Sumber foto : http://www.nipic.com/show/1/76/1ec204c911d6613a.html
Budaya-Tionghoa.Net|Katak dan kodok adalah binatang yang banyak dijumpai di Tiongkok, terutama di daerah persawahan yang banyak air, pada saat musim berkembang biak mereka yaitu awal musim panas. Sepertinya orang Tiongkok tidak membedakan secara spesifik mengenai arti kata katak dan kodok, tidak seperti dalam bahasa Inggris katak disebut frog dan kodok (yang penampilannya kulitnya lebih buruk dan kasar) disebut toad.
Katak atau kodok disebut chan-chu 蟾蜍 atau lai-ha-ma 癞蛤蟆. Telur katak dipercaya jatuh dari langit turun bersama embun, karena itu katak disebut tian-ji 天鸡 atau “ayam dari langit”, beberapa menerjemahkannya menjadi ayam surgawi. Tidak cuma di Tiongkok, di berbagai negara terutama masyarakat agraris, katak dan kodok memerankan simbol penting dalam budaya. Mulai dari dongeng “Pangeran Katak” yang mengambarkan “rupa yang buruk” dan tingkah laku yang kikuk yang umum di budaya populer masyarakat barat. Hingga di Medieval Eropa yang mengartikan katak sebagai lambang kejahatan dan diasosiasikan sebagai binatang peliharaan penyihir yang mengingatkan penulis pada teman Harry Potter yang bernama Neville Longbottom yang memelihara kodok buduk. Masyarakat Eropa abad pertengahan percaya, persendian katak yang kecil itu dapat diramu menjadi ramuan cinta atau “love spell”.
Di Tiongkok kuno, katak dikaitkan dengan umur panjang, yang bisa mencapai 30 – 40 tahun, bahkan konon, ada katak yang bisa hidup beberapa ribu tahun bahkan 10.000 tahun . Pada katak berumur 10.000 tahun ini akan muncul gumpalan di kepala menyerupai tanduk yang konon, gumpalan itu menjadi salah satu dari 5 eliksir keabadian[1].
Selain itu katak atau kodok di Tiongkok yang merupakan masyarakat agraris, kehadirannya terkait dengan hujan atau dipercaya mampu mengundang hujan. Hal ini dikaitkan dengan yin dan bulan, seperti gagak yang menjadi simbol matahari. Katak di bulan ini berhubungan dengan legenda Dewi Bulan Chang’e 嫦娥 istri dari pemanah Houyi 后羿 (circa 2500 BC) yang mendapatkan obat keabadian dari Xiwangmu 西王母. Chang’e mencuri dan meminum obat tersebut, sehingga tubuhnya menjadi ringan dan melayang ke bulan. Ada versi kisah yang mengatakan ia dihukum dengan berubah menjadi katak yang menumbuk obat di bulan, yang mana bayangannya terpantul dipermukaan bulan yang tampak dari bumi.
Dalam masyarakat Tanka yaitu suku minoritas di Tiongkok Selatan yang hidup di atas perahu, ada upacara menarik yang diadakan pada waktu mid-autumn / zhong-qiu yaitu tanggal 15 bulan 8 penanggalan imlek. Pada saat itu untuk menghormati pengantin baru, pohon kayu manis diletakkan di depan pintu pengantin wanita dengan seekor kodok dan kelinci di bawahnya. Tirai ranjang diturunkan, lilin dinyalakan di sampingnya, dan ruangan ini disebut “istana kodok” . Kemudian seorang wanita tua berperan sebagai Xiwangmu, naik ke panggung yang mengarah ke depan perahu, di depannya ada makanan simbol keberuntungan seperti; kacang tanah, biji labu, kue kayu manis, the dan arak, dll. Setelah semua keluarga berkumpul, pasangan pengantin muncul mengenakan baju pengantin mereka, mereka lalu masuk ke kamar pengantin yang disebut “istana bulan” dan berhenti sesaat di pintu masuk yang disebut “gerbang balairung bulan”. Lalu wanita tua itu menggumamkan pesan-pesan bijaksana, dan pergi, sementara itu pasangan pengantin berpelukan dan dibawa ke “istana kodok” .
Perayaan pertengahan musim gugur atau zhong-qiu ini merupakan perayaan bulan yang dirayakan segenap orang Tionghoa, dan tradisi unik yang diceritakan di atas merupakan ritual bulan, karena perkawinan dianggap penuh dengan simbolisme bulan.
Gambar : Liu Hai bersama chanchu, sumber :
http://www.nipic.com/show/3/92/cad938e078c095cc.html
Kisah lain mengenai simbol kodok yang kemudian terkenal menjadi perangkat fengshui terkait dengan rejeki adalah tentang Liu Hai 刘海. Liu Hai adalah seorang menteri dari abad ke 10 M, yang mempunyai kodok berkaki tiga yang dapat membawanya ke manapun ia ingin pergi. Namun kodok itu sering melarikan diri ke sumur terdekat, namun Liu Hai tidak pernah kesulitan memancingnya keluar, dengan cara memancingnya dengan umpan sebaris koin emas direnteng dengan pita. Lukisan Liu Hai dengan satu kaki menginjak kodok dan membawa serenteng coin, dianggap lukisan yang membawa keberuntungan. Dan kodok berkaki tiga (kadang menggigit koin) merupakan simbol penghasil rejeki.
Versi kisah Liu Hai yang lain mengatakan bahwa kodok ini tinggal di dasar kolam yang dalam dan suka menyemburkan racun [2] untuk melukai orang. Dan Liu Hai memancing kodok ini dengan koin emas keluar lalu menghancurkannya. Kisah ini melambangkan bahwa keserakahan manusia akan uang dapat menghancurkan mereka.
Zhang Guolao 张果老, salah satu dari delapan dewa juga kadang digambarkan menunggang katak raksasa. Dan salah satu bentuk font kuno ada yang disebut kedou-zi 蝌蚪字 atau huruf kecebong yang mirip dengan bentuk kecebong yang sedang berenang di air.
Katak atau kodok juga dipercaya memiliki nilai medis yang tinggi, jika ada seseorang yang kena bisul, untuk menyembuhkannya disuru memakan katak. Racun kodok yang dikeringkan dipercaya mampu menyembuhkan panas dalam, meredakan sakit, mengempiskan bengkak, serta menghindari kanker. Konon kulit katak juga bisa mengobati berbagai kanker, sakit hati kronis dan pencernaan [3]. Terlebih lagi katak berusia 10.000 tahun yang ditangkap lalu dikeringkan saat duanwu (tanggal 5 bulan 5 penanggalan imlek) yang dianggap hari yang berbahaya atau jelek, dianggap memiliki kekuatan gaib. Dengan menggores tanah memakai kaki katak tersebut, akan muncul mata air, dan membawa katak tersebut ke medan perang mampu menghindarkan pembawanya dari serangan senjata tajam, bahkan mampu membuat panah musuh berbalik arah.
Sedangkan bentuk samsi yang sering dimainkan di Indonesia Jawa Tengah terutama, sebenarnya berasal dari bentuk kodok, chansi / chanchu menjadi samsi dalam bahasa Hokkian, yang asal-usulnya merupakan permainan dari masyarakat Tiongkok selatan yang berbeda dengan “say” atau barongsai yang berasal dari tarian singa (shi) di Tiongkok utara. Namun sekarang antara chansi dengan shi (lion dance) tidak dibedakan lagi.[4]
===============================
Catatan kaki:
[1] Origins of Chinese Auspicious Symbols atau Asal-usul Simbol-simbol Keberuntungan dari China, halaman 51.
[2] Kodok adalah salah satu dari lima hewan yang menyimbolkan lima macam racun yaitu; kalajengking, ular, kadal, lipan dan kodok itu sendiri.
[3] Menurut buku Origins of Chinese Auspicious Symbols atau Asal-usul Simbol-simbol Keberuntungan dari China, halaman 52.
Sumber:
C.A.S. Williams, (1999) , “Chinese Symbolism & Art Motifs” , Charles E Tuttle Company, Inc.
Wolfram Eberhard , (1986) ”A Dictionary of Chinese Symbols “, Routledge & Kegan Paul
Lim SK, Fu Chunjiang, (2012), “Origins of Chinese Auspicious Symbols”, PT Elex Media Komputindo
“The Continuum Encyclopedia of Symbols”. Books.google.com. Retrieved 28 Juni 2013.
Oleh : Ling Ling
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa