Sumber : http://z.abang.com
1. Atap Rumah 屋顶 (wuding)
Budaya-Tionghoa.Net | Atap bangunan atau rumah merupakan salah satu unsur atau komponen penting yang membentuk arsitektur tradisional Tiongkok. Dari jaman dahulu hingga sekarang bentuk atap adalah bagian yang menonjol atau mencolok, namun dikarenakan berasal dari periode yang berbeda-beda, maka menghasilkan bentuk yang tidak sama. Apabila dilihat dari luar secara keseluruhan, atap rumah bangunan tradisional Tiongkok merupakan bagian yang paling memiliki ciri khas tersendiri.
Bentuk atap dalam arsitektur tradisional Tiongkok memainkan peranan yang sangat penting terhadap fasade bangunan.
Bentuk atap terbagi menjadi 6 bentuk dasar, antara lain; yingshan-ding 硬山顶 (pelana), xuanshan-ding 悬山顶 (pelana bergantung), xieshan-ding 歇山顶, wudian-ding 庑殿顶 (limasan), cuanjian-ding 攒尖顶 (meruncing cone / piramidal), dan juanpeng-ding 卷棚顶 (atap bergulung).
Bentuk atap tersebut juga dipergunakan untuk menunjukkan kelas atau tingkatan dalam strata sosial penghuninya. Strata sosial kelas bawah diperbolehkan hanya mengunakan atap model “yingshan” 硬山顶 dan “xuanshan” 悬山顶, sedangkan kelas sosial atas mengunakan atap “wudian” 庑殿顶 dan “xieshan” 歇山顶.
Selain itu ada model atap rumah seperti “shanxing” 扇形顶 (atap bentuk kipas),”kuiding” 盔顶 (atap bentuk helm atau topi baja), “luding” 盝顶 atau atap yang di tengah-tengahnya berlubang, “goulianda-ding” 勾连搭顶, “pingding” 平顶 atap datar, “qionglong-ding” 穹窿顶 atau atap kubah, “shizi-ding” 十字顶 atap salib dll.
Pengembangan dari 6 bentuk dasar tersebut di atas dapat menjadi beragam model. Contoh untuk atap model wudian, xieshan, cuanjian dibedakan lagi model cucuran atap tunggal dan ganda. Atap cuanjian (meruncing ujungnya/ piramidal) dibagi lagi menjadi bentuk bundar, persegi, segi empat, segi enam, dan segi delapan.
Singkat kata, model atap pada bangunan tradisional tiongkok begitu banyak ragam, dan tentu saja memiliki bermacam-macam model ornamen juga. Adanya hirarki sosial terlihat pada atap bangunan tradisional Tiongkok, begitu pula dengan ornamen-ornamen yang dipasang di atas atap pada bangunan tradisional Tiongkok, semuanya digunakan untuk membedakan status sosial.
Dibawah adalah ulasan tentang model-model atap pada arsitektur tradisional tiongkok:
a. Model atap “ Yingshan-ding” 硬山顶 atau model atap pelana
sumber : http://jjsx.china.com.cn/c10/1210/16482770187.htm
Arti harafiahnya yaitu atap berpunggung keras, yaitu bentuk atap yang menyerupai atap pelana, dengan dinding penahan beban di kedua sisinya. Model atap yingshan terdiri yang sebuah 正脊 (zhengji)[1] atau bubungan / nok dan empat buah 垂脊 (chuiji)[2].
Bentuk ciri khas pada model atap ini adalah lebih simpel, sederhana, depan belakang berbentuk miring, dimana puncak / atas bagian gunungan tembok (山墙墙头) sama rata dengan tembok, tidak ada bagian yang menonjol keluar, bagian permukaan gunungan polos tidak ada perubahan.
Mengenai model atap pelana ini tidak tercatat dalam buku “yingzao fashi 营造法式” yang ditulis pada jaman dinasti Song, dan juga sekarang masih belum ditemukan model atap demikian pada bangunan-bangunan peninggalan jaman Song. Barangkali di jaman Song, model atap pelana ini tidak ada. Untuk jaman selanjutnya yaitu jaman Ming dan Qing, model atap Yingshan ini sudah sangat umum digunakan, baik pada arsitektur Tiongkok utara maupun selatan.
Seperti yang telah disebutkan di atas, model atap yingshan adalah diperuntukan bagi strata sosial kelas bawah, sehingga tidak ada ditemukan di kompleks bangunan istana dan kuil-kuil besar (Menurut ketentuan jaman dinasti Qing, pejabat dengan pangkat tingkat 6 (pangkat tertinggi adalah tingkat 1) sampai dengan warga sipil hanya boleh menggunakan bentuk atap model yingshan dan xuanshan-ding). Pengunaan genteng untuk atap ini juga memakai genteng hitam (青瓦) yang berjenis “banwa 板瓦” genteng lempengan yang diperuntukkan khusus untuk bangunan rakyat jelata, dan tidak bisa mengunakan “tongwa 筒瓦” genteng tabung dan genteng “liuliwa 琉璃瓦” genteng berglasir.
Penerapan bentuk atap yingshan di Indonesia bisa dilihat pada atap bangunan kelenteng seperti Tay Kak Sie Semarang, Hiap Tian Kiong (Xie Tian Gong) Bandung, dll.
Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/33/Tay_Kak_Sie_Kelenteng_Gang_Lombok_Semarang.jpg
(BERSAMBUNG)
Catatan kaki:
[1] 正脊zhengji: 正脊 atau disebut juga 大脊 daji、平脊 pingji dalam bahasa Indonesia disebut “bubungan atau nok” adalah dimana posisinya terletak disisi atap yang teratas selalu dalam kedudukan mendatar, biasanya dikedua ujung “zhengji” ini diletakan 吻兽或望兽 atau ornamen berbentuk ikan naga yang posisinya dengan mulut menghadap kedalam mengigit zhengji dan ditengah zhengji atau bubungan atap ini diletakan ornamen berupa 宝瓶 atau kalasha.
[2] 垂脊 chuiji : 垂脊 atau “jurai” adalah bagian tajam pada atap berawal dari garis tiris atap sampai bubungan, merupakan salah satu bagian atap yang mana letaknya adalah di kedua ujung dari bubungan atap (zhengji) terus miring lurus ke bawah depan maupun belakang.
Oleh : Liu Weilin
Lihat : Bagian-Bagian dari Bangunan Tradisional Tionghoa (1)
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa