Budaya-Tionghoa.Net | Pemberian nama dalam tradisi Tionghoa memang tidak serampangan . Ada aturan tertentu tetapi tidak mutlak . Kasus kali ini seorang member bermarga Khoe atau Qiu yang bertanya bahwa jika namanya adalah Khoe Kok Hin apakah boleh sama “Hin” dengan nama salah satu pamannya (dari pihak ibu) yang bernama Lie Tjin Hin?
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan membuat nama sendiri dikarekankan orang tua yang bersangkutan tidak memberikan nama Tionghoa untuk anaknya karena suatu alasan . Terlebih lagi apabila anggota senior dalam keluarga besar juga tidak memiliki nama generasi.
Jika dalam keluarga terjadi situasi seperti tidak ada salahnya membuat nama sendiri. Terlebih lagi jika ada yang setingkat paman dengan bunyi yang sama karena huruf Tionghoa memiliki banyak homonym. Yang lebih memusingkan lagi terkadang penggunaan bahasa yang berbeda seperti dialek Putonghua dan dialek daerah (Hakka , Hokkian dan seterusnya).
Sedangkan nama generasi itu tidak selalu berada di tengah seperti “Kok” dari Khoe Kok Hin. Saya sendiri nama generasi berada dibelakang . Memang ada pendapat yang menganjurkan tidak menggunakan huruf yang sama dengan kerabat dekat tetapi inipun bukan rumusan mutlak , terlebih lagi dalam kasus ini adalah persamaan nama antara ponakan dengan paman dari pihak ibu yang jelas berbeda marga.
Sebaiknya jangan terlalu pusing dengan aturan yang rumit jika hendak memilih nama . Yang terpenting punya arti dan makna yang baik , bunyinya tidak janggal . Jangan sampai orang Tionghoa tidak bisa memilih nama Tionghoa untuk diri sendiri maupun keturunannya kelak.
Sne atau marga Khu atau ejaan lama Khoe yang umum adalah adalah 邱 dan 丘. Bahasa Mandarinnya adalah Qiu dan sebenarnya sne ini sama yang awalnya adalah sne 丘. Kemudian pada masa dinasti Qing sne ini dirubah menjadi 邱 karena huruf 丘 adalah nama Khonghucu, dan tidak boleh dipakai sebagai sne. Kemudian orang-orang (terutamaHakka) yang bersne 邱 kembali lagi menganti sne nya menjadi 丘.
Mengenai nama generasi bukanlah mitos jadi harap bedakan mitos simbolis dengan fungsi nama generasi sebagai penunjuk tingkatan dalam keluarga. Dengan mengetahui nama generasi , maka orang yang bertemu dengan rekan semarga (dengan asal usul yang sama) akan mengetahui tingkatan dan tahu harus memanggil apa.
Misal generasi pertama , generasi kakek bernama :
a. Oei Yu Tjiang, adik-adik laki laki;
b Oei Yu Kie
c. Oei Yu Kiong
d. Oei Yu King
Generasi 2 (Ayah) :
e. Oei Gwat Bo
f. Oei Gwat Lun
g. Oei Gwat Sing
Generasi 3 (anak laki-laki)
h. Oei Hing Tjwan
i. Oei Hing Hwat
dst.
Dari nama tengahnya kita dapat mengetahui dari generasi level mana dia terletak. Apakah tingkatan ayah maupun kakek dan ini untuk mempermudah menelusuri nama panggilan kekerabatan yang khas . (Lihat tulisan panggilan kekerabatan ala Hokkian dan Hakka) . Misal saja Oei Yu King sebagai adik kakek yang termuda, ternyata umurnya hampir sebaya dengan Oei Gwat Bo. Dengan adanya nama penanda di tengah, saudara-saudara Oei Gwat Bo tetap harus memanggil Oei Yu King dengan sebutan paman karena setingkat dengan orang tuanya.
Dikarenakan ketidak pahaman generasi muda Tionghoa saat ini, nama urutan tersebut banyak yang sudah lenyap. Mitos taboo menggunakan nama yang sama menurut hemat saya dikarenakan alasan dianggap tidak menghormati generasi atasnya saja, dan lebih ke masalah etika, bukan tahayul maupun ketakutan-ketakutan yang disebutkan.