Chakwe adalah makanan ringan mengenyangkan juga mudah didapatkan. Dari pinggir jalan di depan sekolah sampai di kopitiam dalam mall dengan aneka variasinya. Terkait dengan variasi dan penyajian, selain dimakan langsung, chakwe disebut-sebut sebagai pendamping setia penganan bernama bubur ayam.
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Qu%E1%BA%A9y.jpg
Pula ada yang mengatakan dia adalah sahabat bubur kacang. Kemudian disebut juga chakwe paling enak dimakan dengan ditemani susu kacang panas. Bahkan ditemani kopi saat sarapan. Ada yang memakannya tanpa teman apapun dan di Jakarta acap ditemukan chakwe dijual bersama sambel encer yang rasanya pedas dan asam. Bagaimana rasanya? Sila merasakannya sendiri.
Mungkin karena sifatnya yang mudah didapatkan itulah ia menjadi begitu terkenal dan menarik minat rekan-rekan untuk membahasnya. Apalagi kalau bukan tentang dongeng atau kisah di balik nama makanan tersebut. Nama Zhongwen penganan ini adalah 炸膾 zha-kuai. Nah, konon 膾kuai tersebut berhomofon dengan nama 秦桧 Qin Hui (桧 hui ini bisa dibaca kuai). Jadi zha-kuai maksudnya adalah ‘menggoreng Qin Hui’.
Lalu siapakah 秦桧 Qin Hui? Kenapa dia digoreng? Qin Hui (1090-1155) adalah perdana menteri dinasti Song yang dikisahkan membuat Jenderal Yue Fei dihukum mati oleh Kaisar Song. Sedangkan Jenderal tersebut adalah orang yang berhasil memukul mundur serbuan pasukan Jin sehingga mendapat dukungan masyarakat. Tahu idolanya dituduh hingga akhirnya dihukum mati, seorang rakyat bermaksud mengutarakan kekesalannya dengan membuat sesuatu. Dialah chakwe alias ‘Hui Goreng’.
Lalu kenapa chakwe dibuat berpasangan? Ini juga ada kisahnya. Melanjutkan kisah yang tadi, Sang Penghasut Qin Hui itu tidak bekerja sendiri. Ia dibantu oleh istrinya untuk melakukan hasutan kepada kaisar agar melaksanakan hukuman mati kepada Sang Jenderal Yue Fei. Dengar-dengar pula, awalnya yang disebut-sebut chakwe berbentuk sepasang manusia. Tapi kemudian karena demikian terkenal dan agar praktis, dibuatlah sepasang adonan panjang yang direkatkan seperti yang kita jumpai sekarang ini.
Kemudian, seperti umumnya manusia, Qin Hui dan istrinya pun meninggal. Tak hilang akal, masyarakat di Selatan menggantikan Hui menjadi gui/kwe (dialek Min). Gui 鬼 di sini berarti setan. Ia berhomofon dengan kwe 馃 yang berarti kue. Dalam bahasa Tiociu juga disebut iu-ca-kwe, artinya kue yang digoreng deep fried. Itulah sebabnya di tempat lain ‘Hui Goreng’ punya nama berbeda.
Perbedaan itu dituturkan oleh seorang rekan di grup bahwa di tempatnya penganan tersebut bernama Yiu Cha Kui atau yau-ja-kway (dialek Kanton) 油炸鬼 (馃) you-zha-gui (pinyin). Yiu yang berarti minyak. Cha artinya goreng dan Kui adalah kue atau adonan. Tak tertinggal, dia juga mengatakan bahwa di daerahnya yiu cha kui dijual bersama dengan panganan gorengan lain bernama Ham Cim Piang (baca dengan nada Kanton) artinya adalah Kue Bantal (kalau di Jawa Tengah mirip bolang-baling).
Demikianlah kisah chakwe si ‘Hui Goreng’. Sila menikmati kisahnya ditemani dengan menggigit sebilah chakwe.
Sumber:
Fu Hongxue. Origins of Chinese Food Culture. Jakarta: Elex media. http://www.indochinekitchen.com/recipes/chinese-fried-bread-ham-chim-peng/. Akses tanggal 7 – 12 – 2013.
Thread di grup Budaya Tionghoa oleh Bernadus Ar dengan sumber bahan “Kenapa dinamakan cahkwe” oleh stib hbib di indonesia tempo dulu.
Ditulis oleh : Chendra, David Kwa, Surjanto Kwe, Nawanug, Yongde, & Lia Zhang.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa