Budaya-Tionghoa.Net | Erhu, juga disebut “hu-qin 胡 琴”, adalah suatu alat musik gesek yang bersejarah panjang dan lama. Diperkirakan sejak jaman dinasti Tang sudah beredar di Tiongkok. Pertama dipakai di daerah Tiongkok utara, lazim disebut “xi-qin 奚琴” atau alat musik suku Xi. Konon xiqin ini berasal dari Korea yang juga sama memakai dua senar. Lama kelamaan berubah menjadi erhu yang berbentuk sampai sekarang.
|
Keunikan erhu adalah karena bunyi senarnya yang bisa menonjolkan irama panjang dan mengalun, sangat cocok untuk representasi irama sedih seperti lagu “Jiang he shui 江河水” yang memeras air mata bagi yang suka. Selain irama sedih, erhu juga cocok menyuarakan lagu yang bermakna mendalam seperti “Erquan yingyue – 二泉映月”. Dan juga tak asing lagi bagi pengemar erhu di tahun “ular air” ini adalah “Jinshe kuangwu – 金蛇狂舞 (tarian golden snake)”, dan masih banyak lagi karya-karya klasik lainnya.
Di dalam naskah kuno jaman Tang, sering ketemu kata “hu-qin 胡琴”. Qin (琴) adalah sebutan untuk semua alat musik yang memakai senar/dawai. Jadi klasifikasi alat musik dalama budaya Tionghoa, bukan dari cara memainkannya, tapi dari bahan yang digunakan. Ada 8 macam bahan, maka disebut Pat Iem/Ba-yin 八音. Sedangkan “hu” 胡 adalah sebutan umum untuk orang2 diluar wilayah Tionguan, terutama daerah bagian barat atau utara Tiongkok berupa “hu-ren”. Makanya huqin mewakili alat musik yang masuk dari barat atau utara Tiongkok.
Huqin banyak ragam dalam bentuk dan bunyi, umpamanya “Ma tou qin (qin kepala kuda)” sampai sekarang masih dipakai di Mongolia. Ada yang kotak resonansinya dari kelapa disebut yehu 椰胡, ada juga yg namanya banhu板胡. Yang umum untuk pengiring lakon opera disebut jinghu京胡. Yang khas pengiring musik daerah yue (越) namanya gaohu 高胡. Dan erhu adalah salah satu hybrid dari keluarga huqin.
Ada masanya erhu dilarang dimainkan/ dianggap tabu, yaitu pada masa dinasti Qing, setelah Kaisar Qianglong era turun tahta dan digantikan oleh anaknya Kaisar era Jiaqing. Saat itu kaisar terdahulu mendapat gelar “Taishangwang” , sehingga dianggap ada dua kaisar, ayah dan anak. Erhu yg bersenar dua, dapat disebut juga sebagai senar ayah dan senar anak (erxian). Dan bilamana ada yang memainkan alat musik tersebut salah satu senarnya sampai putus, ia bisa celaka, karena dianggap sebagai perlambang buruk. Maka alat musik erhu dianggap tabu dan dilarang dimainkan. Tabu ini akhirnya dicabut pada masa akhir dinasti Qing.
Di daerah Pontianak dan sekitarnya sering ketemu koleksi huqin yang terbuat dari belahan tempurung kelapa. Para lokale menamai alat musik ini “Yai kok hian” dan fungsinya seperti erhu. Dahulu ada alat musik pengiring wayang golek yang menggunakan erhu disebut “diao gui” (吊龜). Nama ini mungkin dikarenakan bunyinya mendekati tenor yang sangat cocok untuk panggung kecil-kecil di kampung.
椰胡 (Ye Hu) yang kotak resonansinya dibuat dari batok kelapa juga dikenal oleh masyarakat Cina Benteng, khususnya di lingkungan penggemar Musik Gambang Kromong, sebutan untuk Alat Musik itu adalah Tee Hian. Belum jelas dari Asal Hanzi apa kata Tee Hian itu. Saya menduga itu adalah 提弦. Kenapa saya menduga hanzi Tee Hian dalam Gambang Kromong Cina Benteng adalah 提弦? Karena dikalangan para senior masyarakat Khek (Hakka) yang berusia 70 – 80-an yg masih gemar musik, mereka menyebut erhu dalam bahasa hakka sebagai Thi Hian, ditanya bagaimana hanzinya mereka menuliskan 提弦. Karena itulah, begitu mendengar nama alat musik Tee Hian di Gambang Kromong langsung saya mengasosiasikan ke 提弦.
Satu keunikan erhu dibanding dengan ‘saudara-saudara’ sekandungnya yg lain, busur (qin gong琴弓) erhu diapit di tengah dua senar yang digesek, tidak seperti rebab atau biola yang busurnya lepas bebas. Sekilas tentang bagian-bagian erhu selain busur penggesek tersebut di atas adalah qín tong (琴筒) yaitu kotak resonansi yang di daerah utara berbentuk segi 6 dan di daerah selatan bersegi 8. Qin pi/She pi (琴皮/蛇皮) yaitu kulit ular biasanya dari ular phyton yang memberikan karakter suara khas, qin gan (琴杆) leher erhu, qin tou (琴头) kepala erhu ada juga yang dihias ukiran bentuk kepala naga. Lalu bagian senar dalam disebut nei xian (内弦) biasanya diset nada d dan senar luar wai xian (外弦) yang diatur di nada a.
Sedikit informasi tentang Erquan yingyue (二泉映月), itu adalah lagu yang biasa dimainkan oleh Si buta A Bing (瞎子阿炳) setiap hari pulang dari mengamen. Dengan dibimbing istrinya dari depan, sepanjang jalan pulang ke rumah A Bing selalu memainkan lagu tersebut, hingga tetangga sekitar pun menjadi hafal dengan lagu itu. Awalnya A Bing sendiri menamakan lagunya itu Zilai qiang (自来腔), saking sendunya gesekan A Bing, para tetangga memberi judul Yixinqu ( 依心曲). Sedangkan judul Erquan yingyue (二泉映月) baru kemudian diresmikan oleh Lembaga Kebudayaan Negara setelah lagu itu masuk dapur rekaman. Dirijen Jepang Seiji Ozawa pernah berkata bahwa sepantasnya lagu itu didengar/dihayati sambil berlutut/bersujud.
Nama asli Si buta A Bing adalah 华彦均 (Hua Yanjun -1893-1950), lahir di Wuxi, Propinsi Jiangsu, ayahnya seorang pendeta Taoist, sedari kecil ia telah mendapat pelatihan musik yang keras dari ayahnya. Pada usia 20 tahunan ia menderita penyakit mata, dan ayahnya meninggal tak lama kemudian, kehidupannya terus memburuk sejak itu, dan pada usia 30-an ia telah kehilangan penglihatannya. Kondisi seperti itulah yang melahirkan lagu Erquan yingyue yang berarti “Pantulan Bulan di Erquan”. Dalam buku Origin of Chinese Music, disebutkan bahwa Erquan adalah mata air di Gunung Hui, Wuxi, yaitu tempat yg sering dikunjungi oleh A Bing. Ada yang menganggap erquan二泉 punya dua arti. Telaga Erquan, juga Erquan dalam artian “yan” 眼 atau mata.
Contoh musik “Erquan yingyue”
{youtube}cZT1l5jf7vs{/youtube}
Beberapa pemain senior erhu (termasuk alm. Liu Tianhua刘天华 yang meletakkan dasar permainan erhu modern dan memasukkan erhu dalam kurikulum pendidikan musik profesional) tidak setuju dengan judul itu. Argumen mereka adalah bahwa judul Erquan yingyue二泉映月 mengesankan lagu itu bertemakan pemandangan alam, seakan memuji/memuliakan keindahan alam permai, padahal lagu itu sejak awal diciptakan dan dimainkan A Bing sebagai ratapan akan nasib dirinya yg merana.
Itulah salah satu keunggulan erhu yaitu sanggup menyampaikan kisah sedih yang menyayat hati seperti musik “Jiang he shui (江河水, Aliran Sungai)”. Kisahnya menceritakan sang isteri mendapat kabar buruk bahwa suaminya, yang sedang menjalani kerja paksa oleh penguasa bobrok, telah meninggal dunia di daerah jauh. Tidak bisa bertemu lagi selamanya…….
Jiang he shui dipersembahkan oleh specialist erhu Min Huifen, diiringi pemain guzheng.
{youtube}RD6hq_hVDLM{/youtube}
_
http://www.youtube.com/watch?v=RD6hq_hVDLM
By : Joe Petersen, Erik Eresen, Zheng Xuanyuan & Chendra Ling Ling.
https://www.facebook.com/groups/budaya.tionghoa/permalink/10151429880352436/
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa
Photo Credit :
1. archuletavenue.files.wordpress.com