc.
Pelanggaran terhadap tawanan wanita bisa dihukum penggal . Absensi tanpa ijin akan dihukum dengan pemotongan kuping dan dipajang dihadapan skuadron lain sebagai peringatan.
Aktivitas bajak laut umumnya adalah menyerang kapal dagang yang lemah . Bisa juga para bajak laut ini menjarah desa-desa dipedalaman sepanjang sungai atau dikawasan pantai. Para bajak laut ini juga sering konflik dengan pemerintah.
Perwira kekaisaran yang tertangkap akan diperlakukan dengan pembalasan. Mereka yang tertangkap oleh bajak laut bisa dipaku di dek dan dipukuli sampai muntah darah dan kemudian dibawa ke tepi laut untuk dijagal. Admiral Kwo Lang misalkan , memutuskan bunuh diri daripada menghadapi resiko ditangkap.
Pembalasan besar-besaran juga bisa terjadi untuk desa-desa dikawasan pantai yang mengorganisi milis untuk menentang bajak laut. Di tahun 1809 , 80 puluh orang dari desa Shanshan dipenggal didepan public. Wanita dan anak-anak diculik atau dijual untuk menjadi budak. Kru-kru kapal dagang yang tertangkap bajak laut akan segera bergabung dengan bajak laut daripada menghadapi resiko kematian.
Selain menghadapi kekuatan pemerintah , ancaman dari kelompok bajak laut yang lain juga besar seperti O-po-tae yang sempat memaksa armada Cheng Yi Sao untuk mundur.
Cheng I Sao menjadi begitu kuat dan punya posisi tawar yang kuat terhadap pemerintah Qing – Tiongkok. Di tahun 1810 , dia mencari grasi dari Gubernur Jendral Canton . Akibatnya , hanya sekitar 400 bajak laut yang benar-benar dihukum oleh pemerintah. Enam puluh bajak laut diusir , 151 diasingkan dan 126 di eksekusi. Amnesti ini memungkinkan para pentolan-pentolan bajak laut untuk beralih menjadi perwira Imperial Navy. Kekasih Cheng Yi Sao , Chang Pao , menerima pangkat letnan dan mengontrol sekitar 20 junk.
Cheng Yi Sao dan Chang Pao menikah dan mempunyai seorang anak dan menetap disebuah kota di Fujian. Chang Pao meninggal dunia di tahun 1822 pada usia 36 tahun dengan posisi colonel di Imperial Army.
Cheng Yi Sao meninggal dunia sebagai wanita yang makmur pada usia 69 tahun di tahun 1844 di Canton . Kemakmuran Cheng Yi Sao karena dia menjalankan usaha brothel , rumah judi dan ada kemungkinan juga keterlibatan dalam penyelundupan.
Oleh : Memento Mori
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa
Referensi :
Jamaica Rose, Michael Macleon , 2010 , “The Book of Pirates : A Guide to Plundering , Pillaging and Other Pursuits”
Peter Corbett , 2008 , “ A Modern Plague of Pirates” ,
Rasa Von Werder , 2007 , “It’s Not Over Till the Fat Lady Sings: Mother God Strikes Back Against Misogyny”