Tadi siang menjelang sore, seorang teman mengangkat persoalan mengenai Islam di Zhongguo dalam conference YM. Salah satu yang diklaim sebagai muslim adalah Permaisuri Ma (Ma Xiuying, permaisuri Zhu Yuanzhang). Tentang klaim seperti itu sebelumnya saya pernah dengar, termasuk Huang Feihong dan Hakim Bao yang diisukan muslim. Tapi untuk dua tokoh tersebut belum pernah saya selidiki kebenarannya. Hari ini, karena penasaran saya mencoba searching lebih lanjut. Dan ternyata tidak hanya Empress Ma yang diisukan muslim, kaisarnya sendiri, Emperor Hongwu, kaisar pendiri dinasti Ming juga, dan bahkan mereka diisukan berasal suku Hui, bukan Han. Marilah kita menelaah isu tersebut.
Begini ceritanya….
1. Ahli sejarah luar negeri Li Dongming dalam tulisan Penjelasan Detail Tentang Dinasti Ming mencatat:
“Dia (Zhu Yuanzhang) adalah anak rakyat jelata, pada usia 17 tahun, yaitu tahun ke-4 pemerintahan Kaisar Yuanshun, terjadi bencana kekeringan dan penyakit melanda kampung halaman di Anhui, Fengyang. Ayah (Zhu Shizhen), ibu (Marga Chen), dan kakak tertua (Zhu Xinglong) meninggal berurutan dalam beberapa hari. Di rumah tidak ada uang, tidak mampu membeli 3 buah peti mati, apalagi tanah kuburan. Untung ada tetangga bermarga Liu yang baik hati, memperbolehkan dia dan kakak kedua (Zhu Xingsheng) membungkus jasad ayah, ibu, dan kakak pertama dengan kain putih dan dimakamkan di sebuah sudut tanah makam keluarga Liu.”
Menurut tradisi suku Han, peti mati keluarga kaya terbuat dari kayu fir (杉木); keluarga menengah terbuat dari kayu biasa; keluarga miskin menggunakan peti dari papan tipis sedangkan keluarga sangat miskin membungkus jasad dengan menggunakan alang-alang (芦苇) lalu dikubur di tanah kosong. Jika keluarga Zhu adalah orang Han, mengapa tidak menuruti tradisi suku Han, namun justru menggunakan kain putih? Padahal harga kain putih lebih mahal dibanding papan tipis maupun alang-alang. Mengapa keluarga Zhu yang miskin justru memilih bahan yang lebih mahal ini? Karena agama Islam memiliki aturan bahwa jasad harus dikebumikan dengan dibungkus kain putih (kafan).
Fakta: Monumen bakti yang ada di makam kaisar Ming ditulis atas perintah Zhu Yuanzhang. Salah satu kalimatnya berbunyi: “… ingin mengubur tak ada peti, hanya dibalut dengan pakaian robek ….”. dengan demikian Zhu Yuanzhang mengatakan bahwa ia membungkus jasad dengan pakaian robek, bukan seperti klaim di atas. Selain itu, Penjelasan Detail Tentang Dinasti Ming sebenarnya mencatat: “memperbolehkan dia dan kakak kedua (Zhu Xingsheng) membungkus jasad ayah, ibu, dan kakak pertama dengan baju bekas dan dimakamkan di sebuah sudut tanah makam keluarga Liu”. Dengan demikian, pembuat klaim mengubah baju bekas menjadi kain putih.
2. Sejarah Ming mencatat: “Kaisar Taizu sebatang kara dan tidak memiliki tempat berlindung, maka menjadi biksu (僧) di Kuil Huangjue (皇觉寺)”. Tapi sesungguhnya Kuil Huangjue bukanlah kuil Budha atau Tao, melainkan adalah sebuah masjid. Yang dimaksud dengan biksu sebenarnya adalah mualaf di masjid. Nama Kuil Huangjue ini pun sebenarnya diberikan oleh Zhu Yuanzhang sendiri setelah naik tahta, yang memiliki arti di kuil inilah Kaisar (皇) mendapatkan pencerahan (觉醒). Kuil ini terletak di luar pintu timur kota Fengyang, bangunannya berada di barat dan menghadap ke timur. Menurut tradisi Zhongguo, bangunan kuil Ru, Budha, dan Tao biasanya berada di utara dan menghadap ke selatan. Sedangkan masjid Islam semuanya berada di barat menghadap ke timur, karena umat Islam beribadah dengan menghadap ke arah Mekkah.
Fakta: Zhu Yuanzhang pernah berkata: “Menyembah Budha di Pintu Kekosongan (空门), keluar masuk kamar biksu.” Ada lagi catatan bahwa Kaisar Hongwu tidak menyukai kata “guang”(光) yang artinya: bercahaya atau bisa juga untuk menyebut kepala gundul. Bukankah menjadi mualaf tidak harus menggunduli kepala? Karena itu, klaim tersebut tidak sesuai dengan catatan ini.
Lalu, Kuil Longxing yang juga disebut Kuil Besar Longxing, terletak di bawah Gunung Di Yi (第一山; artinya: gunung nomor satu) di sebelah utara Fengyang. Nama lama kuil tersebut adalah Kuil Yuhuang, adalah tempat Kaisar Hongwu menjadi biksu. Kuil ini dibangun kembali pada tahun 1383, dan Zhu Yuanzhang sendirilah yang menuliskan huruf pada batu/prasasti Kuil Longxing ini kemudian membuat Peraturan Biksu Kuil Besar Longxing. Kuil tersebut memiliki nama dan lokasi dapat dibuktikan. Apakah Masjid yang disebut pembuat klaim bisa dibuktikan letaknya?
3. Sayyed Ali Akbar dari Persia pada tahun 1500 berkunjung ke Zhongguo. Pada tahun 1516, ia menuliskan buku yang berjudul Catatan Perjalanan Ke Zhongguo. Di dalamnya tercatat:
“Di dalam istana, ada masjid yag khusus digunakan oleh Kaisar. Pada hari Jumat, Kaisar pergi untuk beribadah di masjid luar kota. Juga banyak pejabat beragama Islam yang berjasa dan dihargai oleh Kaisar. Dari berbagai tingkah laku kaisar, dapat dilihat bahwa beliau telah memeluk agama Islam. Hanya saja, ia tak dapat mengakuinya dengan terang-terangan karena tidak sesuai dengan adat dan budaya bangsanya.”
Fakta : Pada halaman 64 Catatan Kaisar Wuzong tercatat bahwa “Kaisar sangat ahli mengenai kitab Budha dan bahasa Sansekerta (佛经、梵语无不通晓).” Buku ini merupakan karangan Ali Akbar. Pada bukunya versi terbitan tahun 1988 di halaman 40, tertulis bahwa Kaisar Zhengde beragama Budha: “Kaisar Zhongguo menganggap dirinya sebagai murid Sakyamuni, ini adalah satu-satunya yang dipercaya olehnya.” Sedangkan larangan makan babi baru dikeluarkan pada tahun ke-14 pemerintahannya (lihat Ming Hui Dian bagian 116). Kaisar Zhengde memang pernah mempelajari berbagai macam agama, namun yang paling dikuasainya adalah agama Budha Tibet, bukan Islam.
4. Menu makan Zhu Yuanzhang. Pada rapat ke-10 pembahasan sejarah dinasti Ming, pengamat sejarah dari Taiwan, Qiu Zhonglin menunjukkan menu yang ditemukannya dari Catatan Zaman Dinasti Ming. “Udang asam cabe, angsa bakar, kambing, daging angsa, perut kambing, ayam tim 5 rasa, tulang kambing, …… ” (banyak kambing, tidak ada babi). Ini adalah menu makan siang Zhu Yuanzhang pada suatu hari di bulan ke-6 tahun 1384.
Fakta: Pada rapat yang sama, orang yang sama juga menunjukkan menu santapan pagi Zhu Yuanzhang berupa: “daging kambing goreng, angsa kukus, babi goreng sayur, ……”
Dapat dilihat bahwa Zhu Yuanzhang memang suka daging kambing, tapi ia juga pemakan babi.
Permaisuri Ma dalam film Dajiao Huangho (baidu.com)
5. Di antara para jenderal anak buah Zhu Yuanzhang banyak terdapat suku Hui. Pada jaman akhir dinasti Yuan, suasana politik sangat panas dan sensitif, bagaimana serombongan prajurit suku Hui bisa bergerombol bersamanya? Istri Zhu Yuanzhang bermarga Ma (马), kakinya tidak diikat, ini sudah menjelaskan semuanya. Di antara 10 orang suku Hui, 9 di antaranya bermarga Ma, dan wanita suku Hui tidak mengikat kaki. Dan pada saat itu, suku Hui sangat jarang mau menikah dengan suku lain. Di masyarakat beredar perkataan “10 orang hui melindungi 1 Zhu” (十回保一朱). Yang dimaksud adalah Chang Yuchun, Hu Dahai, Feng Guoyong, Feng Sheng, Ding Dexing, Lan Yu, Mu Ying, Hua Yun, Li Wenzhong, dkk.
Fakta: Zhu Yuanzhang saat itu adalah biksu miskin. Permaisuri Ma tentunya juga tak jauh berbeda. Jadi apakah tidak mengikat kaki pasti berarti suku Hui? Kita tidak sebegitu pede untuk mengatakan bahwa Permaisuri Ma dijamin 100% suku Han asli. Namun faktanya, pada saat itu masih banyak sekali wanita suku Han di daerah-daerah yang tidak mengikat kaki, misalnya dari suku Ke Jia (Hakka).
Lagipula, di antara 10 orang suku Hui, ada 9 yang bermarga Ma. Mengapa di antara jendral-jendral yang disebutkan di atas tidak ada satupun yang bermarga Ma? Terkait Chang Yuchun, Lan Yu, dan Hu Dahai, mereka memang belum dapat ditemukan bukti kesukuannya. Sedangkan Mu Ying aslinya bermarga Duanmu. Keluarganya di kampung halaman memiliki kebiasaan memelihara babi untuk tahun baru. Berdasarkan hal ini, mungkinkah ia seorang muslim? Sedangkan Feng Sheng (冯胜) dan Ding Dexing(丁德兴) adalah orang Dingyuan. Dimana menurut catatan wilayah Dingyuan, marga-marga orang Hui di Dingyuan adalah: Mu (穆), Ma (马), Yang (扬), Mi (米), Hu (忽),Wang (王), An (安), dan Du (杜). Dengan demikian jelas bahwa tidak ada marga Feng dan Ding di suku Hui.
Sebenarnya kalau mau diteruskan (search dan translate-nya), masih ada beberapa bantahan lagi mengenai klaim ini. Tapi saya rasa sudah tidak perlu. Lima poin di atas saya anggap sudah cukup untuk mematahkan upaya klaim terhadap agama dan suku kaisar pendiri dinasti Ming. Sebenarnya, masalah yang saya tekankan bukan tentang muslimnya atau sukunya pun hal lain, melainkan pembelokan fakta. Kalau memang beliau seorang muslim, tidak ada masalah bagi saya untuk mengakui. Bagaimanapun juga, beliau adalah kaisar leluhur saya. Mohon hargai kepercayaan dan kesukuan beliau.
By : Jianying