‘Apeq’ adalah dialek Hokkian, sedang ‘apak’ dialek Hakka. Keduanya sama artinya, yaitu panggilan terhadap abangnya ayah, atau orang lain yang umurnya lebih dua dari ayah.
Dalam dialek Hokkian ada ‘k’ pada akhir kata yang tidak berbunyi, seperti pada kata ‘tidak’ atau ‘rakyat’ dan ada yang berbunyi ‘k’ jelas.
Keduanya bisa memiliki arti yang berbeda, jadi bunyi sendat yang tak berbunyi itu ditulis dengan q untuk membedakan. Di Hokkian sebelah ‘a’ nya biasa menjadi ‘m’, ‘apeq’ menjadi ‘mpeq’, m-nya seperti dalam bahasa Jawa mbok. Biasanya orang sering menulis ‘empe’.
Sedangkan ‘xiaojie’ dulunya digunakan untuk memanggil gadis yang kaya atau terpelajar, jadi pembantu kepada anak gadis majikan memanggil ‘xiaojie’. Zaman Mao kata ‘xiaojie’ itu dianggap menghina yang menyebut.
Sebab, dengan menyebut kata tersebut, pihak yang dipanggil lebih tinggi derajatnya. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip Mao dimana setiap orang harusnya sama derajat.
Setelah reformasi kata ‘xiaojie’ itu popular lagi, bahkan banyak orang tua ingin dipanggil ‘xiaojie’, padahal kata ‘xiao’ berarti kecil.
Sekarang arti itu bergeser lagi, orang memanggil hostess atau pelacur dengan kata ‘xiaojie’. Kata itu digunakan bukan untuk sebuah panggilan melainkan sebutan, jadi misalnya “Jangan dekat dia, dia xiaojie!”. Sejak ada istilah itu, mulai banyak orang tidak mau dipanggil ‘xiaojie’, walaupun saya sendiri masih suka kejeblosan memanggil xiaojie. Lalu apa?
Mulailah istilah ‘guniang’ (nona) populer lagi. Karena memanggil ‘xiaojie’ takut nanti disemprot orang, meskipun keduanya adalah homonim.
Jadi memanggil ‘guniang’ lebih aman dah. Kemudian, muncul lagi istilah lain di Hongkong yang sekarang merambat ke Tiongkok darat bagian selatan, yaitu ‘meinv’ (tolong diperhatikan v dalam Hanyu Pinyin digunakan untuk mengganti u dengan titik dua di atasnya, orang Jerman bilang u umlaut. Karena dalam komputer sering tidak ada ‘u’ umlaut dan kalau ditulis ‘u’ jadi kacau, dipakailah ‘v’). Jadi ‘nv’ adalah 女 yang berarti perempuan. ‘Meinv 美女’ berarti wanita cantik.
Di Hongkong hal ini sudah biasa sedangkan di Tiongkok baru di bagian selatan tapi sudah mulai menjalar ke utara. Saya sendiri tak berani memanggil ‘meinv’. Jika kenalan bertanya mengapa, saya bilang ” Memanggil meinv, serba salah. Kalau betul yang dipanggil cantik, kita jadi kurang ajar, ‘apa-apaan muji saya, kurang ajar, saya tak kenal kamu’. Kalau yang dipanggil tidak cantik, nanti dia merasa diejek! Orang gemuk akan marah kalau disebut si kurus.” Lalu harus bagaimana?
Kalau masih muda panggil saja “guniang” kalau sudah agak tua? Pusing dah. Tunggu perkembangannya. Bisa panggil dia ‘xiaomei’ kalau kecil, atau ‘damei’ kalau sudah besar tapi tetap lebih muda dari yang memanggil. ‘Xiaomei’ artinya adalah ‘adik kecil’, sedang ‘damei’ ‘adik besar’, kalau netral panggil ‘meizi. 妹子’.
Mudah-mudahan jelas.
Salam
L.O.
Oleh : Liang U
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa