Budaya-Tionghoa.Net | Kaisar yang satu ini berkaitan erat dengan beberapa peristiwa penting seperti Perang Candu , wabah penyakit dan bencana alam . Pandangan umum mengenai dirinya adalah seorang kaisar yang tidak kompeten dan lemah. Masa pemerintahannya mengawali abad penghinaan Tiongkok dari semula negara raksasa yang berpengaruh menjadi “si sakit dari timur”. Tapi benarkah pandangan itu ?
|
Kaisar itu ialah Aisin Gioro Mianning dilahirkan pada tahun 1782 dan merupakan putera kedua dari Aisin Gioro Yongyan (1760-1820) atau lebih dikenal sebagai kaisar Qing Renzong (Jiaqing , 1796-1820) dan ibunya merupakan anggota klan Hitara yang akan menjadi Empress Xiaoshurui. Kakek Mianning adalah salah satu kaisar terkenal dalam sejarah Tiongkok yaitu Aisin Gioro Hongli (1711-1799) atau lebih dikenal dengan sebutan kaisar Qing Gaozong (Qianlong , 1735-1796)[1]
Kakeknya , Hongli merupakan batas masa keemasan Qing dengan rekor perluasan wilayah Tiongkok dimasanya tetapi juga diwarnai korupsi yang dilakukan oleh Niuhuru Heshen (1750-1799)[2] yang membebani keuangan negara . Semasa menjadi pangeran , Mianning pernah menghadapi serangan sekte Bailianjiao yang meluas di Tiongkok dari tahun 1796 sampai dengan tahun 1804. (Dillon , p71). Mianning menjadi kaisar menggantikan kaisar Qing Renzong dan menjadi kaisar Qing Xuanzong (Daoguang, 1820-1850) pada usia 38 tahun.
Masa pemerintahan Daoguang sebagaimana masa pemerintahan Jiaqing menjadi masa awal menyurutnya kekuatan dinasti Qing. Ditandai dengan masuknya candu ke Tiongkok yang merupakan salah satu faktor yang memiskinkan negara dan juga melemahkan moral rakyat Tiongkok. Kaisar Qing Xuanzong sempat melakukan penghematan negara tetapi kekurangan otoritas untuk mengambil langkah-langkah radikal untuk merubah keadaan.
[Lukisan Ilustrasi :Thomas Allom; G. N. Wright (1843). China, in a Series of Views, Displaying the Scenery, Architecture, and Social Habits of That Ancient Empire. Volume 3. p. 67., Public Domain]
PERMASALAHAN
Perang Candu (1839-1842) merupakan pukulan berat bagi pemerintahan Daoguang. Kekalahan Tiongkok ini bukan saja membuat Inggris mempunyai pijakan yang kuat untuk mencengkram Tiongkok , tetapi juga beban biaya perang yang berat dan membuat candu lebih leluasa membanjiri Tiongkok daripada sebelumnya .
Perang Candu dimulai ketika pedagang Inggris mengabaikan larangan pemerintahan Daoguang terhadap perdagangan opium. Kaisar Qing Xuanzong kemudian menunjuk Komisaris Lin Zexu (1785-1850) untuk menangani permasalahan candu. Lin sempat menulis surat protes kepada Ratu Victoria Inggris dengan gaya bahasa diplomatic yang halus tapi tajam .[3] Pada tahun 1839 , komisaris Lin menyita candu di Guangzhou dan Inggris menjawab dengan mengirimkan kapal perang. Inggris dengan kuantitas pasukan yang minim dibandingkan Tiongkok tapi punya keunggulan teknologi akhirnya memenangkan perang. Perjanjian Nanking mengakhiri Perang Candu dan Tiongkok kehilangan Hong Kong dan terpaksa membuka sejumlah pelabuhan . Tiongkok juga sepakat dengan prinsip ekstrateritorialitas dimana orang-orang Barat secara eksklusif tunduk pada yurisdiksi negara mereka sendiri.
[Lukisan Ilustrasi :John Part , John Burnet , “The Signing and sealing of the Treaty of Nanking” , 20 April 1846 , http://dl.lib.brown.edu/catalog/catalog.php?verb=render&id=1249001214271904, Public Domain]
Perang Candu antara Tiongkok dengan Inggris adalah konfrontasi utama antara Tiongkok dan Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini bukan saja mengakhiri praktek isolasi Tiongkok dengan peradaban lain tetapi memulai abad penghinaan di Tiongkok , dan mulai melemahnya Dinasti Qing.
Pemerintahan Daoguang juga menghadapi permasalahan tanggul di Sungai Kuning[4] dan pengerukan di Grand Canal yang menghambat jalur transportasi hasil pertanian. Selain itu di tahun 1821 pemerintahan Daoguang juga menghadapi epidemic kolera di Zhili yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Permasalahan sungai ini sebenarnya sudah menggejala sejak pemerintahan ayahnya , yakni masa pemerintahan Jiaqing (1796-1820) . Di masa Jiaqing , Sungai Kuning telah mengamuk 14 kali menjadi symptom dari menyurutnya dinasti . Kondisi ini juga berhubungan dengan pengaruh korupsi Niuhuru Heshen dimasa pemerintahan Qianlong sebelumnya.
Tetapi tidak benar seluruhnya jika masa pemerintahan Daoguang dianggap gagal dalam segalanya. Mengenai permasalahan Sungai Kuning ini justru masa pemerintahan Daoguang merupakan masa pemerintahan yang paling sukses pasca-Yuan dalam menangani dan mengontrol Sungai Kuning. Dua dekade awal masa pemerintahannya hanya terjadi satu banjir serius. Tetapi di tahun 1840 perilaku Sungai Kuning semakin liar seperti rakyat Tiongkok yang keracunan candu. Jane Leonard dalam studinya mengenai kasus pecahnya Bendungan Gaoyuan di tahun 1824 menyimpulkan bahwa kebijakan pemerintah Daoguang adalah rasional dan efektif. Sistem hidrolik yang kolaps lebih dikarenakan faktor geologis dan demografis dan juga masalah fiskal yang diluar batas kontrol yang bisa ditanggung pada saat itu. (Dodgen , p5) .
PENILAIAN
Kaisar Qing Xuanzong juga menjadi kaisar Tiongkok pertama yang mendapat penghinaan dari Barat. Tetapi tidak semua orang Barat setuju dengan aksi Inggris. Karl Marx mencela Inggris sebagai “free trade in poison” . Charles King , seorang pedagang Amerika di Guangzhou , mempublikasi penentangannya terhadap kebijakan Inggris sebelum pecahnya perang Candu. King menyebutnya sebagai pemiskinan dari kekaisaran (Tiongkok) dan mengendurnya moralitas.
Patut diingat bahwa dengan bencana seperti yang terjadi pada wabah kolera di Zhili diawal pemerintahan Daoguang dan juga bencana-bencana lain sesudahnya turut menyebabkan pemerintahan kekurangan dana karena keringanan pajak bagi rakyat yang terkena bencana. Kaisar Qing Xuanzong secara umum bersimpati pada penderitaan rakyat bahkan memproklamirkan bahwa dirinya merasakan penderitaan rakyat tetapi kekurangan dana untuk bantuan . Kaisar bahkan menolak saran untuk memperkerjakan korban banjir sebelum mereka menerima bantuan makanan . Baginya sangat tidak bijaksana untuk meminta rakyat yang kelaparan untuk berkerja (Lilian Li , p65) .
Bertentangan dengan pandangan umum yang menilai pemerintahan Daoguang yang lemah , menurut saya sikap dan kebijakan Kaisar Qing Xuanzong secara umum adalah positif tetapi menghadapi tekanan-tekanan yang diluar batas kemampuan yang bisa ditanggungnya seperti wabah penyakit , masalah sungai , masalah candu dan juga lonjakan populasi Tiongkok yang tinggi . [5] Kebijakan-kebijakan kaisar Qing Xuanzong kurang maksimal karena dia kekurangan orang-orang yang dapat diandalkan dan dipercaya untuk mengeksekusi kebijakannya.
Menjelang akhir hidupnya , Kaisar Qing Xuanzong memanggil pejabat tingginya dan mengumumkan nama pewaris tahtanya , yang sesuai perkiraan adalah Aisin Gioro Yizhu (1831-1861) yang memerintah di Tiongkok sebagai Kaisar Qing Wenzong dengan nama era Xianfeng (1850-1861) . Yizhu sebenarnya anak keempat tetapi tiga putra kaisar yang lebih tua sudah terlebih dahulu meninggal.
Dan ketika Sungai Kuning benar-benar mengamuk masa pemerintahan berikutnya sudah merupakan warisan akumulatif sejak masa pemerintahan Jiaqing dan melampaui beban yang bisa ditanggung oleh raksasa Tiongkok yang sudah lunglai. [6]
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa
REFERENSI
Dillon Michael , (1998) , A Cultural and Historical Dictionary” , Routledge
Dodgen Randall , (2001) , “ Controlling The Dragon” , University of Hawaii Press
Li Lilian , “Fighting Famine In North China” , Stanford University Press
Brook & Wakabayashi , (2000) , “Opium Regimes : China , Britain and Japan , 1839-1952) , University of California Press
Phillips & Axelrod , (2006) , “Encyclopedia of Historical Treaties and Alliances”
[1] Masa pemerintahan Qianlong berakhir sebelum akhir hidupnya karena mengabdikasikan diri sebagai kaisar lebih awal.
[2] Niuhuru Heshen adalah pejabat kesayangan kaisar Qing Gaozong (Qianlong) dan menyalah gunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri. Kekuasaannya menjadi sedemikian besar selain kaisar. Kaisar berikutnya , Qing Renzong (Jiaqing) menghabisi karirnya dan mengeksekusinya. Heshen dianggap sebagai salah satu pejabat terkaya dalam sejarah Tiongkok sebagaimana kasim Liu Jin dimasa dinasti Ming.
[3] http://web.budaya-tionghoa.net/the-history-of-china/the-history-of-qing-dynasty/2360-surat-cinta-lin-zexu-pada-ratu-victoria-yang-bertepuk-sebelah-tangan
[4] Sungai Kuning berperan vital bagi tumbuhnya peradaban Tiongkok yang kompleks dan berkesinambungan karena memberi penghidupan bagi banyak rakyat tetapi juga sekaligus menebar maut disaat tertentu. Baca : http://web.budaya-tionghoa.net/home/982-huang-he-dari-rahim-peradaban-ke-permasalahan-roda-pembangunan
[5] Di masa Dinasti Qing terjadi perubahan dramatis bagi populasi Tiongkok. Di tahun 1741 , pada masa Dinasti Qing , populasi bangsa Tiongkok berlipat dua menjadi 143.5 juta jiwa. Antara tahun 1749-1811 , populasi berlipat ganda kembali dari 177 juta menjadi 356 juta jiwa. Di tahun 1851 , populasi Tiongkok sejumlah 431 juta jiwa dan kembali merosot drastis karena konflik Taiping yang merenggut korban 30 juta jiwa . http://web.budaya-tionghoa.net/home/1540-sejarah-demografi-tiongkok-dan-populasi-dunia
[6] Untuk lebih jelasnya lihat buku Randall Dodgen mengenai kiprah para insinyur Confucian dalam menangani masalah banjir di masa akhir Qing.