Budaya-Tionghoa.Net | Umberto Eco dikenal dengan pemikir yang brilian , pakar semiotika , budayawan dan juga seorang novelis laris. Karyanya yang termashur adalah “Foucault Pendulum” . Dua karya lainnya yang memenuhi perpustakaan pribadi saya adalah kumpulan esai “Tamasya Hiperealitas” dan Baudolino (Penerbit Bentang) .
Karya terkenal lainnya adalah tentunya “The Name of the Rose” , sebuah novel misteri dengan bahasa tinggi dan kompleksitasnya melampaui karya populer Dan Brown (yang masih mudah dicerna) seperti Da Vinci Code”.Hingga diperlukan buku crack “The Name of The Rose” karya Haft et al (Penerbit Jalasutra).
Disetiap jenjang dari tingkat kelurahan sampai sekujur planet bumi – manusia akan bertemu dengan perbedaan dan persamaan
TIGA ASTRONOT
Karya Eco senantiasa rumit , bagaikan perpustakaan berjalan yang berceceran di sekujur tulisannya , ditambah lagi dengan gaya satirnya yang terkadang membuat pembaca tersenyum kecut.Eco membuat kejutan lain dengan karyanya “The Three Austronauts”. Dengan karyanya ini Eco seolah ingin menjejali benak anak-anak dengan semiotika dasar.
Penghuni Bumi ingin mengeksplorasi Mars . Mereka mengirimkan roket yang jatuh kembali ke bumi. Kemudian mereka mengirimkan seekor anjing dalam roket . Hanya karena anjing hanya bisa menggonggong akhirnya penghuni bumi memutuskan untuk mengirim manusia.
Mereka ada astronot Amerika Serikat diwakili oleh pembungkus permen karet Chiclet, kosmonot Rusia diwakili oleh sisa flyer dan taikonot Tiongkok diwakili oleh satu aksara Tionghoa. Menariknya — biarpun astronot / kosmonot / taikonot itu berasal dari planet yang sama (bumi) — mereka punya sikap yang berbeda :
One fine morning three rockets took off from three different places on Earth.
In the first there was an American, happily whistling a bit of jazz.
In the second there was a Russian, singing ‘The Song of the Volga Boatman.’
In the third there was a Chinese, singing a beautiful song — though the other two thought he was all out of tune.”
Dengan kapasitas dan kapabilitas yang sama , mereka mendarat di Mars bersamaan . Mereka keluar untuk mulai mengeksplorasi di tanah yang sama sekali asing. Mereka tidak percaya satu sama lain dan saling menjaga jarak.
Dimalam hari mereka mulai merasakan kesendirian , keterasingan , sehingga dalam perasaan yang gundah gulana mereka menyebut “Mama” yang terdengar mirip dalam bahasa masing-masing. Karena itu mereka merasakan perasaan yang sama dan akhirnya berkemah bersama dan saling mengenal satu sama lain.
Di pagi harinya , seorang Martian (penghuni Mars) menampakkan diri dan gentar melihat tiga manusia berkumpul bersama. Bagi Martian , manusia bumi itu “mahluk yang mengerikan”. Sebaliknya bagi astronot Bumi mahluk Martian itu tampak aneh .
Dan sebaliknya astronot itu semakin dipersatukan oleh persamaan-persamaan . Apa pentingnya perbedaan bahasa Russia , bahasa Inggris – Amerika dan bahasa Tionghoa ? Apa pentingnya perbedaan negara bahwa mereka berasal dari Tiongkok , Rusia dan Amerika ? Para astronot menyadari bahwa mereka sama-sama manusia Bumi. Sedangkan mahluk Mars yang mereka hadapi itu buruk rupa (dan biasanya yang buruk semestinya jahat pula)
Kelihatannya tidak ada persamaan sama sekali antara penghuni dari dua planet yang berada di tata surya yang sama. Tetapi kemudian seorang anak burung jadi dari sarangnya . Para astronot dan Martian menghentikan gejala konflik sejenak dan mengamati pemandangan yang menggugah hati. Penghuni Mars mengambil anak burung itu dan berusaha melindunginya . Sebuah pelajaran sekaligus peragaan dari seorang Martian terhadap toleransi . Dan disisi inilah penghuni Mars dan manusia Bumi punya persamaan. Akhirnya Martian dan astronot Bumi berjabat tangan dan pulang ke Bumi.
Ini karya klasik Umberto Eco dengan fitur seni abstrak karya seniman Italia , Eugenio Carmi. Dalam karya ini terlihat pesan multikulturalisme melalui simbol-simbol yang tersaji melalui lukisan-lukisan abstrak.
Dalam sekian banyak perbedaan di planet bumi , manusia terpisahkan oleh bahasa , budaya , kewarganegaraan , agama , bahkan hingga detil-detil kinesik . Semua itu bisa sirna saat menghadapi hirarki perbedaan yang lebih tinggi seperti interaksi-kreatur antar planet.
Dalam derajat kecil juga bisa kita renungkan bahwa jika kita berlibur atau berkerja ke luar daerah , katakanlah dari Bandung ke Bali . Kita akan lebih mudah akrab jika bertemu dengan sesama asal Bandung di daerah “asing”. Tak peduli dia adalah Tionghoa , Sunda , Batak . Tak peduli dia itu beragama Islam , Katolik , Buddha. Mudah saja berkomunikasi dalam bahasa daerah , bahasa Sunda yang membuat di kota asalnya dipisahkan oleh perbedaan-perbedaan tetapi di daerah “asing” mendadak merasa begitu banyak persamaan.
Demikian juga jika kita kuliah atau berkerja di luar negri . Kita mungkin bertemu dengan rekan senegara (Indonesia) di negara Singapura , Thailand atau bahkan Amerika Serikat. Terasa lebih akrab karena ada persamaan-persamaan dari bahasa Indonesia sampai terhadap cita rasa terhadap makanan.
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa | Facebook Group Tionghoa Bersatu