Kisah-kisah tentang Lishuwen banyak beredar dan mempunyai banyak saksi mata atas kehebatannya, berikut ini salah satu versi yang akan kami ceritakan dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan oleh Grace Hsiuling Satiaputra dari salah satu sumber bahasa China.
ARTIKEL TERKAIT :
{module [201]}
|
|
|
Li Shuwen (1862-1934) yang bergelar “jawara kungfu”, “dewa tempur”, “jenderal yang tak pernah kalah”, dan “dewa tombak”, adalah tokoh Bajiquan terkenal. Tanpa “dewa tombak” Li Shuwen, maka Bajiquan tidak akan berjaya seperti sekarang. “Dewa tombak” Li Shuwen adalah salah satu tokoh kungfu yang hidup pada akhir Dinasti Qing hingga pertengahan era Republik. Kontribusinya dalam ilmu bela diri pasukan militer China sangat besar! Semasa hidupnya ia dikenal tanpa tandingan, merajai dunia persilatan, tidak pernah kalah dalam perkelahian, dan sangat menguasai teknik-teknik penyerangan!
Li Shuwen lahir di desa Wangnanliang, daerah Yanshan, Kota Cangzhou, Propinsi Hebei berprofesi sebagai pengajar kungfu. Ia lahir dalam keluarga petani yang sangat miskin. Li Shuwen sejak kecil sangat cerdas dan mempunyai kewaspadaan tinggi. Karena sejak kecil hidup berbalut kemiskinan, ia belajar menjadi Wuchou (peran komedi) dalam pertunjukkan opera dan bersiap untuk menekuni lebih lanjut peran tersebut. Ayahnya tidak mengizinkan, dan mendorongnya untuk berlatih bela diri hingga tingkat tertinggi untuk mengubah nasib. Karena perawakannya kecil dan keluarganya pun miskin, banyak guru kungfu yang tidak mau menerimanya sebagai murid.
Li Shuwen bertekad akan berguru pada guru kungfu terkenal, ia pun pergi ke Desa Luotuan, yang terkenal memiliki banyak ahli kungfu di Cangzhou untuk berguru. Li Shuwen pergi ke perguruan keluarga Zhang dan berguru pada Huang Sihai, selain itu ia juga mendapatkan petunjuk dari kakek gurunya Zhang Keming dan paman guru Zhang Gongchen, di bawah bimbingan mereka, ilmunya meningkat. Jarak dari Nanliang ke Luotuan 12 li (setara dengan 6 km). Li Shuwen pergi ke Luotuan malam hari, setelah selesai bertani, dan pulang ke Nanliang saat tengah malam. Hujan dan angin tidak menjadi penghalang baginya. Saat tidak sibuk di sawah, ia pergi dua kali ke Luotuan. Setiap kali berjalan dengan gaya jalan Bajiquan, atau sambil mengayunkan tongkat panjang, sehingga lama-lama kungfunya semakin lihai. Li Shuwen berlatih selama 12 tahun di Luotuan. Begitu tekunnya ia berlatih sehingga dijuluki ”si gila” , juga “gila tombak”. Ilmu tombak Liuhe Daqiang dan kungfunya sangat hebat. Tombaknya mampu menghancurkan pilar pintu dari batu atau roda kereta kuda dengan mudah. Saat ia mengayunkan tombaknya, baik putaran ke dalam maupun ke luar, tombak itu langsung mengenai sasaran tanpa suara. 100 kali menyerang, 100 kali pula kena sasaran.
Setelah berhasil mempelajari ilmu Bajiquan di Luotuan, Li Shuwen bertolak ke Desa Hualongtan untuk berguru pada Huang Linbiao. Huang Linbiao adalah murid terhebat guru Li Yunbiao dari Yanshan. Huang Linbiao pernah menggantikan Li Yunbiao menjadi pengajar utama tentara militer Beijing, Eight Banners (Baqi). Ia adalah guru Piguaquan terhebat sepanjang sejarah. Dengan ilmu Bajiquan yang dikuasainya, ditambah gemblengan dari guru Piguaquan terhebat ini, ilmu kungfu Li Shuwen meningkat pesat.
Setelahnya, Li Shuwen pergi ke Beijing untuk menemui kakak seperguruannya, Wang Zhongquan, untuk menguji apakah kungfunya sudah cukup untuk berkelana. Keduanya lantas bertukar ilmu. Wang Zhongquan menyuruh Li Shuwen berdiri dengan gaya kuda-kuda dimana kedua kaki dibuka sama lebar , lalu ia menjatuhkan Li Shuwen dengan sekali pukul. Lalu katanya, “adik, kalau ilmu kungfumu belum seberapa, jangan keluar dan mempermalukan orang begitu.” Li Shuwen pun pulang dan berlatih keras selama tiga tahun di hutan kurma yang ada di rumahnya, lalu kembali ke Beijing. Kedua saudara seperguruan ini kembali bertemu, dan kali ini Wang Zhongquan tidak bisa menjatuhkan Li Shuwen. Ia pun memuji adik seperguruannya itu. Li Shuwen lalu mengikuti kakak seperguruannya, Wang Zhongquan berkeliling Beijing, dan berkali-kali mengikuti pertandingan tombak, tanpa pernah kalah sekali pun.
Di Beijing, setiap hari pada pukul sembilan hingga sebelas malam, Li Shuwen melakukan langkah Bajiquan mengelilingi tembok kota sepanjang 40 li (setara dengan 20 km), seperti orang jogging. Pada 1895, Yuan Shikai, seorang jenderal sekaligus politisi penting pada akhir Dinasti Qing mengadakan pelatihan tentara di lapangan penggembalaan kuda, dan memanggil Li Shuwen untuk menjadi pelatih. Saat itu Li Shuwen beradu ilmu dengan pengajar militer terkenal dari Beijing, Tianjin, Jepang dan Jerman. Dan tidak kalah sekali pun. Setelah itu ia mengajar kungfu di kediaman Jenderal Feng Guozhang dan membasmi Zhou Tong, preman lokal di daerah itu. (Bersambung ke bagian kedua)
Diterjemahkan oleh Grace HS , 10151338190547436
Sumber : http://bafangwuguan.blogspot.com/