Budaya-Tionghoa.Net | Kung Fu adalah salah satu bela diri yang sudah ada sejak lama, dan sampai sekarang masih diakui kehebatannya yg berasal dari daratan China.
|
Bagai sebuah tradisi, praktik olah tubuh ini diturunkan dari sang guru ke muridnya, dari generasi ke generasi.
Ada banyak sekali gaya dan alirannya, tergantung pada daerah dan periode ketika sebuah aliran dikembangkan. Gerakan-gerakannya diciptakan untuk memaksimalkan potensi manusia dalam mempertahankan diri, dan seringkali terinspirasi dari gerakan atau gaya pertarungan binatang. Dan disini, Wing Chun adalah salah satunya.
Wing Chun, atau di dalam film Ip Man disebut juga Yong Chun, bahkan ada sebagian orang menyebut Ving Tsun, adalah salah satu aliran Kung Fu dari daerah China Selatan yang tak hanya membawa manfaat dalam menjaga bentuk dan stamina badan.
Namun di luar itu, Wing Chun juga mengajarkan sebuah filosofi yang membawa pencerahan dan kesadaran akan kesejajaran, tentang tidak memandang rendah orang lain, bersikap sabar, mengontrol diri sendiri, dan menciptakan keseimbangan batin.
Wing Chun secara harfiah berarti “nyanyian musim semi” atau “musim semi abadi”. Seni bela diri ini diciptakan oleh kepala biarawati Ng Mui di kuil Gunung Daliang. Suatu hari dia melihat pertarungan antara ular dan burung bangau, kemudian Ng Mui mengambil pelajaran dari pertarungan antara kedua hewan itu dan mengkombinasikannya dengan kungfu Shaolin untuk menciptakan kungfu dengan gaya baru.
Ng Mui mengajarkan ilmu pertamanya pada Yim Wingchun, putri seorang tukang tahu yang karena kecantikannya akhirnya dipaksa menikah oleh Jenderal militer setempat. Sistem pertahanan diri ini bekerja baik untuk Yim Wingchun, dan dia pun mulai menurunkannya pada mereka yang berminat untuk mempelajarinya. Pemakaian nama Wing Chun dimulai dari sini.
Sistem pertahanannya lebih mengutamakan refleks (rileks) untuk menghasilkan kecepatan, bersifat sistematis (body mechanic) dan efisien (economic of motion). Seni bela diri ini paling tepat digunakan dalam pertarungan jarak dekat, dengan gerakan yang meliputi tendangan, menangkis, serangan beruntun, tinju, menjebak, dan mengontrol teknik. Gerakannya halus dan tidak menggunakan power karena awalnya ilmu beladiri ini diperuntukkan bagi perempuan. Akan tetapi jika seorang perempuan bisa mengapa pria tidak bisa….
Seperti yg disebutkan diatas, Wing Chun pada dasarnya tidak mengunakan Power, tapi rileks untuk menciptakan kecepatan. Tenaga yg dihasilkan berasal dari gerakan berdasar postur, struktur dan tenaga bumi. Dalam melatihnya diperlukan ketekunan dan kesadaran, Wing Chun perlu dilatih secara bertahap, dimulai dari presisi untuk menghasilkan stabilitas dalam memukul dan menangkis, jika sudah stabil tentunya kita bisa leluasa bergerak secepat yang kita mau. Sesuai dengan prinsip fisika massa (presisi+stabilitas) ditambah kecepatan akan menghasilkan kekuatan (power).
Tahapan pembelajaran di dalam Wing Chun hanya terdiri dari 6 bentuk, antara lain :
1. Sil Lim Tao (The Little Idea Form), rangkaian gerakan penuh kesederhanaan
2. Chum Kiu (Seeking Bridge), mencari penghubung
3. Biu Jee (Dart Finger), Jari Laksana Panah Melempar
4. Mok Yan Jong (Wodden Dummy)
5. Luk Dim Bun Gwan (Tongkat 6 setengah jurus)
6. Bat Jam Dao (Sepasang Golok Kupu2)
Mudah bukan??
Bisa dibilang mudah tapi juga bisa dibilang sulit. Kuncinya hanyalah niat dan kemauan yang keras dan selalu berlatih. “Bisa karena terbiasa” itu resepnya….seperti yg selalu diutarakan oleh Alm. Shifu Riedho Hiedayata, guru Wing Chun pertama saya.
Sampai saat ini, Wing Chun memiliki banyak cabang karena biasanya masing – masing guru mempunyai beberapa murid yang akhirnya menyebar ke penjuru dunia. Namun dari semua cabang Wing Chun yang ada, cabang Ip Man lah yang paling terkenal dan berkembang pesat sampai mancanegara. Film Ip Man yang dibintangi oleh Donie Yen adalah kisah hidup sang tokoh Wing Chun legendaris ini.
Jika dari tulisan ini ada kekurangan, mohon dimaklumi karena saya juga masih belajar.
Terima kasih.
Salam Perguruan Wing Chun Harmony,
Glen Wong , 10151116420992436
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa