Budaya-Tionghoa.Net | Mengenai apakah Rujiao adalah agama atau bukan, mungkin kita perlu mengkaji dari arti kata Jiao yang notabene secara harafiah adalah ajaran. Perbedaan dalam memandang “agama” dengan “ajaran” itu terletak pada konsep Samawi, dimana yang disebut agama adalah mengajarkan kebajikan, mengenal Tuhan, memiliki kitab suci dan berbicara alam kematian.
Sungguh ini adalah pandangan yang menjadi pandangan umum selama ini bahkan di barat maupun timur tengah berpandangan ini selama ribuan tahun. Jika kita mengkaji apa itu kitab suci, tentunya mereka yang beragama itu yang mengklaim kitab itu adalah kitab suci. Pada saat mereka mengklaim bahwa kitabnya adalah suci, sudah selayaknya menghargai pula kitab yang mungkin menurut beberapa orang adalah suci pula.
Tuhan dalam konteks timur [1] tentunya berbeda dengan Tuhan dalam konteks barat [2]. Mengenai alam kematian, selama ini mungkin yang beredar adalah dua yaitu reinkarnasi dan surga neraka.
Dalam pandangan saya selama mengkaji budaya terutama masa lampau, ternyata orang Tionghoa berpandangan berpindah alam dan dapat dikatakan bahwa mereka — pada jaman dahulu — percaya bahwa roh yang meninggal akan ke gunung Dai ( yang disebut gunung Tai ). Tentunya ini merupakan pandangan yang sah-sah saja dan tidak perlu diperdebatkan mana yang benar
Perkembangan dalam sejarah, para scholar Confuciust memimpin upacara kenegaraan [3] kemudian diikuti oleh para pemuka agama lain, misalnya Taoism, Buddhism, Nestorian, Mani dan lain-lain.Sepanjang yang saya tahu, Kong Zi sendiri tidak pernah menyatakan bahwa Ia membangun agama baru tapi meneruskan tradisi yang lama. Karena itu tidak pernah disebut Kong Jiao atau agama Khonghucu tapi agama Ru atau Ru Jiao.
Dalam perkembangan sejarah, Ru Jiao menjadi terkontaminasi serta terlalu enak mengenyam posisi sebagai pemimpin terutama dalam hal ideologi negara. Kemudian datang agresor asing yaitu dari barat, ternyata konsep ke tata negaraan sudah tidak relevan lagi bahkan perubahan yang dilakukan oleh Kang Youwei juga gagal. Berbeda dengan Jepang yang notabene sistem kenegaraannya dipengaruh oleh Confuciusm tapi berhasil mengadaptasi sistem barat dan menerapkan secara baik dan Confuciusm juga masih mendapat tempat dalam sistem kenegaraan Jepang.
Kegagalan Tiongkok dalam mengangkat harkat diri sebagai bangsa membuat juga pengaruh yang luar biasa terutama dalam menilai filosofi Confuciusm (Kita sebut saja Ru Jia ).
Banyak pemikir barat terpengaruh pada pandangan Paul Monroe. Sehingga dalam beberapa hal, ada yang beranggapan gerakan Siwu yang dilakukan oleh mahasiswa adalah menentang Confuciusm, padahal gerakan itu disebabkan oleh perjanjian Versailes yang dianggap tidak adil.
Sifat eksklusif para scholar Confuciust juga menyebabkan paham Kong Zi terutama ritual tidak terlalu mengakar di rakyat dan paham ini diisi oleh Taoism dan Buddhism. Tapi di rakyat jelata sendiri yang sebenarnya berpikiran sederhana akhirnya secara tidak sadar berpegangan kepada 3 aliran filsafat atau agama ini. Misalnya konsep xiao atau bakti, konsep hukum karma juga konsep penghormatan leluhur serta penghormatan pada dewa-dewa.[4]
Kesalahan pandangan terkadang menimpa pada Confuciusm terutama hal- hal yang dianggap tidak baik. Karena itu kadang pada masalah tertentu seperti misalnya anjuranuntuk janda tidak menikah itu ditimpakan kepada Kong Zi, tidak pernah ditimpakan kepada YingZheng. Bahkan sampai kaki yang diikat itu juga ditimpakan kepada filsafat Confuciusm. Yang patut kita pikirkan adalah perayaan hari seperti hari raya Imlek , QingMing ( Ceng Beng), Zhong Qiu, ChongYang dan lain- lain merupakan hari raya orang Tionghoa, bukan milik satu golongan agama seperti ( maaf ) Ru Jiao saja.
Pada hakekatnya, ujar Kong Zi bahwa “Sesama penganut jalan suci harus saling menghargai” merupakan suatu pandangan yang harus kita hargai dan ini merupakan suatu dasar toleransi ( walau dalam perkembangan agama-agama di Tiongkok sering terjadi perdebatan tapi tidak dalam bentuk kekerasan ) yang elegan.
Dan apakah yang disebut jalan suci itu agama ? Bisa kita sebut agama. Sama halnya istilah Sheng Ren ( saya lebih suka menyebut orang suci ) bisa juga kita sebut adalah nabi.
Juga ujar Beliau bahwa “Mempelajari yang lama dan bisa berinovasi atau menemukan hal yang baru adalah guru” juga merupakan suatu ucapan dari Beliau bahwa jangan terpaku mati kepada hal yang lama.
Sebagai bahan renungan bagi kita semua, mohon bedakan antara Jiao yang arti jaman sekarang bisa disebut agama dengan Jia yang bisa diartikan sebagai aliran filsafat. Dengan begitu kita bisa melihat ada Fo Jiao ( agama Buddha ), Fo Jia ( filsafat Buddha ), Dao Jiao ( agama Tao ), Dao Jia ( filsafat Tao ), Ru Jiao ( agama Ru ) dan Ru Jia ( filsafat Kong Zi ). Jadi pada masa lampau walau tidak semua, yang disebut agama sendiri berbaur dengan filsafat.
CATATAN KAKI :
[1] Saya tekankan “Timur” mengacu kepada filsafat India, Tiongkok maupun yang terpengaruh kepada dua hal itu.
[2] Maksudnya adalah agama Samawi.
[3] Upacara besar misalnya setiap awal tahun untuk memohon berkat dari Tian Di/ Langit dan Bumi serta para leluhur.
[4] Dewa yang saya maksud adalah dewa dalam bentuk waktu, ruang dan alam semesta, misalnya dewa Tai Shui, bukan “dewa” seperti Guan Gong.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing List Budaya Tionghoa
Photo Credit
- Confucius Sinarum Philosophus (China’s Philosopher Confucius)
-
Dacheng Hall , Qufu , Shandong , courtesy : Gisling