Budaya-Tionghoa.Net |Berbincang-bincang dengan tamu asing, Kalau kita berbicara dengan suatu bahasa, sedang di depan kita ada orang yang tidak mengerti ikut mendengarkan, maka itu dianggap kurang baik. Ini sudah lazim dalam tatakrama internasional, tentu dalam tatakrama nasionalpun jangan bertentangan dengan tatakrama internasional.
Dalam hal demikian kita harus segera merubah dengan bahasa yang dimengerti oleh semua pendengar.
Kalau salah satu yang diajak bicara tak mengerti bahasa yang dimengerti oleh yang lain, misalnya ada orang asing yang tak mengerti bahasa Indonesia, lalu kita ngobrol bahasa Indonesia, itu juga kurang baik, kalau bisa kita menggantinya dalam bahasa yang dimengerti dia, jadi kita berbicara bahasa Inggeris.
Kalau diantara kita ada yang tak mengerti bahasa Inggeris, terpaksa kalau kita berbahasa Inggeris, dan orang asing itu juga berbahasa Inggeris, isi pokok pembicaraan harus diterjemahkan secara ringkas kepada yang tak mampu bicara bahasa Inggeris.
Lalu kalau kita berbicara bahasa Indonesia kepada yang tak dapat berbicara bahasa Inggeris itu, juga harus
diterjemahkan inti pokok pembicaraan kepada orang asing itu.
Bicara dengan teman sendiri boleh berbicara dengan bahasa apa saja, bahkan seperti pernah saya beri
contoh berbahasa ibu ybs. akan lebih mendekatkan kita dengan lawan bicara, misalnya waktu itu saya memberi contoh bahasa Sunda.
Saya selalu berbahasa Sunda halus dengan orang Sunda. Kalau di sana ada orang lain yang tak ada hubungannya dengan kita, misalnya di restoran, disamping meja kita ada orang lain yang tak mengerti bahasa kita, itu tak menjadi halangan, kita bicara bukan kepada dia. Tapi agar tidak mengira kita sedang membicarakan dia, sebaiknya jangan bicara keras-keras dan jangan sambil memandang atau menengok orang tsb.
Lain dalam forum resmi. Misalnya dalam seminar bahasa Inggeris, pembicara berbicara bahasa Inggeris, tidak perduli yang mendengar mengerti atau tidak.Kalau ada yang tidak mengerti, salah dia, mengapa ia datang kalau ia sudah tahu forum itu menggunakan bahasa Inggeris. Atau boleh ia datang membawa penerjemah.
Semua bahasa, baik bahasa Nasional ataupun bahasa daerah atau dialek, mempunyai hak hidup yang harus kita hormati. Bahasa Inggeris saja yang kelihatannya homogen, saya sering bengong kalau bertemu orang dari Amerika Serikat bagian selatan, sering tak tahu apa yang dia katakan.
Jadi anda boleh saja berbicara dialek Hokkian, kalau di situ semua mengerti Hokkian. Tapi di tempat umum seperti saya katakan di atas, jangan bicara keras-keras apalagi sambil menoleh orang yang tak mengerti, apalagi sambil tertawa.
Dialek, bahasa daerah perlu di lestarikan, karena membawa budaya yang sangat berharga bagi bangsa ybs, kadang-kadang bagi dunia internasional.
Di Tiongkok, bahasa yang sudah musnah, bahasa Mancu misalnya, dipelajari lagi oleh para ahli, satu dua orang tua yang masih bisa bicara bahasa Mancu, direkam pembicaraannya demi melestarikan jangan sampai bahasa itu musnah.
Bangsa / suku yang punya bahasa tapi tak punya tulisan, atau tulisannya tak sempurna, dibantu pemerintah untuk diperbaiki, yang tak punya huruf dibuatkan huruf baru, agar bahasanya bisa dituliskan.
Untuk mempercepat mereka mempelajarinya, biasanya dibuatkan dengan ejaan Latin. Salah satu contoh, adalah daerah yang belum lama saya kunjungi, Wilayah Otonomi (setingkat propinsi) Bangsa Zhuang Guangxi.
Kalau anda ke sana,bisa melihat, nama jalan sering ditulis dalam dua huruf, huruf Tionghoa dan huruf Zhuang (huruf Latin), misalnya naih, adalah nenek dari ayah. Lihat sebetulnya masih ada kaitan dengan Mandarin, dalam Mandarin nenek dari ayah adalah nainai.
Photo Credit : Hhaithait , Buku Zhuang dengan Latinisasi
Mereka (Tiongkok) oleh sebagian dari kita sering disebut negara diktator, sedang kita negara demokrasi. Di sana bahasa lisan dan tulisan minoritas punya hak hidup, apa lagi di kita yang demokrasi.
Bahkan bukan Mandarin saja punya hak hidup, dialek Hokkian, Tiociu dan Hakka dll yang lebih sedikit penggunanya punya hak hidup yang sama.
Karena semua suku bersama bahasa,tulisannya serta budayanya punya hak untuk hidup. Bukankah ini yang dimaksud dengan Bhinneka Tunggal Ika? 33704
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua