Budaya-Tionghoa.Net | Adat pernikahan Tionghoa memiliki dasar kesamaan dan sedikit perbedaan-perbedaan kecil.
1.Adat pernikahan orang Hakka pada umumnya
Orang Hakka membentuk adat, budaya dan tradisi hakka yang unik secara ribuan tahun. adat pernikahan hakka yang sangat kaya dan berwarna, merupakan salah satu bagian dari adat budaya tradisi hakka yang unik.
ritual atau prosesi pernikahan orang hakka sangatlah rumit atau kompleks, beragam kegiatan yang musti dilakukan. kalau dirangkum terdiri dari 6 item kegiatan atau biasa disebut ” 六礼“ liu li atau enam ritual. yakni pertama ” 问名” wen ming, yaitu prosesi dimana perkenalan melalui meiren atau comblang, kedua belah pihak baik mempelai wanita dan pria saling memberikan nama. yang kedua adalah “纳彩“ nacai dalam isitlah umumnya adalah “拿彩礼” yaitu melamar melalui meiren. yang ketiga ” 纳吉“naji adalah prosesi dimana pihak mempelai mengantarkan barang2 pernikahan kerumah mempelai wanita) bila pihak mempelai wanita menerima atau setuju maka akan diberikan kepada pihak mempelai pria namnya 庚帖 gengtie atau semacam kartu yang bertuliskan nama, waktu, tanggal, bulan, tahun lahir mempelai wanita tahapan ini disebut bertunangan. yang keempat ” 拿聘 napin dalam bahasa umumnya “交鞋样” jiao xie yang( pada prosesi inidimana ukuran sepatu mempelai pria diberikan kepada pihak wanita, yang akan digunakan untuk diperbuatkan sepatu kepada mempelai pria nantinya) yang berarti bahwa ikatan pernikahan telah ditetapkan.
Yang kelima adalah ” 请期“ qingqi yaitu kegiatan dimana pihak pria memberitahukan kepada pihak wanita kapan menyambut pulang mempelai wanita kerumah mempelai pria. Keenam adalajh “迎亲” yingqin artinya mempelai pria menuju rumah mempelai wanita untuk menyambutnya pulang kerumah mempelai pria dengan diakhir melakukan resepsi pernikahan dirumah mempelai pria.
2哭嫁 kujia atau prosesi menangis mempelai wanita
Orang hakka memandang sangat penting tentang pernikahan, karena itu adat pernikahan orang hakka sangat rumit dan banyak, kujia atau prosesi menangis mempelai wanita hakka merupakan salah satu diantara adat tersebut. orang hakka melaksanakan pernikahan jaman dahulu kala, pihak pria melaksanakan resepsi pernikahan selama tiga hari, sedangkan pihak wanita harus melaksanakan selama dua hari. pada saat “yingqin” pihak mempelai akan datang dengan “huaqiao” ( fa khiau) alias tandu, pasukan musik, dll begitu spektakuler menyambut mempelai wanita, ada pasukan yang mengangkat alat2 atau barang2 jiazhuang 嫁妆 (ka cong), dengan musik tiupan atau musik tiupan yang bernada bahagia riuh rendah, ramai sekali ditonton banyak orang. namun, dipihak mempelai wanita tidak demikian ( riuh rendah, bahagia, sukacita), di pihak mempelai wanita hakka akan terlihat sebuah pemandangan unik dimana adanya prosesi tangis mempelai wanita.
Mempelai wanita satu hari sebelum yingqin ( ngiang chin), tepatnya dimalam harinya sudah mulai menangis ( kujia 哭嫁). Ketika pihak mempelai pria datang menyambut dengan pasukan dan tandunya di ruang utama rumah mempelai wanita, suara terompet, suara alat musik pukul bertalu2 sehingga serta merta membuat sebuah kondisi tangisan antara mempelai wanita dengan ibundanya, kondisi saat ini disebut “kujia” pertama, hari kedua waktu fajar, mempelai wanita, akan dirias oleh bibi, kakak perempuan atau kakak iparnya yang disebut prosesi “kairong 开容“ ( khoi mian mo/ khoi jung ) siap-siap untuk pergi kerumah mempelai pria, saat ini juga akan terjadi “kujia” menangis yang kedua kalinya. setelah acara makan-makan pagi selesai, ketika mempelai wanita ditutup wajahnya dengan selembar kain berwarna merah, bersiap2 naik ke tandu, saat ini akan terjadi “kujia” yang ketiga. ketika kujia pertama2 ibunda terlebih dahulu melakukan kujia , dan juga ada kalanya dilakukan kujia oleh bibi, kakak, kakak ipar dan juga tetangga ikutan melakukan tangisan. yang menangis dan ditangisi sama-sama memegang sebuah sapu tangan, duduk diatas tepi ranjang atau kursi, ibu dan anak perempuannya dimana satu mendongakkan kepala, yang satu lainnya menundukkan kepalanya sambil menangis ( duiku 对哭 disini menangis sambil menyanyi sanko berbalas2an antara ibunda dan ananda) orang-orang juga ikutan dengan suara kecil. tunggu sampai saat naik ke tandu, merupakan puncak “kujia”, saat ini, tidak hanya harus bersuara besar dan tentunya sambil menangis sambil menyanyi (sanko山歌). suara tangisan bercampur lagu membuat orang tergerak hatinya.
Isi lagu kujia 哭嫁 sangatlah banyak, intinya adalah perasaan ibunda yang susah mau melepas anak perempuannya, dan juga ada rasa terima kasih kepada jasa orang tua yang telah membesarkan anaknya, ada juga tentang perpisahan dengan saudara2nya, ada juga yang isinya memarahi comblang yang membuat banyak masalah dll. tetapi, nangis sampai akhir, tentunya banyak kata-kata yang dikeluarkan adalah tentang hal-hal baik, bahagia.
Sebab musabab terjadi ritual kujia atau tangisan dalam pernikahan anak perempuan hakka yang terutama adalah perpisahan dengan orang tua yang telah membesarkan dirinya selama bertahun-tahun, yang tentunya pasti adanya perasaan yang sangat sulit untuk melepaskan diri dengan ikatan keluarganya. walaupun kujia dilakukan dengan tangisan namun perlu diketahui tidak adanya perasaan putus asa, atau kesedihan. seiring dengan perkembangan jaman modern ritual prosesi kujia dalam masyarakat hakka semakin lama semakin sulit ditemui.
Oleh : 谷神居士
*kujia 哭嫁:prosesi unik dalam pernikahan orang Hakka dimana sambil bertangis2an dengan berbalas lagu pergunungan ( shange atau sanko).