Budaya-Tionghoa.Net|Semua mahluk hidup di bumi termasuk manusia sedang dalam perpindahan, proses perpindahan berlanjut hingga kini bahkan di masa depan juga, asal muasal kedatangan orang Tionghoa Indonesia juga membuktikan fenomena ini. yang membedakan adalah manusia bisa melakukan refleksi atas migrasinya sedangkan binatang dan tumbuhan lebih kepada instinctive. Sejarah tentang orang Tionghoa Indonesia bisa dilihat catatannya berdasarkan catatan dan buku Tiongkok klasik yang mencatat.
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, dua kelompok pionir yang berani melakukan eksplorasi terhadap wilayah-wilayah yang belum dikenal di bumi ini adalah kelompok pedagang dan missionaris. Kita bisa mengetahui nama Ptolemy ( 90-168 AD ) dan catatannya sehingga wilayah yang belum dikenal masyarakat Eropa pada masa itu dituliskan. Tapi selain itu juga catatan-catatan Tiongkok yang sekarang ini merupakan data pustaka untuk mengetahui kondisi geografis, masyarakat dan wilayah-wilayah lain selain Tiongkok. Berdasarkan catatan ini kita bisa melihat sumbangsih orang Tionghoa di tempat barunya yang mengembangkan memajukan dengan kerja keras dan rajin, membawa teknik pertanian, pertambangan, seni pertukangan, kepercayaan, budaya, perang kemerdekaan, semangat “Di mana tanah dipijak , di situ langit di junjung” mengalir hingga sekarang, baik perorangan maupun kelompok yang beremigrasi.
Diperkirakan arus perdagangan antara Tiongkok dengan Nusantara sudah berjalan lama melalui jalur sutra laut sejak dinasti Qin. Hambatan transportasi laut jaman dahulu itu membuat arus migrasi tidak terjadi secara besar-besaran dan catatan-catatan yang dituliskan juga memang masih terbatas. Bandar-bandar besar pada jaman dahulu yang merupakan pusat perdagangan Tiongkok melalui jalur laut adalah Guangzhou 廣州, Quanzhou 泉州, Hangzhou 杭州, Mizhou 密州 (Sandong Kabupaten Jiao 山東郊縣), Wenzhou 溫州 dan Mingzhou 明州 ( Ningbo 寧波 ).
Pada masa Tang dan Song, bandar Guangzhou merupakan tempat perdagangan internasional terbesar pada masanya termasuk dengan wilayah Nusantara. Shibosi 市舶司 atau jaman sekarang adalah bea cukai sudah terbentuk sejak jaman Tang hingga jaman Ming sehingga dari catatan itu juga bisa ditelusuri migrasi dari Tiongkok dan ke Tiongkok.
Selain pelabuhan serta segala infrastrukturnya juga sudah ada lembaga pemeritahan yang mengurusi masalah penterjemahan, seperti pada masa Qin dan Han sudah ada pejabat penerjemah譯官. Memasuki masa dinasti Tang, banyak orang yang menjadi perantara 互市牙郎 dan merangkap penterjemah untuk para pedagang baik secara resmi maupun pribadi. Adanya penerjemah ini adalah satu petanda bahwa interaksi sudah berjalan cukup intens dan dalam.
Itu sudah menjadi bukti bahwa hubungan antara Tiongkok dengan Nusantara sudah berlangsung ribuan tahun lamanya dan tentunya ada kemungkinan terjadinya migrasi antar penduduk dari dua kawasan itu. Pada dasarnya hubungan dan arus migrasi dapat dibagi 3 bagian besar yaitu :
1. Jaman pra Han hingga Ming.
2. Jaman Kolonialisme Belanda ( Ming akhir dan dinasti Qing ).
3. Jaman Republik.
(Bersambung ke bagian 2 & bagian 3)
Oleh : Ardian Cangianto
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa