Budaya-Tionghoa.Net | Saya baru saja mendapatkan buku berjudul “Pacific Century: The Emergence of Modern Pacific Asia” karya Mark Borthwick dengan kontribusi beberapa cendekiawan. Di dalamnya banyak terdapat artikel menarik. Saya akan menerjemahkan artikel terkait Konfusianisme dan pertumbuhan ekonomi di Asia, yang dimuat di halaman 309-322.
|
TERJEMAHAN:
Pengantar
Terdapat pandangan yang diterima semenjak lama bahwa orientasi budaya memainkan peran penting dalam pola kebiasaan ekonomi masing-masing individu dan bahkan sebuah bangsa. Kendati demikian, para ahli ekonomi dan perencana ekonomi. umumnya cenderung memandang kebudayaan sebagai perbendaharaan berbagai tradisi yang menghambat modernisasi dan perkembangan ekonomi. Pertumbuhan pesat yang dialami bangsa Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan di Asia Timur telah memaksa diadakannya telaah ulang terhadap pandangan semacam ini dan diarahkannya perhatian dengan cara positif, dimana budaya kemungkinan [justru] dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ekonomi.
Mengapa ekonomi Asia Timur memiliki angka tabungan yang tinggi? Mengapa masyarakat mereka mampu menyesuaikan diri terhadap industrialisasi, nampaknya dengan sangat sedikit gejolak di tengah masyarakat? Apakah yang menyebabkan hubungan harmonis antara pemerintah dan industri atau antara pihak pengelola perusahaan dengan para pekerja? Mengapa pendapatan terbagi relatif merata di negara-negara itu, dan mengapa jika tidak demikian halnya, ketidak-merataan menarik begitu banyak perhatian?
Bagi sebagian pengamat, tradisi Konfusianisme yang umum di negara-negara Asia dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, nampaknya penting dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Sebagai suatu sistim etis, Konfusianisme berkutat dengan hubungan yang selayaknya antara atasan dan bawahan, serta menekankan adanya suatu relasi timbal balik, seperti teladan kebajikan yang diperlihatkan oleh atasan dan kesetiaan yang diberikan oleh bawahan. Individualisme berada di bawah harmoni dalam sebuah kelompok; keluarga secara tradisional dianggap sebagai kelompok sosial terpenting. Sehubungan dengan pemerintahan, Konfusianisme mendukung pemerintahan otoriter tercerahi yang dijalankan oleh suatu birokrasi terpusat, dan bukannya demokrasi populer (popular democracy). Dalam masyarakat tradisional Konfusianisme, pemerintah diharapkan sebagai pelestari birokrasi terdidik, dipilih melalui ujian dan bukannya lewat pewarisan atau hubungan politik.
Nilai-nilai ini nampaknya mendasari peran kuat birokrasi pemerintahan, kesetiaan dalam perusahaan, relasi sosial kohesif sebagaimana dijumpai dalam banyak negara Asia Timur memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi. Konfusianisme juga menghargai hidup hemat, disiplin, dan kerja keras. Meskipun demikian, beberapa pengamat pertumbuhan Asia Timur telah mengajukan pertanyaan. Mengapa masyarakat Konfusianis hanya baru-baru ini saja mengalami angka pertumbuhan yang tinggi? Mengapa sebelumnya pada tahun 1950-an, ilmuwan Barat memandang Konfusianisme sebagai penyebab kemiskinan di Korea dan Tiongkok? Mengapa beberapa masyarakat Konfusianis, termasuk Vietnam dan saat itu daratan Tiongkok, gagal bertumbuh dengan cepat, sementara masyarakat lainnya tanpa tradisi Konfusianisme sanggup mengalami kemajuan pesat?
Tentu saja, tidak ada satu penyebab saja bagi pertumbuhan ekonomi. Kebanyakan ahli ekonomi pada mulanya akan mengamati terlebih dahulu faktor-faktor di luar budaya, seperti ada atau tidaknya insentif ekonomi. Meskipun demikian, kesuksesan ekonomi Asia Timur menimbulkan pertanyaan rumit mengenai jalinan antara budaya dan perkembangan ekonomi. Meskipun demikian, kesuksesan ekonomi menimbulkan pertanyaan rumit mengenai jalinan antara budaya dan perkembangan ekonomi. Semua ini mendapatkan perhatian lebih sistematik dari para ahli ilmu sosial baik di Timur maupun Barat dalam bagian berikut ini (6).
BERSAMBUNG
Penerjemah: Ivan Taniputera 25 Januari 2013
http://www.facebook.com/notes/ivan-taniputera/konfusianisme-pertumbuhan-ekonomi/10151432403591942
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa