Budaya-Tionghoa.Net | Terjemahan di bawah ini saya lakukan buat teman-teman di milis Tjersil. Mengingat yang dibicarakan menyangkut masalah budaya Tionghoa, saya merasa relevan juga untuk milis Budaya Tionghoa ini. Istilah Begajul Cilik adalah usulan Zhou-xiong alias Skalaras. Sekali lagi, segala saran dan koreksi akan saya terima dengan senang hati. Salam, Aris.
Begajul Cilik Wei Xiaobao[1].(韦小宝这小家伙) oleh: Jin Yong (金庸)
terjemahan bebas oleh: Aris Tanone.
Sifat manusia itu sangat rumit.
Yang biasa disebut sifat manusia, sifat bangsa, sifat klas, orang baik, orang jahat dsb.-nya adalah suatu gambaran yang sangat umum. Kakak beradik dalam satu keluarga, mewarisi sifat keturunan yang sama, bertumbuh dalam lingkungan yang sama, sejak kecilpun sudah kelihatan ada perbedaan sifat yang menyolok. Ini adalah suatu pengalaman umum.
Dalam pandangan pribadi saya, novel itu mengutamakan penulisan tokoh, penulisan perasaan, sedangkan alur ceritera dan lingkungan hanyalah cara untuk melukiskan tokoh dan perasaan. Perasaan agak memiliki kesamaan dan meliputi suka, duka, marah, gelisah, cinta, benci dan sebagainya. Walaupun intensitas, kedalaman, tingkatan dan perubahan bisa bervariasi, tetapi dari dulu sampai sekarang dan di manapun di dunia ini, garis besarnya tidak terlalu jauh berbeda. Sifat manusia tidak ada yang sama. Ini yang dimaksudkan dengan karakter pribadi.
[Photo : Sebuah cover dari film silat tentang Wei Xiaobao ]
Pasangan-pasangan Romeo dan Juliet, Liang Shanbo (Leang San Pek) dan Zhu Yingtai (Cu Ing Tae), Jia Baoyu (Cia Pao Giok) dan Lin Daiyu[2] (Liem Tai Giok), cintanya mendalam dan berkobar-kobar tetapi perbedaannya tidak besar. Namun perbedaan dalam sikap antara Romeo, Liang Shanbo, Jia Baoyu bertiga dan antara Juliet, Zhu Yingtai, dan Lin Daiyu bertiga rasanya tak bakalan selesai terungkap dalam ribuan kata. Dalam analisa para peneliti drama barat, plot drama dan novel pada dasarnya hanya ada 36 macam.
Dengan kata lain, drama kehidupan manusia akan susah untuk melampaui ke-36 perubahan plot ini. Akan tetapi dari dulu juga sudah ditulis beratusribu macam drama dan novel, dan sejak sekarang pun akan muncul lagi beratusribu pentasan drama, beratusribu penerbitan novel. Manusia tidak pernah bosan gara-gara perulangan plot ini.
Karena tokoh dalam drama dan novel berbeda. Tentu saja, teknik pengungkapan dan metodenya berbeda. Gaya seorang pengarang adalah bagian dari sifat pengarang.
Novel mencerminkan sifat dan imajinasi pengarang.
Ada pengarang yang mengutamakan penulisan pengalaman pribadinya, termasuk pengamatannya terhadap orang lain. Ada yang mengutamakan penulisan imajinasinya, tetapi akhirnya mengandung juga pengalaman baik yang langsung ataupun tak langsung. Cersil sangat bergantung pada imajinasi. Pengalaman hidup, sifat dan emosi, akhirnya bergantung juga kepada pengalaman dan pengamatan.
Di antara penyair dan pemusik terdapat banyak shentong (Sin Tong) alias anak ajaib atau jenius. Mereka mengutamakan penulisan perasaan mereka dan tidak perlu harus mengalami atau mengamati sendiri. Novelist dan pelukis biasanya agak berumur. Tentu saja, karya puisi yang kaya perasaan dan isinya berlimpah seperti hasil karya Qu Yuan[3], Du Fu[4] biar anak jeniusnya berniatpun tak bakalan berhasil.
Karya pertama seorang novelis, biasanya ada kaitan dengan dirinya, atau, yang dia tulis adalah hal-hal yang sangat dia ketahuai dengan baik. Di kemudian hari, pengalaman hidup bertambah rumit, isi novel pun jadi ikut bertamhah rumit.
Novel pertama saya “Shujian Engzhou Lu”(Su Kiam In Siu Lok) menulis tentang legenda yang beredar di kampung waktu masih kecil, yaitu Kaisar Qian Long[5] (Kian Liong) adalah anak orang Han. Sifat seperti Chen Jialuo (Tan Kee Lok) ini banyak terdapat dalam diri para cendekiawan. Hangzhou (Hang Ciu) dan Ninghai adalah kampung halaman saya. “Luding Ji”(Lu Ting Ci) adalah novel terakhir saya sampai saat ini. Kehidupan yang diungkapkan adalah sesuatu yang sama sekali tidak saya ketahui. Rumah bordil, istana kaisar, kerajaan, pulau gersang, dan tokohnya semua asing bagi saya. Bajingan kecil seperti Wei Xiaobao, bahkan separuhnya saja dalam seumur hidup pun belum pernah saya temui. Yangzhou belum pernah saya datangi. Saya pasti telah mengaduk semua hasil pengamatan dan pengamatan sifat berbagai macam manusia dan meluluhkan dalam diri Wei Xiaobao.
Keistimewaan dari sifat dia adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mementingkan “yi qi[6]’.
Aris Tanone , 2454
Tulisan ini terdiri dari tiga bagian dan ini adalah bagian terakhir.
Catatan Kaki :
[1] Tokoh novel Lu Dingji yang terjemahan bahasa Indonesianya berjudul: Si Kasim Tjilik (Marga Jaya, 1972) dan Kaki Tiga Menjangan (Sanjaya, 1993). Terjemahan Inggrisnya:Duke of Mountain Deer (Oxford, 1999). Xiaobao berarti perhiasan kecil. Dalam versi Inggris dipanggil Trinket Wei.
[2] Tokoh dalam novel Honglou Meng((红楼梦) Impian Loteng Merah atau versi Inggrisnya, Dream of the Red Chamber.
[3] Qu Yuan(屈原) 339 – 278SM, penyair dari negeri Zhu di zaman perang. Karena putus asa tidak rela melihat negerinya berantakan setelah difitnah dan dibuang ke daerah Jiangnan, akhirnya dia mengikat batu ke badannya dan bunuh diri di sungai Milo. Perayaan Peh Cun yang dirayakan orang Tionghoa sampai sekarang adalah satu hari peringatan buat mengenang penyair besar ini.
[4] Du Fu (杜甫), 712-770, penyair zaman Tang. Lahir dalam keluarga cendekiawan tapi gagal dalam ujian kerajaan pada tahun 736, lalu mengembara dan berkenalan dengan berbagai sastrawan sezaman. Ada yang memberi gelar Shishen (诗圣) atau dewa penyair.
[5] Qian Long (乾隆) atau Kian Liong dalam Hokkian (1711-1799) adalah kaisar ke 5 dari dinasti Qing suku bangsa Manchu dan kaisar keempat yang bertahta dan menguasai Tiongkok dari tahun 1735-1796.
[6] Jiang yiqi (讲义气) maksudnya mementingkan sifat satria dan kewajiban. Suka membela kebenaran dan membantu orang dalam kesulitan.