Budaya-Tionghoa.Net|Jamur lingzhi 靈芝 sering diartikan sebagai tanaman yang berumur panjang dan dianggap abadi, bernama latin Ganoderma lucidum, dan tumbuh pada bagian akar dari pohon-pohon besar.
Sumber gambar : http://en.wikipedia.org/wiki/Lingzhi_mushroom
Dalam bentuk yang dikeringkan, jamur ini tahan lama. Karakteristik inilah yang menyebabkan jamur lingzhi dijadikan simbol umur panjang dan keabadian. Kuil-kuil sering mengkoleksi awetan jamur ini dalam jumlah besar, baik dalam bentuk asli maupun dalam bentuk ukiran-ukiran kayu bersepuh emas.
|
Gambarnya bahkan sering kali muncul dalam lukisan-lukisan Laozi dan para dewa. Jamur ini kerap digambarkan berada dalam mulut kijang pada lukisan-lukisan kuno. Dalam Kamus shuo wen, jamur ini dikategorikan sebagai tumbuhan dewa, dan konon muncul pada saat penguasa yang jujur mulai bertahta. Benihnya dianggap oleh penganut Taois sebagai makanan para orang suci, dan secara umum melambangkan kejernihan dan kebaikan.
Ornamen giok abu-abu berukir kijang suci dan jamur lingzhi, Dinasti Qing.
http://www.cultural-china.com/chinaWH/html/en/Arts2122bye5543.html
Menurut legenda Taois, dipercaya adanya Gunung Tiga Dewa (san xian shan 三仙山) yang terletak di Laut Timur, berseberangan dengan garis pantai Tiongkok. Di tempat tinggal para orang suci inilah, jamur keramat ini tumbuh, dan arak juga mengalir dari sumber air berbatu giok. Siapapun yang makan jamur tersebut dan minum araknya, akan mencapai keabadian. Di masa kemudian, pulau yang berisi para suci ini menjadi tema favorit para seniman dan penyair, yang berlomba-lomba menggambarkan dunia misterius dengan istana-istana yang megah, pemandangan nan romantis, serta penuh dengan tokoh-tokoh mitologi Taois.
Jamur merupakan menu makan merakyat yang digunakan besar-besaran oleh orang Tionghoa di setiap propinsi. Jamur dianggap memiliki khasiat obat. Diantara jenis jamur yang populer di kalangan Tionghoa, terdapat jamur ‘payung setan’ (devil’s umbrellas 鬼蓋) dan jamur ‘payung tanah’ (Earth’s umbrellas) yang dibakar dan sisanya dioleskan ke kulit yang lecet. Jamur ‘kuping tanah’ (earth ear) digunakan sebagai obat. Jamur ‘kuping kayu’ (wood ear) adalah jamur parasit yang menempel di atas pohon, digunakan sebagai makanan, sama dengan jamur ‘kuping batu’ (rocks ear) yang tumbuh diatas bebatuan. Jamur-jamur tertentu dan juga jamur payung, beberapa diantaranya dapat mengakibatkan tertawa tak henti-hentinya, juga dimakan. Jamur ‘bola guntur’ (thunder-balls) yang bernama latin Mylitta lapidescens, merupakan jamur truffle yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan cacing dan mengusir roh jahat.
Di Tiongkok, jamur-jamuran pada dasarnya sengaja ditanam, bukan dipetik dari tumbuhan yang liar. Orang Tionghoa akan menebang sejumlah pohon ek kecil dan membersihkan cabang-cabangnya. Kulit batangnya dibiarkan tetap utuh. Kulit batang pohon ek tersebut kemudian disandarkan ke sebuah batang pohon lain yang panjang secara horisontal, dengan ketinggian sekitar 6 kaki (180 cm). Musim panas tahun berikutnya, jamur kecoklatan akan muncul pada batang pohon mati tersebut, dan sudah dapat dikumpulkan. Selain pada batang, jamur juga muncul pada tunggul pohon ek yang sudah mati.
Penerapan ukiran lingzi pada kepala ranjang
Dok. pribadi
Sumber:
- Williams: Encyclopedia of Chinese Symbolism and Art Motives, p. 325
Catatan Admin :
Jamur Lingzhi sering muncul dalam kisah-kisah mitologi Tiongkok, salah satunya dalam kisah legenda Ular Putih, yaitu saat Bai Suzhen ingin mengobati suaminya yang shock karena melihat wujud aslinya. Ia naik ke Gunung Kunlun untuk mencuri Lingzhi milik Nanji Xianweng atau Dewa Panjang Usia, lihat : http://web.budaya-tionghoa.net/budaya-tionghoa/mythology-of-china/2118-duan-wu-jie-a-legenda-ular-putih
Budaya-Tionghoa.Net | Facebook Group Budaya Tionghoa |