Chipa – Foto milik Novianto Tan
Budaya-Tionghoa.Net | Tradisi Orang Hakka pada perayaan Dongzhi atau yang dalam bahasa Hakka disebut Tung Ciet (冬节) adalah membuat Chipa, arak beras dan jahe Dongzhi.
Dongzhi 冬至 merupakan salah satu dari 24 Jieqi 节气 dalam penanggalan kalender imlek. Untuk tahun 2013 Dongzhi jatuh pada tanggal 22 Desember hari Minggu. Orang Hakka sangat menganggap penting perayaan Dongzhi ini, di masyarakat Hakka ada istilah “冬至大过年” Dongzhi daguonian, yang artinya Dongzhi merupakan tahun baru besar-besaran. Di hari ini (Dongzhi), selain memotong ayam dan bebek, membeli daging babi dan arak, menyiapkan sansheng 三牲 tiga jenis hewan (udara, tanah, air) untuk menghormati dewa langit 天神 dan leluhur.
Ada juga kegiatan lainnya, yaitu setiap keluarga Hakka membuat ‘chi-pa‘ 糍粑 yaitu kue yang terbuat dari ketan yang dikukus matang. Adonan itu kemudian ditumbuk terus menerus hingga hancur di dalam lumpang batu 石臼 (sak khiu). Biasanya yang menumbuk adalah para pemuda Hakka yang kuat fisiknya. Nasi ketan yang ditumbuk didalam lumpang batu akhirnya menjadi lembut, lengket, dan liat / kenyal. Setelah ditumbuk, lalu diletakan ke dalam baskom, dan dengan tangan membuatnya berbentuk bulatan-bulatan sebesar telur puyuh.
Cara makan chipa ini dengan mencelupkannya ke gula pasir. Begitu harum dan manisnya chipa ini, sehingga rasanya yang khas, membuat orang selalu mengenang rasanya. Di daerah Fujian, dan Jiangxi, Tiongkok, orang Hakka, ada yang mencelupkannya dengan kacang tanah yang ditumbuk halus dengan dicampur gula, ataupun wijen, sehingga semakin nikmat memakan ‘chipa’ ini.
Dikarenakan, memukul atau menumbuk nasi ketan terlalu letih atau melelahkan, sehingga kegiatan menumbuk chipa ini sekarang sudah hilang. Digantikan dengan cara membuat dengan mengiling beras ketan menjadi tepung yang selanjutnya memakai tangan dibuat bulatan-bulatan. Lalu memasaknya menjadi mi-tang-wan atau bulatan beras ketan berkuah 米汤丸, atau istilah Hakkanya disebut “siak yan”.
Orang Hakka dihari Dongzhi juga mulai membuat arak. Arak dibuat dari beras ketan oleh ibu-ibu rumah tangga. Yaitu beras ketan (nuo-mi) dikukus terlebih dahulu sampai matang, setelah matang, didinginkan, kemudian dicampur ragi arak, kemudian dimasukan ke dalam kendi-kendi. Setelah beberapa hari, maka aroma arak beras ketan (nuomi jiu 糯米酒) tercium harum. Arak beras ketan tersebut disaring, diambil sisa ampas araknya. Arak yang sudah disaring kemudian dimasukan ke guci arak, mulut gucinya ditutup rapat. Lalu nyalakan api yang bahan bakarnya dari kulit-kulit beras. Dan arak tersebut dipanaskan.
Arak beras ketan tersebut biasanya diminum saat Chunjie atau hari raya imlek, dan juga Yuanxiaojie (tanggal lima belas imlek atau Capgomeh) atau cang nyiat pan. Minumnya sedikit demi sedikit. Orang Hakka beranggapan bahwasanya membuat arak di waktu Dongzhi, kualitas araknya terjaga, dan juga bisa tahan menyimpannya. Karena itu ada istilah ‘arak Dongzhi, simpan sampai tahun depan bulan 9 tanggal 9 (hari raya Chong-yang)”.冬至酒,留到明年九月九.
Selain di hari Dongzhi, orang Hakka membuat Chipa, arak beras ketan, ada satu lagi yaitu membuat “冬至姜” jahe Dongzhi. Yaitu cara buatnya dengan mencuci bersih jahe tua, kulitnya dibuang, dengan api kecil membakarnya, kemudian dijemur dibawah terik matahari. Jahe tersebut dapat dipakai sebagai obat, seperti mengobati penyakit sakit perut, maag yang dingin, diare, dan muntah-muntah. Yaitu dengan merebus jahe Dongzhi ini dengan air, kemudian campur gula merah untuk diminum. Khasiatnya luar biasa. Saudara-saudara boleh mencobanya deh!
Oleh Liu Weilin
Sumber : 客家人与客家文化 – Kejiaren yi Kejia Wenhua, Penerbit 商务印书馆, Penyusun 丘桓兴 – Qiu Huanxing
https://www.facebook.com/groups/budaya.tionghoa/permalink/10152090054127436/
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa