KLASIFIKASI WANITA PENGHIBUR DI TIONGKOK KUNO
Budaya-Tionghoa.Net| Sejak Dinasti Tang, wanita penghibur dibagi dalam 3 golongan, yakni: Gongji 公妓 (penghibur milik negara), Siji 私妓 (penghibur partikelir) & Jiaji 家妓 (penghibur keluarga).
Berikut adalah berbagai julukan untuk para penghibur di Tiongkok kuno:
1.Yiji (艺妓): Istilah untuk wanita penghibur yang menjual bakatnya. Sebagian besar dari mereka keukeuh tidak mau menjual badannya. Yiji memiliki kemiripan konsep & kesamaan huruf Hanzi (aksara Tionghoa) dengan Geigi (Geisha) di Jepang.
2. Geji (歌妓) : Yiji-biduanita (sing-song girl).
3. Wuji (舞妓): Yiji yang jago menari
4. Shiji (诗妓): Yiji yang ahli berpuisi
Catatan: Baik Geji, Shiji & Wuji biasanya memiliki lebih dari 1 keahlian. Penamaan itu hanyalah mengacu pada kebisaan utamanya saja. Banyak juga yang menggeneralisasi mereka semua sebagai geji (singsong girl).
5. Qinglou Nuzi (青楼女子): Sebutan untuk wanita2 yang tinggal di Qinglou (rumah bordil), seperti Geji, Shiji, Wuji. Sebagian penghuni Qinglou sebenarnya lebih layak digolongkan sebagai pekerja seni, ketimbang pekerja seks komersial.
6. Mingji (名妓): Pelacur ternama.
7. Huakui (花魁): Secara harafiah artinya ratu bunga, alias primadona wisma bunga raya. Di Jepang, Huakui ditranslasikan menjadi Oiran, yakni wanita penghibur yg menjual bakat, sekaligus badannya.
8. Jiaoji ( 角妓): Istilah lainnya lagi untuk pelacur kelas atas.
9. Jiaoshu (校書): Sebutan kehormatan untuk pelacur yang berpengetahuan luas & tidak mengobral kemolekan tubuhnya. Julukan ini terinpirasi dari Xue Tao, penghibur dari jaman Tang yg memiliki gelar “Nu Jiaoshu“.
10. Gongji (宮妓): Penghibur untuk keluarga kaisar.
11. Guanji (官妓): Sebelum Dinasti Ming maknanya adalah penghibur yg disediakan negara untuk para pejabat. Sejak jaman Ming, pengertian Guanji berubah menjadi, pelacur milik kekaisaran yg menjual jaanya pada masyarkat umum.
12 Yingji (營妓): Penghibur di barak militer.
13. Yuehu (乐户): Kaum hukuman yg turun temurun diharuskan menjadi penghibur. Merujuk Baike Baidu & buku “Chinese Outcasts: Discrimination and Emancipation in Late Imperial China”, para ahli nampaknya belum satu suara, apakah Yuehu ini merupakan sub-bagian dari Guanji. Atau malah istilah lain untuk Guanji itu sendiri.
14. Changji (娼妓) atau Changnu: Sebutan lain untuk pelacur.
15. Jinu (妓女) : Sebutan paling umum untuk pelacur yg jamak dipakai sampai sekarang.
16. Nanji (男妓) : Pelacur pria (homoseks). Mereka dikenal juga dengan istilah Nanchang, Longyang (mengacu pada Longyang Jun, bangsawan gay dari jaman Chunqiu), Luantong 娈童 (pretty catamite), Getong 歌童 (versi pria dari Geji), Tuzi/kelinci 兔子 (karena kulit mereka yg putih mulus seperti kelinci), dsb.
Sumber : http://www.meiguoxing.com/images/Zhang_Ziyi_-_House_of_flying_daggers_-_2004.jpg
FOR YOUR EYES ONLY: BOLEH DIPANDANG TAK BOLEH DIRABA!
Seperti diuraikan sebelumnya, bunga raya papan atas memang cenderung menjajakan bakatnya, bukan tubuhnya. Sehingga bila mau meniduri mereka bukanlah perkara mudah. Pertama-tama si pria harus pandai-panda bermanis kata untuk menyenangkan hatinya (& germonya). Kemudian dia juga harus rajin memberikan hadiah yang mahal-mahal, plus sering mengadakan pesta pora di rumah bordil tersebut. (Salah satu penghasilan utama Qinglou adalah dari pesta pora ini.)
Setelah masa pdkt yang lama (& mahal), si bunga raya mungkin akan luluh hatinya & menyerahkan kehormatannya. Tapi kalau memang tidak, ya berarti…….kaciaaan dech loe!
Hal diatas diamini oleh penulis kontemporer Lin Yutang. Dalam esainya yang berjudul “Pelacur & Gundik” (Jinnu yu Ji Qie), beliau menulis, bahwa seorang pria bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan & bahkan bertahun-tahun agar dapat mengencani seorang wanita penghibur ternama.
BILA MUSIMNYA BUNGA DIPETIK
Seorang germo umumnya mengasuh gadis-gadisnya sejak usia belia. Itulah mengapa mereka dipanggil “Mama”. Gadis-gadis itu akan diajari berbagai keahlian untuk menyenangkan pelanggannya, seperti menyanyi, bermain catur, puisi, menari, dsb. Ketika usia mereka melewati 14 tahun, itulah saatnya “bunga dipetik”, alias dijual keperawannya (biasanya pada usia 15-16 tahun). Merenggut kesucian wanita penghibur amatlah mahal. Beberapa germo konon ada yg sampai menuntut harga sejumlah uang yang sudah dikeluarkannya untuk membesarkan si gadis.
Bisa dipastikan, acara petik bunga (zhaihua) ini hanya bisa dinikmati para juragan kaya-raya saja. Demikian berharganya nilai keperawanan ini, sampai-sampai para germo amat protektif melindungi anak didiknya yg belum cukup umur. Saat “malam pertama” ini, kadang ada juga kebiasaan mengadakan upacara kecil-kecilan dengan menyalakan lilin. Bila si pria memiliki teman-teman di daerah itu, maka dia akan mengundang mereka untuk berpesta bersama.
Pelepasan keperawanan ini dikenal dengan istilah “zhaihua” (memetik bunga), atau “kaibao” (membuka kelopak).
ANTARA PUISI DAN PROSTITUSI
Dari 49000 puisi yang ada dalam Quan Tangshi (Antologi Puisi Dinasti Tang), 4000 diantaranya berkaitan dengan prostitusi & 136 lainnya malah ditulis sendiri oleh wanita penghibur.
Mengapa banyak pujangga yang dekat dengan bunga raya? Alasannya tidak melulu mencari kesenangan, tapi lebih kepada gengsi. Bagi seorang penyair, bila puisinya bisa dilantunkan dengan apik oleh seorang penghibur papan atas, maka otomatis akan mengangkat pamor penulisnya.
Dianatara cendekiawan yang gemar melancong ke “kawasan lampu merah”, Cui Ya dari Dinasti Tang mungkin adalah yang paling fenomenal. Bayangkan saja, begitu hapalnya dia dengan seluk beluk tempat-tempat hiburan, sampai-sampai rekomendasinya bisa menetukan nasib sebuah wisma bunga raya. Bila dia berkata, “MAKNYUS sodara!”, maka esoknya kediaman pelacur tersebut langsung penuh dijejali pelanggan. Sebaliknya bila Cui Ya memberikan komentar negatif, maka siap-siap saja yang bersangkutan gulung tikar.
Sementara pengalaman pahit justru menimpa Liu Yong dari Dinasti Song. Dia adalah seorang cendekiawan handal yg gagal memangku jabatan penting, hanya gara-gara Kaisar Renzong jijik dengan kebiasaan plesirannya.
CAO CAO DAN BIDUANITA FAVORITNYA
Cao Cao, tokoh termahsyur dari jaman Samkok (San-guo) pernah amat dongkol dengan salah satu geji (biduanita) miliknya. Wanita itu memang bersuara emas, sayang wataknya tengil bin nyebelin. Tapi bukan Cao Cao namanya kalau tidak banyak akal. Dia mengumpulkan 100 orang gadis berbakat & melatih mereka. Setelah menemukan yang suaranya sama bagusnya, Geji yang lamapun langsung didepak ….
=====================================
SUMBER REFERENSI PUSTAKA
-Fang Fu Ruan, Molleen Matsumura. Sex in China: Studies in Sexology in Chinese Culture
-Jean Elizabeth Ward, Poet Laureate. Li Qingzhao: an Homage to.
-Rachel A. Harris, Rowan Pease, Shzr Ee Tan. Gender in Chinese Music.
-Rubie Sharon Watson, Patricia Buckley Ebrey. Marriage and Inequality in Chinese Society.
-Gail Hershatter. Dangerous Pleasures: Prostitution and Modernity in Twentieth-century Shanghai
-Anders Hansson. Chinese Outcasts: Discrimination and Emancipation in Late Imperial China.
-Tim Shephard,Anne Leonard. The Routledge Companion to Music and Visual Culture.
-Bonnie G. Smith. The Oxford Encyclopedia of Women in World History: 4 Volume Set.
-Melissa Hope Ditmore. The Encyclopedia of Prostitutes and Sex Work.
-East Asian History. Number 25/26-June/Dec 2003.
-Encyclopedia of China-India Cultural Contacts Vol II
-Sufen Xu. Lotus Flowers Risiong from the Dark Mud: Late Ming Couresans and their Poetry
-Choi Siu-Man. The Yongzheng emperor revisited: the Confucian and legalist elements in his policies, 1723-35
SUMBER REFERENSI WEB
http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1957-geji-geisha-2–tokoh-tokoh-dalam-sejarah
http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/konten/esai/item/1916-geji-geisha-1-dalam-budaya-tionghoa
http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/konten/esai/item/2051-geji-geisha-3–peranan-geisha-dalam-dunia-modern–kesimpulan
http://listverse.com/2014/02/11/10-types-of-prostitutes-in-history/
http://baike.baidu.com/view/714.htm
http://www.theworldofchinese.com/2013/11/prostitutes-and-poets/
http://zh.wikipedia.org/wiki/%E6%AD%8C%E5%A5%B3
http://www.fridae.asia/gay-news/2007/06/19/1879.same-sex-love-in-ancient-and-modern-chinese-history-2-2
http://www.theworldofchinese.com/2013/11/prostitutes-and-poets/
http://www.chinahistoryforum.com/topic/9271-origins-of-qing-lou-http://www.chinaculture.org/classics/2009-07/28/conhttp://baike.baidu.com/view/814064.htmtent_339652_3.htmyaituhttp://baike.baidu.com/subview/28599/8560957.htm
http://zh.wikipedia.org/wiki/%E6%9F%B3%E5%A6%82%E6%98%AF
http://news.ifeng.com/history/zhongguogudaishi/detail_2014_02/08/33617521_0.shtml
http://baike.baidu.com/view/12125http://baike.baidu.com/view/914727.htm
http://www.chinahistoryforum.com/topic/549-famous-prostitutes-in-chinese-history/
http://www.chinahistoryforum.com/topic/29209-chinese-equivalent-of-geishas/
Oleh ; Henry Soetandya
Budaya-Tionghoa.Net | Mailing-List Budaya Tionghua | Facebook Group Budaya Tionghoa